Berpolitik
dengan Definisi Penyair?
Denny JA ; Pendiri Lingkaran
Survei Indonesia
|
REPUBLIKA,
04 November
2017
Kuliah pertama ketika saya
mengambil kelas Political Philosophy di Ohio State University, AS, dosennya
mengajak diskusi. Apa itu politik? Dikutiplah aneka definisi yang sangat
banyak dari dari para pakar dan tokoh ternama. Kamipun di kelas menyampaikan
argumen masing masing dengan definisi yang kami yakini.
Namun definisi itu begitu
banyaknya, berbeda satu sama lain. Dosen
lalu menyampaikan pesan utama: Setiap definisi dari aneka konsep,
termasuk kata “politik” itu juga
bersifat politis. Setiap pemikir sampai ahli bahasa bisa sangat berbeda
mendefinisikannya. Beda definisi, beda implikasi. Definisi punya implikasi di
ruang publik.
Saya langsung teringat kelas
itu ketika menerima buku yg nampak luarnya sangat berwibawa. Dari seorang
teman, saya mendapatkan buku tebal itu berjudul: Apa dan Siapa Penyair
Indonesia.
Buku tersebut tersusun lebih
dari 670 halaman. Editor dan kuratornya sastrawan dan kritikus sastra
ternama, antara lain: Maman S Mahayana, Sutardji Calzoum Bachri, Abdul Hadi
WM.
Buku ini diterbitkan oleh
Yayasan Hari Puisi Indonesia, Sept 2017. Ia juga turut dilaunching ketika
memperingati hari puisi.
Saya melihat ada nama saya yang
juga dianggap penyair. Wah, ujar saya, ternyata sayapun kini dianggap
penyair.
Tapi saya cari tak ada nama
Agus R Sarjono, yang puisinya berjudul Sajak Palsu dibaca di banyak tempat.
Saya lihat juga tak ada nama Fatin Hamama yg sudah menulis buku puisi
Papyrus, dan sudah pula launching tunggal buku puisinya di TIM. Dua nama ini hanya untuk contoh saja.
Saya lihat ratusan nama yang
disebut penyair, yg tak pernah saya dengar. Mungkin total list itu ada lebih
dari 1000 nama.
Langsung muncul pertanyaan:
mengapa tokoh sekelas Agus R Sarjono dan Fatin Hamama tak dianggap penyair
Indonesia, dari list 1000 nama itu.
Saya baca pengantar buku itu:
Menolak konon: sebuah pertanggung jawaban. Namun dari penjelasan itu masih
tak terjelaskan mengapa misalnya Agus R Sarjono dan Fatin Hamama tak masuk
dalam list penyair Indonesia?
Jika kita melihat semata arti
kata penyair atau poet dalam bahasa Inggris, definisinya sangat sederhana.
Penyair adalah siapa saja yang menulis puisi. Mereka yg sudah menulis puisi,
apalagi sudah menerbitkan buku, tak bisa tidak dianggap penyair jika definisi
kamus bahasa standard yang digunakan.
Dengan definisi itu, jelaslah
Agus R Sarjono dan Fatin Hamama masuk kategori.
Sayapun teringat pula
perdebatan 33 tokoh sastra paling berpengaruh. Juga perdebatan mengenai 10
penyair terbesar dunia sepanjang massa. Juga perdebatan mengapa politisi
William S Churchil dan penulis lagu Bob Dylan mendapatkan nobel sastra?
Rencana saya ingin menulis
catatan kritis panjang lebar saya batalkan. Apa mau dikata? Dalam dunia bebas
setiap orang boleh beropini. Dan awal semua opini adalah definisi.
Selanjutnya terserah publik dan pembaca untuk mengamininya atau membantahnya.
Politik yang paling purba
memang soal mendefinisikan kata, termasuk politik mendefinisikan siapa
penyair Indonesia. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar