Peran Metrologi dalam Masalah Air Bersih
Jimmy Pusaka ; Peneliti Utama pada P2 Metrologi-LIPI
|
MEDIA INDONESIA,
27 Mei 2016
WALAU sudah ada dua
kementerian/lembaga yang memiliki satuan kerja setingkat eselon dua dengan
nama yang mengandung kata 'metrologi', belum banyak anggota masyarakat kita
yang telah mendengar sekaligus memahami tentang arti kata 'metrologi'
tersebut. Apalagi, tentang Hari Metrologi Sedunia atau World Metrology Day
yang diperingati setiap 20 Mei. Padahal, metrologi dapat diartikan secara
sederhana sebagai ilmu tentang pengukuran dan aplikasinya.
Pengukuran dalam
keseharian kita dimulai dengan membaca waktu ketika bangun pagi, mendengar
laporan cuaca terutama suhu setempat, kemudian mereka yang menggunakan
kendaraan sendiri ke tempat aktivitas dapat membaca kecepatan gerak
kendaraannya, sementara yang menggunakan taksi akan melihat penunjuk tarif. Inikah
metrologi?
Penunjuk waktu, suhu,
kecepatan, dan seterusnya tergolong benda-benda metrologi, khususnya yang
dinamakan alat ukur. Tanpa kehadiran instrumen jenis ini, kita akan mengalami
kerugian besar. Janji-janji penting yang melibatkan kontrak proyek dapat terlambat
dilakukan karena tidak adanya konsep waktu dalam kehidupan. Kapal di tengah
laut akan kehilangan orientasi karena tidak ada penunjuk arah. Ringkasnya,
tanpa peralatan ukur kehidupan akan seperti zaman batu.
Masalah air bersih
Salah satu topik yang
dewasa ini cukup mendesak ialah masalah air bersih. Metrologi juga berperan
dalam pengawalan sediaan air bersih. Setiap orang membutuhkan air bersih
dalam hidupnya. Air bersih diperlukan terutama untuk minum, masak, mandi,
serta membersihkan rumah, dan perabot rumah tangga. Ini belum termasuk
kegiatan lain yang dilakukan sebagian anggota masyarakat, seperti menyiram
tanaman dan mencuci kendaraan.
Memang perkiraan
kebutuhan air bersih bagi setiap orang sangat bervariasi. Faktor yang
berpengaruh ialah kebiasaan hidup, seperti petani, olahragawan, atau pekerja
kasar lainnya yang membutuhkan lebih banyak air minum. Demikian juga cuaca
sekitar. Orang yang hidup di daerah tropis dipastikan lebih banyak memerlukan
air minum untuk mengganti cairan yang keluar lewat keringat. esehatan tubuh
juga berpengaruh pada jumlah air minum yang harus dikonsumsi.
Walau Indonesia ialah
negara maritim dengan sumber air melimpah, tanpa pengendalian yang baik, air
bersih dapat menjadi barang yang sangat langka. Polusi air yang diakibatkan
industri, rumah sakit, dan sampah rumah tangga, dapat menyebabkan surutnya
air bersih dan berganti dengan polutan. Selain itu, produk air tawar maupun
laut, seperti ikan, lobster, rumput laut, dan lain-lain yang tadinya mudah
didapat, terancam dengan kadar limbah beracun yang dapat menyerang kesehatan
manusia. Langkanya air bersih untuk keperluan rumah tangga sangat mudah
dilihat dengan adanya pihak pemasok yang menjual air bersih di tengah
masyarakat.
Melihat kondisi ini,
pihak-pihak yang berkepentingan seperti pemerintah sebagai pihak pembuat
kebijakan, pakar teknologi yang memahami cara-cara pembuatan, penyimpanan,
dan penggunaan air bersih, serta juga masyarakat luas harus melakukan upaya
serius untuk memperbaiki kondisi lingkungan dan memelihara kelestariannya. Dari
sisi teknologi, peran metrologi sangat diperlukan.
Peran metrologi
Organisasi Kesehatan
Sedunia (WHO) telah menetapkan syarat-syarat bagi kualitas air minum yang
memberi arahan, antara lain dalam aspek mikroba, aspek kimia, aspek
radiologi, dan juga aspek keberterimaan, termasuk rasa, aroma, dan tampilan.
Tentu saja, standar ini akan hampa bila tidak disertai dengan tata cara dan
perangkat kerja yang diperlukan untuk memeriksa kesesuaian kualitas air minum
terhadap persyaratan yang telah ditentukan. Sebagai ilmu dalam bidang
pengukuran, metrologi berperan besar dalam penentuan kualitas air ini.
Dengan metrologi dapat
dilakukan pengukuran terhadap suhu, kadar asam-basa (pH), oksigen terlarut,
potensi penurunan kadar oksigen, konduktivitas, dan kekeruhan, serta
aspek-aspek lain yang telah diulas sebelumnya. Dengan demikian, dapat
ditetapkan kualitas air untuk berbagai keperluan, misalnya air minum, air
pelarut kotoran, air untuk keperluan laboratorium, air sungai, dan air limbah.
Air yang telah ditingkatkan kualitasnya, misalnya dari air baku menjadi air
minum, harus terlebih dahulu diperiksa secara metrologi sebelum dikonsumsi.
Selain untuk air bersih, kecenderungan aplikasi metrologi dewasa ini juga
mencakup efisiensi energi, perubahan iklim, keselamatan pangan, dan
instrumentasi medis.
WMD dan Hari Kebangkitan Nasional
Kita baru saja
memperingati Hari Metrologi Sedunia atau World
Metrology Day (WMD) pada 20 Mei 2016 yang lalu. Bagi bangsa Indonesia,
tanggal ini bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional. Sejarah WMD diawali
dari Konvensi Meter yang terjadi pada 20 Mei 1875 dengan tujuan untuk
mencapai keseragaman pengukuran sedunia.
Sementara, Hari
Kebangkitan Nasional (ditandai dengan berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei
1908) mencerminkan bangkitnya semangat persatuan dan kesadaran untuk
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Untuk itu, momen ini tepat dijadikan
penanda semangat nasional bangkitnya daya saing bangsa Indonesia melalui
metrologi.
Pada 2016 ini, WMD
mengambil tema Pengukuran di dunia yang
dinamis. Beberapa negara telah mengadakan kegiatan untuk menyambut hari
istimewa tersebut, misalnya dengan melaksanakan acara open house di Lembaga Metrologi Nasional mereka, menyelenggarakan
diskusi dengan tema terkait metrologi, memberi kesempatan untuk berkonsultasi
dengan pakar metrologi, serta memberi penghargaan kepada peneliti dan
praktisi yang telah menghasilkan capaian metrologi yang signifikan.
Kita di Indonesia
telah memperingati WMD dengan menyelenggarakan acara tahunan Pertemuan dan
Presentasi Ilmiah Kalibrasi, Instrumentasi, dan Metrologi (PPI-KIM) yang
diselenggarakan Pusat Penelitian Metrologi-LIPI pada 24 dan 25 Mei lalu.
Semoga metrologi dapat
lebih berperan dalam meningkatkan daya saing bangsa kita. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar