Rupiah setelah Keputusan Bank Sentral Eropa
Ronny P Sasmita ; Analis
Ekonomi Politik Internasional Financeroll Indonesia
|
MEDIA INDONESIA,
12 Maret 2016
PERTEMUAN Dewan Gubernur Bank Sentral Eropa
(ECB) di Frankfurt, Kamis (10/3), memutuskan untuk menurunkan suku bunga
acuan atau suku bunga operasi pembiayaan kembali sebesar lima basis poin ke
tingkat terendah nol persen. Tak pelak, Dewan Gubernur ECB dinilai telah
mengejutkan pasar keuangan global dengan mengeluarkan sejumlah kebijakan
secara dramatis karena memutuskan untuk memangkas sejumlah suku bunga dan
memperluas program pembelian aset.
Suku bunga untuk fasilitas pinjaman marjinal
akan mengalami penurunan sebesar lima basis poin menjadi 0,25% dan suku bunga
fasilitas deposito akan menurun 10 basis poin menjadi minus 0,4%, mulai dari
16 Maret 2016. Terlepas dari perubahan kebijakan terkait suku bunga, ECB juga
memutuskan untuk memperluas pembelian aset bulanan sebesar 20 miliar euro
menjadi 80 miliar euro mulai April.
Aset-aset yang memenuhi syarat untuk dibeli di
bawah program pembelian aset juga telah diperluas hingga mencakup obligasi
berdenominasi euro layak investasi yang diterbitkan oleh
perusahaan-perusahaan nonbank yang didirikan di kawasan Eropa. Stimulus itu
bertujuan untuk memompa likuiditas ke pasar keuangan sekaligus menggerakkan
perekonomian Eropa yang selama ini dinilai stagnan.
Empat target operasi pembiayaan kembali dalam
jangka panjang (LTRO II), masingmasing dengan jatuh tempo 4 tahun, akan
diluncurkan mulai Juni 2016. Presiden ECB, Mario Draghi, dalam konferensi
pers, mengatakan pertumbuhan ekonomi Eropa akan membaik meskipun dikepung
oleh berba gai persoalan, seperti anjloknya harga minyak dan pelambatan
ekonomi Tiongkok.
Emas berjangka sebagai salah satu instrumen
investasi berkategori safe haven langsung mendapat dorongan positif. Di
divisi COMEX New York Mercantile Exchange, komoditas emas berakhir lebih
tinggi pada Kamis pascakeputusan ECB. Dorongan lahir dari kekhawatiran
investor tentang prospek pelemahan di pasar Eropa setelah ECB memperluas
program stimulus atau program pembelian aset.
Kontrak emas yang paling aktif untuk
pengiriman April naik US$15,4 atau 1,22% dan menetap di level US$1.272,80 per
ons setelah rilis data keputusan rapat Dewan Gubernur ECB. Emas naik ke
penutupan tertinggi sejak 2 Februari 2015 ketika emas berjangka berakhir di
level US$1.276,90 per ons. Emas tentunya mendapat dukungan dari investor yang
memburu aset-aset safe haven
setelah prospek pasar ekuitas dianggap akan memburuk dan akan memperlambat
pemulihan di pasar keuangan global.
Pun pernyataan Presiden ECB Mario Draghi juga
langsung memicu penurunan di pasar ekuitas AS dan euro.
Dow Jones Industrial Average AS turun 127 poin
atau 0,75% beberapa menit setelah rilis keputusan ECB. Indikator utama pasar
saham Inggris, indeks FTSE 100 di London, juga ditutup turun 1,78% atau
109,62 poin ke level 6.036,70 poin pada sesi perdagangan hari Kamis (10/3).
Di pasar mata uang, dalam satu hari
perdagangan yang sama, euro langsung membukukan keuntungan harian terkuatnya
terhadap dolar sejak awal Desember tahun lalu. EURUSD memuncak di level
$1,1218 per dolar Ame rika. Ini merupakan level tertinggi euro terhadap dolar
sejak 15 Februari lalu. Dianggap sebagai reaksi mata uang yang membalikkan pelandaian
tajam pada sesi-sesi perdagangan sebelumnya sehingga indeks dolar, ICE Dollar
index DXY, parameter kekuatan dolar terhadap beberapa mata uang saingan utama
dolar AS, turun 1% menjadi 96,2300.
Pelemahan dolar ini diperkirakan akan menjadi
sentimen positif bagi rupiah dan diperkirakan akan memberikan pengawalan
mantap pada arus dana asing yang masuk ke Indonesia, terutama ke pasar saham
dan pasar keuangan dalam negeri. Pada penutupan perdagangan Jumat (11/3),
rupiah bergerak fluktuatif dan ditutup terdepresiasi 23 poin atau 0,18% ke
level Rp13.075 per dolar AS lalu bergerak di kisaran 13.034-13.118 per dolar
AS. Angka pentupan di pasar spot ini berbeda tipis dengan kurs JISDOR Bank
Indonesia, yakni rupiah hanya mampu parkir di level 13.087 per dolar pada
sesi akhir perdagangan.
Kucuran dana program APP ECB yang baru saja
diperluas, Quantitative Easing dari
The Fed sejak krisis fi nansial 20082009 lalu, dan capital outflow dari Tiongkok dan Jepang, ditambah pula dengan
susutnya nilai perdagangan barang dan jasa secara global, terbukti
menimbulkan limpahan dana (Glut of Fund)
ke dalam pasar finansial domestik. Dana itu menghampiri pasar fi nansial
Indonesia untuk berbiak dan mendapatkan imbalan, baik da lam bentuk investasi
portofolio (foreign portfolio investment)
atau tawaran pinjaman yang umumnya berjangka waktu pendek dengan godaan suku
bunga rendah sehingga secara temporer efek positifnya akan menyebabkan
apresiasi nilai tukar rupiah (IDR) terhadap mata uang asing (terutama US$),
serta menaikkan indeks harga saham gabungan di lantai Bursa Saham Indonesia.
Lalu bagaimana dengan keberlanjutan rupiah
yang belakangan terpantau cukup kinclong? Harus diakui, penguatan rupiah
sampai ke level 13.075 per dolar AS belakangan ini didorong oleh faktor
eksternal, terutama pengaruh perekonomian Tiongkok, Amerika Serikat
(pelemahan dolar, isu suku bunga the Fed, dll), penguatan temporer harga
minyak dunia, dan saat ini ditambah lagi dengan isu pemangkasan suku bunga
oleh ECB.
Sebagian besar dari faktor ini telah mendorong
kenaikan investasi asing ke Indonesia, terutama ke pasar saham dan pasar
sekunder. Namun demikian, fenomena ini juga menunjukkan bahwa rupiah masih
rentan terhadap goncang an eksternal. Apresiasi rupiah boleh dikatakan hanya
bersifat sementara sehingga untuk beberapa waktu ke depan masih sangat
bergantung kepada perkembangan perekonomian Tiongkok, Amerika, minyak dunia,
dan progres perekonomian global secara keseluruhan.
Ini akan menjadi pekerjaan rumah pemerintah
bersama oto ritas moneter agar sentimen positif dari sisi eksternal yang
kemudian membawa banyak investasi asing ke dalam negeri bisa dimanfaatkan
secara maksimal. Bukan hanya untuk kebutuhan politik agar terlihat mampu
mengendalikan nilai tukar, tapi lebih kepada tujuan jangka panjang yang berkelanjutan,
terutama dalam rangka menjaga stabilitas mata uang agar dunia usaha memiliki
kepastian dalam menetapkan asumsi-asumsi bisnis ke depan. Semoga! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar