Gerakan
untuk Akhiri Perbudakan
Julie Bishop ; Menteri Luar Negeri Australia
|
KOMPAS,
12 Oktober
2017
Anda mungkin menganggap perbudakan adalah relik
peninggalan masa lalu, satu jenis perdagangan yang tidak dapat diampuni dan
telah selesai ditangani dan diatasi oleh peradaban modern. Anda salah.
Perbudakan modern masih merajalela. Taksiran Indeks Perbudakan Global
terdapat 45,8 juta orang yang masih berada dalam kondisi menyerupai
perbudakan, dengan lebih dari setengahnya berada di kawasan kita.
Tidak ada negara di dunia yang kebal terhadap
praktik-praktik ini. Yayasan Walk Free bahkan memperkirakan ada 4.300 orang
yang mungkin masih mengalami perbudakan di Australia. Ada sesuatu yang sangat menyakitkan tentang
ide perbudakan modern—sebuah gagasan bahwa di zaman sekarang seseorang bisa
menerapkan hak kepemilikan atas manusia lain dalam bentuk perbudakan, kerja
paksa, jeratan utang, atau pernikahan paksa.
Perbudakan menyentuh kita semua. Masalah ini terdapat
dalam rantai pasokan komoditas kita yang paling sering kita konsumsi: mulai
dari pakaian, barang-barang elektronik, hingga makanan dalam kemasan dan
masih banyak lagi. Sebagai konsumen produk-produk ini, kita semua mungkin tanpa
sadar dan secara tidak langsung terlibat dalam kejahatan ini.
Bisnis skala raksasa
Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan
praktik-praktik kerja paksa telah menghasilkan keuntungan tahunan sebesar 150
miliar dollar AS—jumlah yang sangat besar dengan mengorbankan manusia. Hal
ini termasuk yang memperkuat desakan moral untuk mengakhiri praktik
perbudakan dan menegaskan bahwa hanya dalam kemitraan dengan bisnis,
pemerintah dapat membatasi perdagangan yang menjijikkan ini.
Ada peningkatan kesadaran akan risiko komersial dan
reputasi bagi bisnis yang mendapatkan keuntungan dari praktik eksploitasi.
Perusahaan yang telah menangani masalah ini sudah mengakui adanya keuntungan
komersial dari penerapan etika standar kerja.
Bisnis-bisnis di Australia menginginkan keterlibatan yang
lebih dalam mengenai isu-isu ini, seperti yang terlihat nyata dari pengajuan
pendapat yang disampaikan kepada parlemen untuk segera menetapkan
Undang-Undang Anti Perbudakan Modern (Modern Slavery Act).
Pemerintah Australia, di bawah kepemimpinan Perdana
Menteri Malcolm Turnbull, merencanakan peraturan perundangan yang akan
memberikan persyaratan bagi bisnis besar untuk menyerahkan laporan tahunan
mengenai tindakan mereka dalam menangani perbudakan.
Proses konsultasi yang ekstensif akan memberikan
kesempatan kepada komunitas bisnis untuk membantu merancang persyaratan
pelaporan yang sederhana, masuk akal, dan efektif. Ini juga akan memastikan
bahwa pelaporan ini memenuhi harapan masyarakat.
Upaya regional
Australia tidak dapat mengatasi masalah ini sendiri; aksi
regional sangat penting. Di Perth, bersama dengan Menteri Luar Negeri
Indonesia Retno Marsudi, saya meluncurkan kemitraan bisnis-pemerintah
(business-government partnership) yang pertama di dunia untuk menangani perbudakan
modern. Forum Pemerintah dan Bisnis Bali Proses menyatukan menteri dan
pemimpin bisnis dari 45 negara anggota.
Delegasi bisnis tersebut akan diketuai bersama-sama oleh
Andrew Forrest, Direktur Utama Fortescue Metals Group, dan Eddy Sariaatmadja,
pendiri dan Direktur Utama Emtek Indonesia. Pemimpin bisnis dari kawasan
Indo-Pasifik dan sekitarnya akan hadir, termasuk Wesfarmers, JD.com dari
China, Walmart, Thai Union, Mitsui dari Jepang, dan Icebreaker dari Selandia
Baru. Mereka menunjukkan komitmen untuk memberantas perbudakan modern dalam
rantai pasokan mereka.
Forrest dan
Sariaatmadja akan membawa rencana kerja untuk sektor bisnis ke forum tersebut
dengan usulan untuk penanganan isu-isu termasuk eksploitasi pekerja migran,
integritas rantai pasokan, dan mekanisme pengaduan serta pemulihan.
Bisnis-bisnis juga akan mengembangkan usulan tersebut
menjadi rekomendasi sebagai bahan pertimbangan pemerintah tahun depan. Forum
ini merupakan perpanjangan praktis dari sejarah kepemimpinan Australia yang
panjang dan membanggakan di tingkat kawasan dan global terkait isu-isu
perdagangan manusia dan kejahatan lintas negara terkait.
Selama lebih dari satu dekade, Australia telah bekerja
sama dengan negara-negara Asia Tenggara untuk memerangi perdagangan manusia,
menyumbang dana dan juga keahlian. Sangat penting bagi wilayah kita untuk
bekerja bersama dalam mengembangkan sebuah rencana untuk membuang momok
perbudakan ke dalam buku-buku sejarah. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar