Doa Adalah Otak Ibadah
Agoes Ali Masyhuri ;
Pengasuh Pesantren Progresif
Bumi Shalawat Sidoarjo Jatim
|
JAWA POS, 20 Mei
2016
Ya Allah, terangilah
hati kami yang diliputi kegelapan dengan cahaya kasih-Mu. Anugerahkanlah kami
dengan limpahan ampunan dan rahmat-Mu. Ya Allah, naungilah kami dengan
rindangnya pohon cinta-Mu dalam balutan kelembutan kasih sayang-Mu.
Ya Allah, tuntunlah
mereka yang tersesat dan bingung agar mengenal-Mu. Terangilah hati mereka
yang diliputi kegelapan dengan cahaya kasih-Mu.
Peliharalah imanmu
dengan memperbanyak sedekah, bentengilah hartamu dengan mengeluarkan
zakatnya, dan tolaklah gelombang-gelombang bencana dengan berdoa selalu.
Satu hal terpenting
dalam hidup adalah berubahnya diri menjadi lebih baik. Doa yang baik adalah
doa yang menjadikan seseorang lebih baik dalam hidupnya.
Rasulullah SAW
bersabda, ’’Doa adalah otak ibadah (HR Tirmidzi).’’
Penting kita yakini
karena keyakinan melebihi dari ilmu pengetahuan bahwa Allah senantiasa
mengabulkan setiap doa yang kita panjatkan.
Allah SWT berfirman,
’’Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah,
bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala
perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada
dalam kebenaran (QS Al-Baqarah: 186).’’
Mengapa pada ayat
tersebut Allah memerintahkan kita untuk berdoa? Bukankah Dia mahatahu
kebutuhan dan harapan kita, bahkan lebih tahu daripada diri kita sendiri? Di
sini, ada empat alasan:
Pertama, doa
memperjelas kedudukan kita sebagai hamba dan Allah sebagai Al Khaliq.
Memahami hakikat diri sebagai hamba akan menjadikan kita rendah hati. Tiada
daya dan kekuatan kecuali atas kehendak Allah.
Imam Ibnu Athaillah
berkata, ’’Hendaklah doa permintaanmu semata-mata untuk menunjukkan
kehambaanmu dan menunaikan kewajiban terhadap kemuliaan Tuhanmu.” Oleh karena
itu, seorang pendoa yang baik akan terhindar dari sikap sombong, malas, dan
bergantung kepada selain Allah.
Kedua, doa sebagai
sarana zikir. Allah menyuruh kita berdoa agar ingat kepada-Nya. Sesungguhnya,
ingat kepada Allah adalah rezeki yang tidak ternilai harganya.
Dengan mengingat
Allah, hati kita akan tenang. Ketenangan adalah kunci kebahagiaan. Sejalan
dengan firman Allah, ’’Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah
hati menjadi tenteram (QS Ar-Ra’d: 28).’’
Ketiga, doa adalah
target. Hidup manusia akan terarah apabila ia memiliki target dalam hidupnya.
Doa, hakikatnya, adalah tujuan, keinginan, atau target yang akan kita raih.
Saat kita mengucapkan doa sapu jagat misalnya, itulah target kita: selamat
dunia akhirat.
Saat kita berdoa agar
utang kita dapat dilunasi, itulah target kita: bebas utang. Tentu target
tidak akan pernah tercapai apabila kita tidak mengusahakannya.
Doa adalah pupuk,
sedangkan ikhtiar sebagai bibitnya. Tidak mungkin kita bisa panen jika kita
segan menebar bibit. Jadi, doa yang baik adalah doa yang disertai ikhtiar
maksimal. Itulah iman dan amal saleh.
Keempat, doa adalah
penyemangat. Pada saat seorang hamba berdoa, tentu hamba tersebut memiliki
harapan, dan harapan akan melahirkan semangat. Semangat itu mahal harganya karena
semangatlah yang akan menentukan sukses tidaknya seseorang.
Pertolongan Allah
hanya akan mendatangi orang yang bersemangat dan bersungguh-sungguh. Bukankah
saat kita bersungguh-sungguh kepada-Nya, Allah akan lebih bersungguh-sungguh
lagi kepada kita?
Doa adalah saripati
ibadah. Doa akan memperjelas posisi kita sebagai hamba dan Allah sebagai Rabb
yang menciptakan. Semakin mantap posisi ini, akan semakin beruntung pula
hidup kita.
’’Tiada daya dan
kekuatan hanyalah karena Allah yang Mahatinggi.” Oleh karena itu, doa akan
membawa orang pada perubahan menjadi lebih baik. Apa tanda-tanda orang yang
suka berdoa?
Pertama, ia memiliki
tujuan yang jelas dalam hidup. Doa adalah target kehidupan. Orang yang bagus
doanya akan terprogram hidupnya. Ia memiliki target dan perencanaan untuk
memenuhi target tersebut. Ketika ia memohon sesuatu kepada Allah, ia pun akan
dituntut untuk berikhtiar mendapatkan sesuatu tersebut.
Konkretnya, ketika meminta jodoh yang saleh
misalnya, kita pun dituntut untuk memprogram dan merencanakannya. Di
antaranya, membuat planning kapan kita menikah, apa yang harus dipersiapkan,
di mana mencari jodoh dengan kriteria saleh tersebut, dan sebagainya.
Kedua, ia akan
bersikap taat terhadap peraturan Allah SWT. Orang yang suka berdoa tidak akan
mau tersentuh barang haram. Ia tahu bahwa doa akan terhalang ketika dalam
tubuh kita terdapat barang haram.
Ketiga, orang yang
suka berdoa akan selalu berbaik sangka kepada Allah. Dalam sebuah hadis qudsi
disebutkan bahwa Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya. Tidak enak, pahit atau
menyengsarakan adalah presepsi kita. Allah tidak akan memberikan ujian
kecuali ada kebaikan di balik ujian tersebut.
Ketika Allah ’’tidak
mengabulkan” doa kita, yakinlah ada yang lebih baik di balik tidak
dikabulkannya doa tersebut. Dengan kata lain, ilmu kita belum sampai pada
hakikat tersebut.
Keempat, orang yang
suka berdoa akan senang menolong dan tidak mempersulit orang lain. Dia tahu
bahwa Allah akan menolong dan mempermudah urusan seorang hamba yang suka
menolong dan mempermudah saudaranya.
Yakinlah, semakin
gemar kita menolong orang lain, akan semakin mudah pula doa kita dikabulkan.
Sangat utama pula
apabila kita menjadikan setiap momentum sebagai doa yang akan membawa
kebaikan. Ketika turun hujan, berdoalah. Ketika akan, sedang, dan setelah
turun dari kendaraan, berdoalah. Ketika berjalan, berdoalah. Sebaik-baik doa
adalah yang dicontohkan Alquran dan Rasulullah SAW.
Semoga bermanfaat. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar