Menuju Indonesia Berkemajuan
Benni Setiawan ; Anggota Majelis Pendidikan Kader Pimpinan
Pusat Muhammadiyah; Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Yogyakarta
|
JAWA POS, 23 Mei
2016
MUHAMMADIYAH kembali
menggelar hajatan besar. Kali ini Persyarikatan Muhammadiyah yang berusia
lebih tua daripada Republik Indonesia itu menggelar Konvensi Nasional
Indonesia Berkemajuan (KNIB).
Mengambil tajuk ”Jalan
Perubahan Membangun Daya Saing Bangsa”, Muhammadiyah ingin meneguhkan diri
sebagai organisasi yang terus berkontribusi positif terhadap perkembangan
bangsa dan negara. Bangsa dan negara ini perlu terus mendapat masukan dan
catatan penting.
Artinya,
keberlangsungan bangsa dan negara perlu menjadi perhatian semua pihak. Bangsa
dan negara ini tidak akan pernah tegak hanya karena pemerintahan yang baik.
Masyarakat (civil
society) yang kukuh dan mandiri juga perlu mendukung. Muhammadiyah yang sejak
1912 memberikan kontribusi positif bagi pembangunan kemanusiaan terus
berupaya mengemban amanat itu.
Organisasi yang
didirikan KH Ahmad Dahlan tersebut terus mendedikasikan diri bagi terciptanya
masyarakat adil dan makmur yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah bersama
pemerintah menjaga agar perahu republik tetap mampu berlayar di tengah
semakin besarnya badai yang menghadang.
Kerapuhan Moral
Salah satu masalah
republik saat ini adalah menurunnya komitmen moral. Rendahnya komitmen moral
itu terlihat dari banyaknya kasus kekerasan seksual pada anak.
Misalnya kasus Yeye,
14, di Bengkulu. Data Komnas Perempuan menunjukkan, ada 321.752 kasus
kekerasan seksual selama 2015.
Sebuah angka yang
menunjukkan betapa bangsa ini dalam masalah kerapuhan moral. Kerapuhan moral
juga melanda politisi bangsa. Mereka lebih sibuk memikirkan diri sendiri dan
golongan daripada kepentingan umum.
Kerapuhan peran
politisi itu menjadi penanda betapa mereka masih belum menyadari peran
sebagai ”filsuf”. Mereka masih terkungkung pada posisi sebagai pejabat, bukan
pemimpin.
Pemimpin adalah mereka
yang rela mendedikasikan diri selama 24 jam untuk kesejahteraan rakyat.
Silaturahmi Kebangsaan
Dua hal itu tampaknya
perlu mendapat perhatian dalam KNBI yang diselenggarakan di kampus
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Minggu (23/5) dan Senin (24/5). KNBI yang
akan dibuka Presiden Joko Widodo dan mengundang banyak tokoh bangsa tersebut
selayaknya menjadi salah satu sarana bertemunya pemimpin nasional dalam
sebuah forum.
Forum itu tidak hanya
membahas hal teknis kebangsaan, tapi juga menjadi sarana silaturahmi
kebangsaan.
Pendiri dan Pembangun
Bangsa ini masih
dipenuhi spirit para pendiri dan pembangun negeri. Mereka terus berusaha agar
tiang penyangga Republik Indonesia tetap tegak dan memayungi kebangsaan.
Spirit pendiri dan
pembangun negeri selayaknya menjadi acuan dan gerak langkah seorang pemimpin.
Pasalnya, saat dua hal itu tidak ada, bangsa ini akan dipenuhi para penikmat
dan perusak.
Mentalitas penikmat
dan perusak tentu tidak kita inginkan. Mereka perlu mendapat dukungan dan
arahan agar kebangsaan tidak dipenuhi para ”brutus”.
KNBI menjadi semacam
langkah berani Muhammadiyah untuk merevolusi mental bangsa agar memiliki
sikap seorang pendiri dan pembangun bangsa. KNBI menjadi momen strategis
tokoh bangsa berbagi spirit sekaligus membagi pengalaman dalam membangun
republik.
Republik tidak akan
tegak saat pemimpin menonjolkan diri tanpa mau berbagi ilmu dan pengalaman.
Republik akan kukuh saat pemimpin mempunyai kesamaan visi dan misi membangun
bangsa dan negara.
Mereka memimpin dengan
kekhasan yang dapat diadopsi di daerah lain. Sehingga daerah lain yang belum
”maju” dapat meniru sekaligus belajar untuk menyejajarkan diri.
Saat banyak daerah
maju, Republik Indonesia akan mampu bersaing di tengah arus Masyarakat
Ekonomi ASEAN dan perdagangan bebas. Sebaliknya, saat kepala daerah (pemimpin)
tidak mau berbagi ”rahasia” membagi ilmu dan pengalaman, akan banyak
kesenjangan di republik ini.
Kesenjangan hanya akan
merapuhkan kebangsaan. Kebangsaan akan mudah terkoyak oleh isu dan persoalan
remeh-temeh. Padahal, masalah dan tantangan masa depan bangsa semakin banyak
dan kompleks.
Pada akhirnya, semoga
KNBI sebagai ijtihad kecil Muhammadiyah ini mampu memberikan sumbangan
berharga bagi bangsa dan negara. KNBI tidak sekadar menjadi ”seminar elitis”,
tapi juga memberikan kontribusi positif bagi pembangunan cita-cita
kebangsaan.
Sehingga cita-cita
mulia Indonesia berkemajuan mewujud dalam keseharian masyarakat. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar