|
Seiring
semakin dekatnya waktu pelaksanaan Kurikulum 2013, sikap pro dan kontra
masyarakat mengenai hal ini semakin mengemuka. Sejumlah pihak yang pro
menyatakan perubahan Kurikulum 2013 adalah keniscayaan untuk mengimbangi
perubahan dan tantangan global yang terus bergerak dinamis.
Perubahan kurikulum dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik kita
agar lebih siap menghadapi tantangan-tantangan masa depan melalui
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan keahlian untuk beradaptasi, serta
bisa bertahan hidup dalam lingkungan yang senantiasa berubah.
Sementara itu, pihak-pihak yang kontra antara lain mengkritik bahwa
perubahan kurikulum bukan hal paling krusial untuk memperbaiki kualitas
pendidikan di Indonesia, terlalu dipaksakan dan berbau proyek, ada pula
yang menyayangkan hilangnya sejumlah materi pembelajaran penting seperti
Bahasa Inggris dan Bahasa Daerah.
Terlepas dari berbagai pro dan kontra di atas, kurikulum baru nampaknya
hampir pasti tetap diberlakukan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemdikbud) mulai tahun ajaran 2013/2014.
Optimalkan yang Tersisa
Nyaris tidak ada perubahan tanpa pertentangan, termasuk perubahan
Kurikulum 2013. Hilangnya sejumlah materi penting seperti Bahasa Inggris
dan Bahasa Daerah sebagai mata pelajaran yang semula mandiri atau berdiri
sendiri, atau digabungkannya sejumlah materi penting dengan mata
pelajaran lain, di satu sisi memang kita sayangkan.
Namun
di sisi lain, Kurikulum 2013 juga menawarkan sejumlah semangat perubahan
yang memang relevan dan sangat kita butuhkan saat ini. Salah satunya
dengan masih dipertahankannya mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya.
Mata pelajaran ini nantinya memiliki peran yang lebih besar dan kompleks.
Kehadirannya tidak hanya untuk mengakomodir sejumlah mata pelajaran yang
hilang seperti Bahasa Daerah, benteng terakhir untuk melestarikan budaya
bangsa sekaligus juga mengakomodir sejumlah materi baru yang relevan
dengan tantangan dan tren global saat ini, seperti tren ekonomi kreatif.
Hanya mereka yang kreatif dan kompeten di bidangnya yang akan keluar sebagai
pemenang. Dalam konteks ini, pendidikan merupakan salah satu breeding ground (tempat
perkecambahan) yang utama bagi tumbuh kembangnya insan-insan kreatif dan
berdaya saing tinggi di kemudian hari.
Ada banyak manfaat yang akan kita peroleh dengan memberikan porsi lebih
besar mengenai ekonomi kreatif dalam kurikulum baru kita. Hal ini sejalan
dengan tren ekonomi global saat ini, yakni ekonomi kreatif.
Tren
ekonomi kini menjadi primadona banyak negara sehingga mereka
berlomba-lomba mengembangkan berbagai potensi ekonomi kreatifnya. Sangat
disayangkan jika Indonesia dengan potensi sangat besar di bidang ini,
melewatkannya begitu saja.
Di sisi lain, materi pembelajaran mengenai ekonomi kreatif juga sangat
terkait erat dengan upaya pelestarian budaya bangsa yang semakin kritis
terutama di kalangan generasi muda. Porsi yang kurang dalam kurikulum
kita selama ini membuat upaya pelestarian budaya bangsa kian
terpinggirkan. Generasi muda kita semakin asing dan tidak tertarik dengan
budayanya sendiri.
Banyak
orang dari negara lain justru memberikan perhatian yang besar bahkan
dengan tekun mempelajari budaya kita hingga mahir. Bangsa yang lupa pada
budayanya sendiri akan sangat merugi di kemudian hari.
Banyak
budaya bangsa yang akan dipatenkan oleh negara lain karena mereka lebih
memperhatikan dan secara nyata melestarikan budaya kita. Jika ini terus
dibiarkan, kerugian yang akan kita dapati akan sangat besar tidak hanya
secara ekonomi tetapi juga secara nilai dan identitas yang nilainya tak
bisa diukur dengan materi.
Di sisi lain, materi pembelajaran ekonomi kreatif juga sangat kondusif
dalam menumbuhkembangkan semangat kewirausahaan pada generasi muda.
Semangat dan kemampuan ini akan membuat mereka lebih siap menghadapi
persaingan masa depan yang pastinya akan semakin sengit.
Dengan
berbagai manfaat ini, tidaklah berlebihan jika katakan bahwa Kurikulum
2013 bisa menjadi suatu momentum untuk membangkitkan ekonomi kreatif
secara formal melalui lembaga pendidikan.
Harga Masa Depan
Ada harga mahal yang harus kita bayar untuk membeli masa depan yang
gemilang. Termasuk dalam mengintegrasikan materi mengenai ekonomi kreatif
dalam Kurikulum 2013.
Mulai
perumusan konsep, sosialisasi kepada masyarakat hingga penyediaan
perangkat dan infrastruktur serta pelatihan bagi guru agar bisa
mengimplementasikannya dengan baik di lapangan. Para guru inilah yang
nantinya akan menjadi ujung tombak perubahan.
Salah
satu hambatan besar dalam pengimplementasian ekonomi kreatif di dunia
pendidikan terkait dengan guru adalah masih minimnya tenaga pengajar yang
mumpuni di bidangnya. Dibutuhkan insentif agar para guru dan calon guru
termotivasi mendalami bidang-bidang ekonomi kreatif. Insentif dapat
berupa beasiswa untuk melanjutkan studi di bidang ekonomi kreatif.
Pembelajaran mengenai ekonomi kreatif juga membutuhkan bahan dan sarana
praktik yang tidak murah harganya agar siswa tidak hanya berteori.
Pelajaran yang langsung dipraktikkan juga cenderung lebih menyenangkan.
Semua ini jelas membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Namun,
harga yang harus kita bayar sekarang menjadi tidak seberapa dibandingkan
dengan kerugian yang harus kita tanggung di masa yang akan datang jika
mengabaikannya. Banyak budaya kita dipatenkan negara lain sehingga kita
harus membayar untuk bisa menikmati sesuatu yang mulanya adalah miliki
kita sendiri.
Kerugian tidak sedikit baik secara materi maupun harga diri juga akan
kita alami saat Indonesia diserbu pekerja asing dan menempati berbagai
posisi strategis sementara anak bangsa hanya bisa menempati posisi
bawahan.
Bisa-bisa
kita menjadi pesuruh di rumah sendiri. Sebelum semua ini terjadi maka
inilah saatnya bagi kita untuk memantapkan langkah mempersiapkan diri
sebaik dan sedini mungkin. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar