Kamis, 25 April 2013

Kartini Modern


Kartini Modern
Munawir Pasaribu ;  Dosen Tetap FAI UMSU, Wakil Sekretaris PW Pemuda 
Muhammadiyah Sumatera Utara
KORAN SINDO, 25 April 2013



Sepekan lagi April berlalu. Di antara hari yang bersejarah di bulan ini adalah 21 April, yaitu Hari Kartini. Sebagai bangsa yang luhur tentu kita tidak akan melupakan sejarah. Begitu banyak jasa pahlawan yang kini dilupakan orang. 

Sebagai bangsa yang luhur tersebut kita mengenang kelahiran pemerkasa emansipasi wanita, yaitu Raden Ajeng Kartini. Dalam tulisan ini penulis hanya mengupas sedikit biografi dari RA Kartini sehingga tidak terjadi pengaburan sejarah. RA Kartini atau Raden Ajeng Kartini adalah salah satu pelopor emansipasi wanita pribumi yang lahir di Jepara, 21 April 1879. 

Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri yang lahir dari pasangan RM Sosroningrat dan MA Ngasirah. Dari sisi ayahnya, garis keturunan Kartini dapat dilacak hingga Sultan Hamengkubuwono VI, Sultan Yogyakarta. Mula pertama udara segar yang dihirup RA Kartini adalah udara desa, yaitu sebuah desa di Mayong yang terletak 22 km sebelum masuk jantung Kota Jepara. 

Disinilah dia dilahirkan oleh seorang ibu dari kalangan rakyat biasa yang dijadikan garwo ampil oleh wedonoMayong RM Sosroningrat. Anak yang lahir itu adalah seorang bocah kecil dengan mata bulat berbinar memancarkan cahaya cemerlang seolah menatap masa depan yang penuh tantangan. Dalam sejarahnya sebagai anak seorang pejabat, Kartini termasuk beruntung karena bisa mengenyam pendidikan. 

Kartini sekolah di ELS (Europese Lagere School), di sinilah ia belajar bahasa Belanda dan ilmu pengetahuan lain. Namun, sesuai adat Jawa pada saat itu, Kartini terpaksa harus berhenti sekolah pada usia 12 tahun karena harus tinggal di rumah untuk dipingit. Dalam masa pingitan ini Kartini tidak menyerah mendapatkan ilmu pengetahuan. 

Walupun dia tidak mendapat pendidikan di bangku sekolah, ia tetap menjalin komunikasi, berbagi pengalaman dan ilmu dengan temannya mengirimkan surat ke sahabat pena di Belanda. Dari pengalaman dan informasi sahabat penanya dari Belanda tersebut mulai timbul dalam pemikiran Kartini untuk mengubah corak berpikir dan pemahaman tentang wanita. 

Pada 12 November 1903 saat usianya 24 tahun, Kartini menikah dengan KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, seorang Adipati Rembang yang telah memiliki tiga orang istri. Suami Kartini sangat memahami apa yang diinginkan istrinya tersebut, akhirnya Kartini diberi dukungan suaminya untuk mendirikan sekolah wanita. Sekolah wanita ini kemudian didirikan di dalam kompleks kantor Kabupaten Rembang yang sekarang menjadi Gedung Pramuka. 

Jasa-jasa Kartini sampai sekarang sangat berarti bagi kaum wanita dengan kumpulan suratsurat Kartini yang dikirimkan kepada sahabat-sahabatnya di Belanda, timbullah buku Habis Gelap Terbitlah Terang (Door Duisternis tot Lich). Buku tersebut merupakan bukti keinginan seorang Kartini untuk melepaskan kaumnya dari diskriminasi yang membudaya pada zamannya. 

Fenomena Wanita Karir 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988), karir berasal dari kata karier (Belanda) yang berarti pertama, perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan dan jabatan. Kedua, pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju. Selain itu, kata karier selalu dihubungkan dengan tingkat atau jenis pekerjaan seseorang. Wanita karier berarti wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi (usaha dan perusahaan). 

Dari ciri- cirinya bisa kita lihat beberapa di antaranya, wanita yang aktif melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai suatu kemajuan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan itu merupakan kegiatan profesional sesuai bidang yang ditekuninya, baik di bidang politik, ekonomi, pemerintahan, ilmu pengetahuan, ketentaraan, sosial, budaya pendidikan, maupun di bidang lainnya. 

Kartini sudah satu abad meninggalkan kita. Namun, banyak wanita Indonesia banyak belum mengerti apa sebenarnya fungsi mereka. Walaupun dalam Islam tidak ada perbedaan antara lakilaki dan wanita, namun secara fitrahnya wanita mempunyai tugas dan fungsi lebih spesifik dari laki-laki. Kalau kita melihat pengertian wanita menurut definisi dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan, perempuan adalah orang (manusia) yang mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui. 

Sedangkan wanita adalah perempuan yang berusia dewasa. Kalau kita menelaah pengertian tersebut ada sebuah pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan laki-laki, yaitu menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui. Namun bagi wanita, hampir apa yang dilakukan laki-laki sudah dapat mereka lakukan baik dalam hal sosial, pemerintahan, dan keagamaan pun sama. 

Hanya dalam Islam membatasi wanita tidak boleh menjadi Imam bagi laki-laki dewasa. Dari sisi keilmuan atau akademisi tidak jarang lagi kita menemukan wanita yang menjadi pimpinan di universitas. Bahkan, dalam salah satu sekolah hanya diperbolehkan menjadi guru adalah wanita, bisa kita lihat di TK. Dalam bidang politik, bangsa yang demokratis seperti Indonesia tidak akan pernah lupa dipimpin seorang wanita menjadi Presiden RI yang ke-5 pada periode 2001-2004. 

Begitu tangguhnya seorang wanita bisa menjadi kepala negara dalam hal ini penulis terlepas dari berbagai kontradiksi mengenai kepemimpinannya. Di sisi lain dari jenis pekerjaan, banyak kita melihat wanita-wanita super yang bisa menginspirasi para wanita lainnya untuk menutupi kelemahan sebagai wanita yang kata sebagian orang lemah, kita tidak lagi payah menemukan wanita menjadi buruh pabrik, supir, bahkan pekerjaan lebih berat dibandingkan laki-laki. 

Ini semua merupakan contoh kecil di sisi pekerjaan wanita Indonesia. Begitulah kiprah wanita sekarang ini, wajar Kiai Haji Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah mengatakan, “wanita adalah aset umat dan bangsa. Tidak mungkin membangun peradaban manusia apabila para wanita dibiarkan berdiam diri di dapur dan di rumah saja.” 

Wanita dan Fitrahnya 

Kartini modern sekarang ini sudah lupa dengan fitrahnya, terlepas dari pekerjaan apa yang dilakukannya. Bukan berarti kita membiarkan wanita sekarang ini seperti masa-masa gelap dahulu yang tidak bisa mengecap pendidikan dan hanya pekerjaannya di dapur. Namun, dari berbagai jenis pekerjaan tersebut harus dipilih menurut kesanggupan, sehingga tidak mengorbankan fitrah sebagai wanita yang mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga. 

Banyak wanita karier sekarang ini kehilangan fitrahnya, melupakan tanggung jawabnya sebagai ibu. Pergi pagi sebelum anak bangun tidur dan pulang malam ketika anak sudah tidur. Fenomena ini yang nanti mengakibatkan tekanan sosial kepada sang anak dikarenakan kurang perhatian dan kasih sayang ibu. Kita yang telah mengetahui arah perjuangan Kartini diharapkan mampu mewujudkan cita-cita dan impiannya, namun harus tahu aturan dan fitrah sebagai wanita. 

Belajar yang tekun supaya jadi orang pintar merupakan keharusan untuk bisa bersaing di masa depan. Bekerja di semua lini kehidupan harus mawas diri dan jangan hanya mendapatkan uang, sementara menggadaikan kehormatan selaku wanita. Masa depan bangsa ini tergantung kepada wanita, yaitu ibu yang merupakan pendidik pertama dalam kehidupan seorang anak. 

Wajar apa yang disampaikan Abdullah Cholil, wanita adalah pilar bangsa, tiang negara, sebagaimana diajarkan Nabi Muhammad SAW tentang peran penting seorang ibu. Jadi wanita tangguh dan Katini-Kartini modern yang tanpa melalaikan perannya sebagai ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar