Selasa, 20 Februari 2018

Paradoks Ekonomi Zaman Now

Paradoks Ekonomi Zaman Now
Iman Sugema  ;    Ekonom IPB
                                                  REPUBLIKA, 19 Februari 2018



                                                           
Kalau melihat perkembangan bisnis yang digagas kids jaman now, kita akan merasa optimistis dengan masa depan Indonesia. Pasar dunia begitu terbuka dan anak-anak milenial penuh dengan daya kreativitas. Akan tetapi, di sisi lain ada juga yang sangat mengkhawatirkan, yakni berkembangnya penetrasi bisnis asing dengan kekuatan modal yang sangat besar sehingga mengancam keberlangsungan bisnis generasi milenial itu sendiri. Itulah sekelumit paradoks yang akan kita bahas kali ini.

Siapa sih yang tak kenal Gojek, Tokopedia, dan Bukalapak? Dulu kita bangga sekali dengan inovasi bisnis ala anak muda seperti ini. Tak terasa, dalam sekejap mereka telah membuka kesempatan bisnis dan kesempatan kerja bagi jutaan keluarga.

Melalui Bukalapak, para produsen dan pedagang di berbagai pelosok negeri bisa menjangkau seluruh konsumen di pelosok yang lain. Interkoneksi menjadi kunci keterbukaan pasar. Pemasaran online telah membuka era baru cara berbisnis bagi rakyat biasa. Konsumen pun dimanjakan dengan ribuan pilihan tanpa harus capai mendatangi pusat perbelanjaan. Pedagang diberikan akses yang luas, sementara konsumen mendapatkan pilihan yang sangat beragam. Itulah inti dari pasar persaingan sempurna.

Hampir tidak ada lagi perbedaan antara Indonesia timur dengan barat. Semua orang bisa membeli barang dengan kualitas dan harga yang sama. Yang membedakan hanyalah ongkos kirim, tetapi itu juga berlaku dua arah.

Kalau Anda berada di Makassar dan hendak membeli barang dari Medan maka ongkos kirim yang sama akan dihadapi oleh orang Medan yang membeli barang dari Makassar. Itulah sejatinya hukum satu harga. Perbedaan hanya menyangkut biaya transportasi.

Mekanisme seperti ini sungguh sangat ideal bagi persaingan usaha yang sehat. Pemasok terpecah-pecah dalam skala kecil sehingga tidak ada satu pun yang menjadi sangat dominan. Selain itu, hampir tidak ada barrier to entry yang disebabkan hambatan modal. Siapa pun anda, kesempatan berusaha terbuka lebar selama 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu. Selama punya kemauan, kesempatan selalu ada. Semuanya bersifat partisipatif.

Begitu juga dengan Gojek dan taksi online. Dulu penyedia transportasi publik haruslah bermodal besar. Kini penyediaan kendaraan bisa didistribusikan kepada pelaku usaha individual. Asal Anda bersedia “mengomprengkan” motor atau mobil Anda, maka hari itu juga Anda menjadi juragan taksi online. Ini benar-benar merupakan inovasi bisnis yang merupakan pengejawantahan ekonomi gotong royong.

Tidak hanya kendaraan yang bisa Anda sewakan. Keterampilan mencukur, memijat, atau membersihkan rumah dapat Anda sewakan. Anda juga tak harus membuka tempat khusus untuk usaha Anda. Platform online dapat menggantikan fungsi tempat usaha. Asal Anda bersedia dipanggil ke rumah calon pelanggan, Anda akan terus mendapatkan penghasilan.

Kreasi kids jaman now tidak hanya terbatas untuk hal-hal itu. Banyak yang sedang bergelut dengan menciptakan alat transaksi elektronis. Ada juga yang sedang berupaya melestarikan lingkungan hidup secara online. Ada yang menyediakan layanan kesehatan secara online.

Banyak yang sedang berupaya membuat machine learning untuk dunia kesehatan, pertanian, dan biologi. Ini zaman kreativitas tanpa batasan suku, agama, ras, atau apa pun. Hebat, bukan?

Tapi, tunggu dulu. Anda bertanya siapa pemilik Gojek dan Tokopedia sekarang? Tak jauh-jauh dari Jack Ma dan raksasa dunia maya lainnya seperti Google. Nah, ini kemudian menjadi persoalan tersendiri. Kalau pada ujungnya kemudian dunia maya dikuasai oleh pelaku raksasa, bukankah ini akan merupakan paradoks tersendiri.

Kita tadinya berharap bahwa para perintis usaha ini akan menjadi raksasa di tingkat nasional, bahkan global. Tadinya itu sebuah mimpi besar, tapi sekarang ini menjadi kenyataan yang cukup memprihatinkan. Tadinya kita beharap akan terjadi persaingan antara kecil dan raksasa.

Toh, dalam dunia digital, sangat sering raksasa tumbang oleh pemain baru. Facebook tiba-tiba menjadi sangat digdaya. WA dalam sekejap menumbangkan Blackberry. Tak adakah anak muda kita yang akan menciptakan disrupsi di tingkat global? Ya, itu mungkin cuman mimpi kita saja. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar