Menyiapkan Generasi Y dan Z untuk Presiden 2045
Suko Widodo ; Dosen FISIP Universitas Airlangga;
Pengurus Koalisi Kependudukan
Jawa Timur
|
JAWA POS, 26 Mei
2016
SERATUS Tahun
Indonesia Merdeka (2045), diprediksi negara ini bakal berjaya dan
berkemakmuran. Prediksi yang sejatinya lebih bermuatan ”klaim” itu memang
diperlukan sebagai upaya mendorong arah pengelolaan negara agar lebih jelas.
Jika 100 tahun setelah
merdeka, atau 20 tahun lagi Indonesia Berjaya, diperkirakan pula presiden yang
memimpin adalah generasi yang saat itu berusia 45 sampai dengan 55 tahun.
Mereka, para pemimpin Indonesia 2045, berasal dari mereka yang terlahir pada
1990–2000.
Dalam teori generasi,
mereka sangat mungkin masuk kategori generasi Y dan Z. Sebuah generasi yang
saat ini tengah hidup dalam kebudayaan teknologi komunikasi interaktif.
Menurut teori
generasi, ada lima generasi yang lahir setelah Perang Dunia Kedua dan
berhubungan dengan masa kini. Pertama, generasi baby boomer (lahir
1946–1964), sebuah generasi yang lahir setelah Perang Dunia II.
Mereka memiliki banyak
saudara karena banyaknya pasangan yang berani mempunyai banyak keturunan.
Generasi yang adaptif, mudah menerima, dan menyesuaikan diri.
Dianggap sebagai orang
lama yang mempunyai pengalaman hidup. Kedua, generasi X (lahir 1965–1980),
sebuah generasi terlahir di era awal dari penggunaan PC (personal computer),
video games, TV kabel, dan internet.
Penyimpanan datanya
pun menggunakan floppy disk atau disket. MTV dan video games sangat digemari
masa itu. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Jane Deverson, sebagian
generasi tersebut memiliki tingkah laku negatif.
Misalnya, tidak hormat
kepada orang tua, mulai mengenal musik punk, dan mencoba menggunakan ganja.
Ketiga, generasi Y (lahir 1981–1994) yang dikenal sebagai generasi millennial
atau milenium.
Ungkapan generasi Y
mulai dipakai pada editorial koran besar Amerika Serikat pada Agustus 1993.
Generasi tersebut menggunakan banyak teknologi komunikasi instan seperti
e-mail, SMS, instan messaging, dan media sosial seperti Facebook dan Twitter.
Mereka juga suka main game online.
Keempat, generasi Z
(lahir 1995–2010) yang disebut juga sebagai i-generation, generasi net atau
generasi internet. Mereka memiliki kesamaan dengan generasi Y, tapi mampu mengaplikasikan
semua kegiatan dalam satu waktu.
Mislanya nge-tweet
menggunakan ponsel, browsing dengan PC, dan mendengarkan musik dengan
menggunakan headset. Apa pun yang dilakukan, kebanyakan, berhubungan dengan
dunia maya.
Sejak kecil mereka
mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih yang secara tidak langsung
berpengaruh terhadap kepribadian mereka. Kelima, generasi alpha (lahir
2011–2025), yakni generasi yang lahir sesudah generasi Z, lahir dari generasi
X akhir dan Y.
Generasi yang sangat terdidik
karena masuk sekolah lebih awal dan banyak belajar, rata-rata memiliki orang
tua yang kaya.
Kondisi
Indonesia Terkini
Saat
ini pemimpin atau petinggi di Indonesia didominasi para generasi X. Sementara
itu, generasi Y dan Z yang kelak memimpin Indonesia Berjaya saat ini masih
berproses mencari jati diri.
Dan,
menggeliat untuk mencari kemapanan dalam bidang pekerjaan maupun pribadi.
Tetapi, pertanyaan yang kemudian muncul: apakah yang mesti dilakukan generasi
Y dan Z yang saat ini berusia kisaran 10 sampai dengan 20 tahun jika nanti
pada 2045 menjadi pemimpin Indonesia
Apakah
generasi Y dan Z yang hidup dalam dunia maya dengan teknologi komunikasi
canggih benar-benar bisa membawa kejayaan Indonesia? Salah satu titik lemah
dari generasi calon pemimpin 2045 adalah sikap-sikap individualistisnya,
sebagai implikasi dari kebudayaan teknologi komunikasi.
Teknologi
yang berimplikasi pada dua dimensi: di satu sisi bisa mendekatkan yang jauh,
tetapi juga bisa menjauhkan yang dekat. Padahal, memimpin Indonesia
memerlukan pribadi yang mumpuni dengan beban penduduk yang terus bertambah.
Sementara
itu, pertambahan penduduk Indonesia yang kini diperkirakan mencapai 256 juta
jiwa pastilah melahirkan permasalahan yang sangat kompleks. Pertumbuhan
penduduk yang terus bergerak, persebaran yang tidak merata (terkonsentrasi 50
persen di Pulau Jawa), permasalahan infrastruktur yang tidak merata, tingkat
kesehatan rendah, serta pendidikan yang masih memprihatinkan, merupakan
sebuah situasi yang agak tidak mendukung lahirnya generasi berkualitas.
Belum
lagi hiruk pikuk perpolitikan sebagai pusat kebijakan nasional yang belum
stabil yang kian menambah keraguan berjayanya Indonesia pada 2045.
Tugas Mengelola Penduduk
Sejajar
dengan lahirnya generasi-generasi baru, di Vietnam yang usianya relatif lebih
muda dari Indonesia telah menyiapkan dengan sungguh-sungguh. Para pelajar
mulai dilibatkan dalam memahami dan mencarikan solusi atas problematika
kependudukan.
Anak-anak
sekolah diajari tentang sikap membantu warga lain, konsep berkeluarga maju,
serta difasilitasi ruang berkomunikasi untuk menyampaikan aspirasi. Tanpa
bermaksud menyindir cara Indonesia untuk menyiapkan generasi penerusnya,
seyogianya pemerintah bersungguh-sungguh memikirkan dan menyiapkan mereka.
Karakter
generasi Y dan Z seharusnya diperlakukan sesuai dengan karakternya.
Ketersediaan teknologi yang menjadi ”kawan” keseharian mereka hendaknya
dilengkapi dengan isian pesan berkualitas.
Sejauh
ini, perangkat teknologi komunikasi informasi yang dipegang anak-anak
Indonesia ”tidak terkontrol” dan tidak disediakan elemen pendamping memahami
risiko sarana komunikasi tersebut. Akibatnya, generasi itu dipenuhi dengan
pesan-pesan yang tidak layak untuk kualitas kehidupan.
Memberikan
peran sesuai dengan karakter mereka adalah jawaban idealnya. Negara sudah
seharusnya membuat kebijakan pendidikan berkehidupan bersama demi menuju
kehidupan berkualitas. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar