Manuver
Muhammad bin Salman
Zuhairi Misrawi ; Intelektual Muda Nahdlatul Ulama;
Analisis Pemikiran dan
Politik Timur Tengah di The Middle East Institute, Jakarta
|
DETIKNEWS,
09 November
2017
Muhammad bin Salman, yang akrab
dipanggil "MBS" menjadi sosok yang paling populer di Timur Tengah,
bahkan dunia internasional. Ambisinya untuk melakukan "revolusi" di
tanah kekuasaannya dan membuka tabir eksklusivisme yang mendarah daging di negerinya
telah menimbulkan perdebatan hangat. Semua sedang menerka-nerka arah angin
yang akan berembus di Arab Saudi, dan dampak luas yang akan terjadi di
kawasan dan dunia pada umumnya. Apa sebenarnya yang terjadi di negeri kaya
minyak tersebut? Apa sebenarnya yang ingin dicapai oleh MBS?
Langkah MBS menangkap sejumlah
pangeran, mantan menteri, dan me-reshuffle posisi penting di militer
terbilang sangat mengejutkan. Setelah mendepak Muhammad Nayef bin Abdul Aziz
beberapa bulan lalu, kini giliran Miteb bin Abdullah dan Waleed bin Talal
yang menjadi sasaran empuk MBS. Keduanya dianggap mempunyai amunisi jaringan
kekuasaan dan uang yang melimpah.
Berbeda dengan upaya
melengserkan Muhammad Nayef yang menggunakan kekuasaan absolut bapaknya, Raja
Salman, dan konon juga mendapatkan restu dari Lembaga Baiat yang di dalamnya
terdiri dari ratusan pangeran, kini sejumlah pangeran ditangkap dengan
tuduhan kasus korupsi. Tuduhan tersebut tidak tanggung-tanggung dampaknya,
karena jika merujuk pada hukum Islam, korupsi termasuk salah satu "dosa
besar" dan dampak hukumnya bisa sangat berat. Apakah MBS yang didaulat
sebagai panglima pemberantasan korupsi akan menjerat mereka dengan hukum yang
berlaku dalam hukum Islam?
Semua sudah maklum, bahwa para
pangeran Arab Saudi hidup bergelimang harta. Penyebabnya sederhana, karena
selama ini mereka hidup bermandikan dollar menyusul meroketnya harga minyak
sejak tahun 80-an. Mereka yang menduduki posisi strategis pada umumnya para
pangeran, yang artinya mereka tidak tersentuh oleh hukum. Mereka tidak punya
lembaga yudikatif yang independen bisa melakukan kontrol dan melakukan
penegakan hukum terhadap mereka yang dianggap melakukan korupsi atau
pelanggaran hukum. Artinya, keluarga kerajaan dan kekuasaan melekat menjadi
satu, tak terpisahkan.
Fulus yang melimpah dan tidak
adanya kontrol yang ketat yang dapat memaksa transparansi, maka korupsi bisa
terjadi di mana-mana, bersifat massif. Bayangkan, untuk kekayaan Waleed bin
Talal saja ditaksir sekitar 240 triliun. Itu artinya sama dengan anggaran
desa di Indonesia untuk 4 tahun!
Pangeran Miteb bin Abdullah
yang merupakan sepupu MBS sendiri dan sebelumnya menjabat sebagai Ketua Garda
Nasional dituduh telah menggelapkan anggaran pengadaan senjata, yang tentu
jumlahnya juga sangat fantastis. Konon, beberapa sumber menjelaskan bahwa
kisaran uang yang dikorupsi mencapai 100 miliar dollar AS. Uang yang cukup
fantastis!
Namun semua bertanya-tanya,
apakah korupsi hanya dilakukan oleh para pangeran dan mantan menteri yang
ditangkap? Bukankah semua menikmati uang yang dihasilkan dari minyak?
Harian The New York Times
merilis bahwa MBS sendiri baru membeli sebuah kapal pesiar yang supermewah di
Prancis yang total harganya mencapai 500 juta dollar AS. Raja Salman juga
dikabarkan membeli sebuah rumah mewah di London yang harganya mencapai 28
juta dollar AS. Uang sebanyak itu didapatkan dari mana?
Saya kira warga Arab Saudi juga
membaca informasi ini, dan mereka tahu perihal kehidupan mewah keluarga
kerajaan, para pangeran, dan elite politik mereka. Tapi sayangnya mereka
tidak bisa melakukan protes dan demonstrasi. Karena paham Wahabi menggariskan
bahwa ketaatan kepada pemimpin bersifat mutlak. Jika ada yang berani
melakukan protes atau demonstrasi, maka ia akan langsung dicokok dengan hukuman
yang sangat berat, termasuk hukuman mati!
Maka dari itu, langkah yang
diambil oleh MBS tidak dianggap sebagai sesuatu yang istimewa sebagai langkah
besar untuk memerangi korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, melainkan sebagai
upaya untuk melanggengkan kekuasaan. Apalagi muncul rumor yang sangat kuat di
Timur Tengah, bahwa pada akhir Desember nanti, Raja akan mengundurkan diri
dan akan menunjuk MBS sebagai Raja.
Rumor tersebut sangat identik
dengan manuver politik yang dilakukan MBS. Ia ingin menunjukkan bahwa dirinya
saat ini sebagai Raja de facto, meskipun secara de jure masih dipimpin
bapaknya. Raja Salman disebutkan oleh media-media Arab lebih sering
menghabiskan waktunya di tempat peristirahat mewah di Maroko, di samping
karena usianya sudah sangat lanjut.
Praktis kepemimpinan di Arab
Saudi berada di tangan MBS. Meski usianya masih 32 tahun, dan terbilang
sangat muda, tapi ia ingin memberikan peringatan kepada para sepupunya dan
para pangeran di Lembaga Baiat, bahwa dengan mandat langsung dari bapaknya ia
bisa melakukan apa saja. MBS saat ini memimpin langsung tiga poros penting:
pertahanan, ekonomi, dan komisi pengentasan korupsi.
Thomas L Friedman (2017) di
Harian New York Times mengkhawatirkan langkah yang diambil oleh MBS.
Genderang perang yang dilakukan kepada para pangeran dan elite di dalam Arab
Saudi akan menimbulkan goncangan. Belum lagi, genderang perang yang dilakukan
terhadap Houthi Yaman dan terakhir Hizbullah, yang menyasar Iran akan
menimbulkan dampak yang tidak sederhana.
Mundurnya Perdana Menteri
Libanon diduga kuat karena intervensi Arab Saudi, yang menyebabkan
instabilitas politik yang di negeri yang selama ini relatif aman dan mampu
membangun konsensus dalam demokrasi.
Semua bisa membaca, bahwa MBS
sedang berproses untuk menjadi Raja. Ia mempunyai dua modal penting, yaitu
dukungan kaum milenial yang jumlahnya mencapai 70% dan dukungan bapaknya yang
saat ini menjabat sebagai Raja.
Selain itu, ia sangat berani
karena sudah mendapatkan dukungan dari Donald Trump dan Netanyahu. Komentar
MBS tentang revolusi Islam Iran 1979 sebagai penyebab ekstremisme di Timur
Tengah dan mundurnya Perdana Menteri Libanon merupakan pesan kuat untuk
melawan Iran. Artinya, koalisi Arab Saudi, Amerika Serikat, dan Israel akan
melakukan rencana besar untuk membungkam pengaruh Iran di Timur Tengah.
Namun, semua itu hanya ambisi
MBS belaka. Ia mungkin bisa memenangkan perebutan kekuasaan di dalam negeri
Arab Saudi karena kekuasaan absolut bapaknya. Tapi ia tidak akan mudah untuk
melawan Iran, karena Iran sudah menjelma sebagai negara berpengaruh dan
mempunyai kekuatan militer yang layak diperhitungkan. Belum lagi dukungan
penuh dari Rusia.
Maka dari itu, kita akan
melihat episode selanjutnya dari manuver-manuver MBS ini. Sebuah pertunjukan
yang menegangkan. Jika tidak hati-hati, ia bisa terjungkal dari kursinya! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar