Minggu, 15 Mei 2016

Apakah Salah kalau Kita Sedikit Membanggakan Diri?

Apakah Salah kalau Kita Sedikit Membanggakan Diri?

Sawitri Supardi Sadarjoen ;   Penulis Kolom PSIKOLOGI Kompas Sabtu
                                                         KOMPAS, 14 Mei 2016

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Kita perlu mempertimbangkan perbedaan latar belakang tradisi kita, bahkan untuk hal-hal dalam percakapan sehari-hari. Sebab, kalau kita tidak bersikap seperti itu, akan mudah bagi kita menjadi marah kepada seseorang yang bicara atau memutuskan untuk bersikap "diam" yang kurang sesuai dengan kebiasaan dalam lingkungan tradisi kita.

Contohnya, saya memiliki dua teman yang berambisi dan juga mendapat prestasi sosial membanggakan dan selalu mempertimbangkan dalam-dalam untuk selalu bersikap merendah dalam situasi sosial. Pada umumnya, para perempuan cenderung menyembunyikan prestasi mereka, padahal begitu suksesnya sehingga mereka sering menunjukkan atau mengawali ungkapan tentang keberhasilan mereka dengan permintaan maaf terlebih dahulu. Contohnya, ungkapan sebagai berikut: "Ya, memang saya memenangkan kejuaraan Asia untuk bermain golf, tetapi kemenangan tersebut sebenarnya karena kebetulan saja saya sedang beruntung. Sebenarnya dalam hati kecil saya hanya menginginkan tinggal di rumah dan mengasuh kedua anak saya".

Terus terang saya merasa kurang senang dengan cara teman saya menyatakan keberhasilannya tersebut dengan merendah seolah keberhasilannya hanyalah karena "keberuntungan" dan bukan karena kepiawaiannya bermain golf.

Terus terang bahwa saya juga tidak menginginkan teman yang menang dalam pertandingan golf se-Asia tersebut terlampau bangga dan sombong akan keberhasilannya. Namun, yang saya inginkan ialah hendaknya mereka menyatakan bahwa keberhasilannya berdasar pada ambisi prestatif dan bahwa mereka menjalani pertandingan tersebut dengan segala kesungguhan hatinya. Sikap seperti itu akan menghasilkan efek yang lebih baik bagi diri dan lingkungan luas mereka. Jika merendahkan diri dengan pertimbangan untuk membuat orang lain tidak sombong melalui upaya kita menyembunyikan talenta dan ambisi kita, kondisi semacam itu justru akan memuat kesan menghina lingkungan dengan sikap yang penuh arogansi (kesombongan terselubung).

Latar belakang

Saat saya merasa tersinggung oleh sikap beberapa teman yang sebenarnya sukses tetapi bersikap merendah, saya teringat akan keberadaan latar belakang etnik yang berbeda yang bisa saja menjadi penyebab perasaan kurang senang serta membuat emosi saya tegang. Orang dengan latar belakang etnik Jawa tradisional, misalnya, akan merasa berdosa kalau membanggakan asal keturunannya.

Sikap menyombongkan diri dan menyatakan kebanggaan diri sangat tidak dibenarkan oleh orang tua dengan latar belakang Jawa tradisional tersebut. Mereka membekali anak-anaknya untuk memiliki kompetensi secara diam-diam, dan adalah sikap yang salah apabila berusaha menarik perhatian orang lain terhadap keunggulan diri anaknya tersebut.

Ternyata orang Irlandia pun teman saya berpendapat bahwa menampilkan diri dengan "besar kepala" adalah tabu terbesar bagi keluarga Irlandia. Sementara orang Yahudi sebaliknya berpendapat bahwa adalah dosa bagi seorang anak yang tidak berbuat sesuatu bagi kebanggaan keluarga. Jadi, anak-anak mereka didukung untuk membuat diri mereka bersinar di lingkungannya. Menang dalam pertandingan lari tunggal lebih berharga di mata keluarga Yahudi daripada menjadi anggota tim sepak bola yang sering memenangkan pertandingan.

Contoh lain, seorang ibu Yahudi mendorong dua anak balita dalam kereta dorong. Saat ada orang yang tertarik dan mengungkap: "Wow, lucu dan menyenangkan kedua anak ibu, berapakah usianya?" "Dengan bangga si ibu Yahudi tersebut menjawab dengan ungkapan sebagai berikut: 'Dokter ini, usianya 4 tahun, sedang Pengacara ini, usianya 3 tahun,'" sambil menunjukkan tangannya kepada anak yang satu lagi. Tampak terlampau cepat ibu tersebut membanggakan kedua anaknya yang masih balita kepada orang asing yang ditemui. Betapa..?!

Dari perbedaan cara mengungkap diri tersebut kita menyadari bahwa terdapat perbedaan besar antarsatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya yang menyertakan begitu banyak aturan dalam setiap kelompok. Apalagi, banyak di antara kita yang tidak tahu lagi asal muasal etnik kita sendiri sehubungan dengan multidimensionalitas berbagai etnik campuran. Kita adalah produk dari tradisi multirasial.

Meski demikian, jika kita membutakan diri terhadap keberadaan berbagai kebudayaan dan tradisi-tradisi serta aturan-aturan dalam kelompok orang-orang berbeda, kita akan terbelenggu dengan berbagai macam gejala patologik, baik terhadap keluarga kita sendiri maupun kepada kelompok manusia lainnya. Hal itu membuat kita berpikir bahwa mereka menyatakan dan mengungkap suatu hal atau kejadian dengan cara berlebihan, sangat kurang ataupun tampak sangat salah di mata kita. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar