Bahasa Tubuh Pejabat Kita
Threes Emir ; Penulis Buku & Pengajar Etiket
|
KOMPAS.COM, 24
Mei 2016
Sebagai pengajar
Etiket & Table Manners (kelompok khusus, karyawan maupun institusi) saya
sering gemas -dan cemas- melihat beberapa pejabat kita yang bahasa tubuhnya
'kacau'.
Sebagai pejabat
publik, pasti beliau-beliau itu sering diwawancara, diminta berkomentar atas
sesuatu hal atau kejadian, atau diminta berpendapat. Dan di era keterbukaan
ini, tidak hanya suaranya yang kita dengar, melainkan juga mimik wajah dan
bahasa tubuhnya.
Di sinilah sering kita
lihat bagaimana cara pejabat yang bersangkutan menjawab pertanyaan wartawan
atau mengutarakan pendapatnya. Tak jarang yang terlihat di layar kaca kita di
rumah adalah: wajah kesal, berbicara tidak runtut, emosional, bahkan yang
sangat ekstrim: menunjukkan wajah berang.
Mungkin para pejabat
itu tidak menyadari bahwa raut wajah, gaya berbicara, bahkan cara memandang
si penanya, semua terlihat dengan jelas oleh penonton TV di mana pun.
Bermuka Dua
Bila Anda pejabat
publik, silahkan ikuti tips berguna ini. Yang ingin saya kemukakan adalah:
mari kita bermuka dua.
Artinya walaupun Anda
merasa kesal (karena pertanyaan yang memojokkan), tidak sabar (waktu Anda
sempit), ingin marah (menghadapi masalah berat), namun segala macam keadaan
kurang menyenangkan yang sedang Anda hadapi itu, sebaiknya Anda sembunyikan
dari publik.
Dan pasanglah wajah
ramah dengan senyum, mata memandang ke arah si penanya dan menjawab dengan
pendek, jelas, dalam kalimat-kalimat yang runtut dan mudah dimengerti.
Tidak mudah memang,
tetapi bukankah hidup ini memang penuh dengan tantangan yang harus dihadapi?
Anda dapat melatihnya dengan cara paling sederhana:
1. Hitung perlahan
sampai angka lima, tarik nafas, baru jawab pertanyaan yang diajukan pada
Anda.
2. Pandang ke arah
mata si penanya, sehingga ia nerasa perhatian Anda tertuju kepadanya.
3. Usahakan membuat
wajah Anda tampak ramah, hindari bermuka cemberut.
Sikap Tubuh
Sebagai pejabat
publik, Anda harus bersedia setiap saat untuk berpidato, memberi wejangan
saat meresmikan sesuatu, memberikan keterangan kepada pers, menyambut atasan.
Pendek kata harus siap untuk berdiri di atas panggung. Bagaimana yang
terbaik?
Pertama: berjalan
dengan tegak ke arah panggung. Saya sering melihat pejabat perempuan yang
berjalan dengan langkah kurang tegak karena busana atau sepatu yang kurang
nyaman.
Sebaliknya para
pejabat pria berjalan dengan tergesa-gesa sehingga cenderung tubuhnya tampak
agak membungkuk. Hal-hal semacam itu, tidak enak dipandang.
Berjalanlah dengan
tegak, dalam irama teratur dan tidak terlalu cepat.
Kedua: hal-hal kecil
berikutnya seperti hanya memandang ke satu arah selama mengucapkan sambutan,
tidak mengarahkan pandangan ke arah mata audiens (secara bergantian dan
menyeluruh), berbicara terlalu cepat tanpa jeda, dalam irama yang datar,
adalah yang paling sering kita jumpai di tingkat mana pun.
Yang ingin saya
katakan adalah: menjadi pejabat publik, bukan berarti Anda harus tampil
"apa adanya".
Banyak hal yang harus
Anda pelajari sehingga penampilan Anda secara keseluruhan menjadi enak
dipandang (dan tidak menjadi bulan-bulanan kritik), apa yang Anda utarakan
mudah dimengerti, sehingga publik merasa memiliki pejabat yang
"pas". Bukan yang mengobralkan wajah marah, benci, tak sabar dan
seterusnya.
Bila Anda mau berubah,
mulailah dari sekarang. Nanti masyarakat akan mengerti bahwa pak menteri Anu
dan ibu menteri Anu sekarang berbicaranya lebih jelas, juga lebih sering
tersenyum. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar