Pergeseran Basis Teritorial ISIS
Ibnu Burdah ;
Pemerhati Timur Tengah dan Dunia Islam;
Dosen Pascasarjana UIN Sunan
Kalijaga, Jogjakarta
|
JAWA POS, 27 Februari
2016
NEGARA horor ISIS di Iraq dan Syria bisa saja
tumbang dalam waktu dekat, satu atau dua tahun ini sebagaimana sesumbar
beberapa petinggi militer AS. Namun, situs-situs konflik lain di wilayah
Timur Tengah membuka ruang bagi membesarnya wilayat-wilayat mereka untuk
menggantikan posisi Iraq dan Syria.
ISIS di Iraq dan Syria adalah ”pemerintahan”
pusat dan basis teritorial utama mereka dua tahun terakhir. Namun, di luar
wilayah itu, ISIS terus memperkuat kekuasaannya di berbagai wilayah konflik
di Timur Tengah. Semakin besar konflik itu dan semakin kacau situasinya, ISIS
akan semakin berkembang.
Dalam struktur pemerintahannya, ISIS di luar
Iraq dan Syria yang sudah mengontrol teritorial luas dan membangun
pemerintahan itu disebut dengan wilayat. Secara harfiah, wilayat adalah
provinsi.
Di antara wilayat yang menonjol saat ini
adalah wilayat Maghrib (Arab Barat) yang dipelopori oleh kelompok Anshar
al-Syariah. Yakni, sempalan tandzim Al Qaeda yang kemudian berbaiat kepada
khalifah ISIS itu. Mereka bersaing dengan kelompok al-Murabithun yang tetap
setia dengan pimpinan Al Qaeda Ayman al-Dzawahiri.
Kekuasaan wilayah Maghrib berpusat di Sirte,
Libya, tempat kelahiran Muammar Qadhafi. Sebagaimana di Irak yang memperoleh
dukungan kuat dari pentolan pemerintah Sad- dam Hussein dan pendukung
fanatiknya, ISIS wilayah Maghrib juga, tampaknya, memperoleh dukungan besar
dari loyalis Qadhafi.
Kekacauan luar biasa di Libya, vakumnya
kekuatan ”militer”, dan konflik ruwet yang melibatkan ratusan, bahkan ribuan,
milisi telah menyediakan ladang sangat subur bagi tumbuh dan berkembangnya
ISIS. Kini ISIS Wilayat Libya dipandang sebagai alternatif bagi pemerintahan
pusat ISIS ke depan jika ISIS pusat di Iraq dan Syria tumbang. Kota Sirte
berpeluang menjadi ”ibu kota” khilafah horor itu, menggantikan Mosul dan
Raqqa.
Di samping ofensif udara sporadis, koalisi
militer Barat-Afrika untuk melawan ISIS sedang dipersiapkan. Baru-baru ini 30
negara Barat dan Afrika melakukan latihan militer bersama di Senegal untuk
tujuan tersebut (Aljazeera 26/2). Koalisi tersebut mirip dengan koalisi di
Arab Timur yang telah melibatkan 80 negara untuk melumat ISIS.
Wilayat ISIS lain yang menonjol adalah wilayah
Sinai. Mereka semula menyebut kelompoknya sebagai Anshar Baitil Maqdis
sebelum kemudian berbaiat kepada Khalifah Abu Bakar al-Baghdadi dan
menyebutnya sebagai ISIS wilayah Sinai. Kelompok itu sangat aktif melakukan
perlawanan kepada aparat polisi dan militer Mesir. Kendati memperoleh tekanan
luar biasa dari militer Mesir dan dibantu Israel, kelompok tersebut mampu
bertahan. Bahkan, kelompok itu mampu berkembang karena gara dukungan banyak
lapisan masyarakat Sinai yang terepresi oleh kebijakan rezim militer Mesir.
Kelompok itu digadang-gadang akan membesar.
Sebab, di wilayah tersebut berada Palestina dan Israel. Bisa memberikan
perlawanan terhadap Israel tentu memiliki prestise tersendiri bagi kelompok
ini, terutama dalam persaingan mereka dengan kelompok-kelompok jihadis yang
lain.
Namun, perkembangan kelompok itu mungkin tak
bisa secepat di Libya. Sebab, militer Mesir dan Israel secara umum mampu
mengontrol wilayah Sinai. Perlawanan yag dilakukan wilayah tersebut hanyalah
semacam gangguangangguan keamanan dengan menyerang aparat. Mereka belum mampu
membangun kekuasaan teritorial yang signifikan, apalagi membangun
pemerintahan ISIS di wilayahnya. Prospek mereka masih kalah oleh ISIS di
Yaman.
ISIS wilayah Yaman relatif baru jika
dibandingkan dengan yang lain. Tetapi, kelompok itu mungkin akan berkembang
sangat pesat. Sebagaimana diketahui, perang koalisi pimpinan Arab Saudi
versus Syiah Houtsi dukungan Iran sangatlah besar. Akibat yang ditimbulkan
perang tersebut adalah kekacauan yang luas di hampir seluruh wilayah Yaman.
Sekali lagi, kekacauan adalah ladang yang
subur bagi tumbuh dan berkembangnya kelompok ISIS. Mereka dikabarkan telah
memiliki wilayah teritorial cukup luas yang di luar kontrol dua pemerintahan
yang berseteru, yakni Shana’a (Houtsi) dan Eden (Manshur Hadi).
Masa depan perkembangan kelompok tersebut
semakin terbuka, melihat perkembangan konflik itu yang, tampaknya, akan
meningkat. Sebagaimana banyak diwartakan, Arab Saudi sedang mempertimbangkan
opsi untuk mengirim pasukan darat guna menopang ofensif udaranya di Yaman.
Masih banyak wilayah lain dari ISIS yang
beroperasi dan siap berkembang dengan cepat dengan kemungkinan meletusnya
konflik-konflik baru di Timur Tengah. Wilayat itu, antara lain, wilayah
Teluk, khususnya di Arab Saudi, Pakistan, Nigeria (Boko Haram), dan
Afghanistan.
Dulu sebutan wilayah itu dianggap
membesar-besarkan capaian ISIS di luar Iraq dan Syria. Tetapi, fakta semakin
membuktikan bahwa ”kedaulatan” dan pemerintahan ISIS di luar Iraq dan Syria
benar-benar nyata. Serangan udara cepat AS terhadap basis-basis kekuatan ISIS
di Libya dan Afghanistan menunjukkan hal itu.
Sekali lagi, sekalipun ISIS di Iraq dan Syria
tumbang, kemungkinan segera muncul ”ISIS” pusat yang baru sangat besar.
Sebab, kekacauan di Timur Tengah lima tahun terakhir telah memberikan banyak
pilihan bagi kelompok horor tersebut untuk membangun rumah yang nyaman bagi
mereka, yakni kekacauan. Mereka juga bisa dengan mudah memilih ladang yang
paling subur bagi persemaian bibit-bibit teroris, yakni orang-orang yang
frustrasi dan menderita akibat konflik dan perang panjang ini.
Hanya perdamaian yang bisa menghentikan
perkembangan kelompok semacam ini. Baik dalam pengertian pasif maupun aktif.
Perdamaian aktif adalah penghentian konflik di antara pihak-pihak yang
bertikai. Dan, perdamaian pasif adalah upaya jangka panjang untuk mewujudkan
stabilitas dan kemanan, keadilan seluas-luasnya, serta kemakmuran dan
kesejahteran bersama. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar