Sabtu, 01 November 2014

Menteri Kebatinan

Menteri Kebatinan

Toeti Prahas Adhitama  ;  Anggota Dewan Redaksi Media Group
MEDIA INDONESIA, 31 Oktober 2014
                                                
                                                                                                                       


SAAT-SAAT ini, bila secara acak kita bertanya pada yang kita temui tentang jabatan menteri yang mereka inginkan, jawabnya pastilah beragam sesuai kebutuhan masingmasing. Ada yang ingin menjadi menteri ekonomi karena mendambakan mampu menciptakan masyarakat yang hidup berkecukupan.

Ada yang ingin menjadi menteri agama karena menganggap moral bangsa sedang kena musibah hingga perlu pembersihan besar-besaran. Ada yang ingin menjadi menteri pendidikan sebab kita dirasa kekurangan lingkungan cerdik-pandai. Yang tecermin di media ialah ungkapan klise yang terulang-ulang.... Namun, ada satu jawaban yang menurut saya menarik; “Kami ingin ada menteri urusan kebatinan,“ jawaban yang menyentak perhatian.

Ketika mendengar jawaban itu, kami tertawa tergelak. Bukan karena meremehkan, melainkan karena mengira itu barangkali hanya gurauan semata. Kebatinan sifatnya abstrak. Siapa yang cukup hebat untuk bisa menentukan kriteria batin seperti apa yang diinginkan orang banyak? Jutaan jiwa bersembah sujud kepada Yang Esa untuk mendapatkan yang didambakan, masing-masing dengan permohonan dan keyakinan permintaannya akan dipenuhi.Apakah mungkin ada tokoh yang mampu menjajaki beban batin terbesar, terluas, dan mungkin terberat yang dilimpahkan Tuhan?

Kenyataannya, dalam kehidupan sehari-hari banyak kebohongan bersimpang siur setiap hari, masyarakat lapar tersebar di mana-mana, banyak anak tumbuh tanpa bimbingan dan asuhan orangtua, serta masih banyak kelemahan dan kekurangan lain. Akan tetapi, di sisi lain, kemewahan melimpah di banyak tempat, memamerkan diri seperti Nyi Blorong yang berkedap-kedip bermain mata.

Singkat kata, menteri kebatinan diharapkan meneliti kebutuhan fisik dan mental spiritual yang ada dalam pikiran dan perasaan manusia, serta berusaha mengatasinya. Tugas yang luar biasa berat mengingat keragaman emosi dan mimpi manusia disela oleh intervensi lingkungan berbagai rupa yang tak terduga. Kekuatan batin dan energi tokoh macam apa yang bisa mengatasi kebutuhan seperti itu?

Sebenarnya, dari segala hiruk-pikuk kehidupan, pemenuhan kebutuhan batin itulah yang kita cari--suatu kekuatan untuk menghadapi segala cobaan yang dihamburkan oleh hidup yang sering liar.

Apakah ada tokoh yang berani bertepuk dada menganggap diri suci dan secara sukarela menawarkan diri untuk menduduki jabatan menteri kebatinan yang diharapkan mampu mengatasi segala kekurangan batin kita? Tantangan yang tidak ringan.

Lebih-lebih, mengingat bahwa rayuan godaan bisa begitu dahsyat menawannya sehingga, jika kita bicara soal hubungan laki-laki dan perempuan, misalnya, keandalan hormon saja bisa menaklukkan keluhuran budi dan kemauan baik tokoh terpuji sekalipun. Apa mau dikata?

Namun, tak dimungkiri, rasanya banyak juga yang merasa atau mengira mereka bisa memenuhi syarat untuk itu, sekalipun sekadarnya. Alasannya, “Tidak ada manusia yang sempurna.“

Tidak ada komentar:

Posting Komentar