Universitas
dan Kebijakan Publik
Eko Prasojo ; Dekan dan Guru Besar Fakultas Ilmu
Administrasi UI
|
KOMPAS,
22 Februari
2018
Universitas sebagai pusat pendidikan dan
penelitian memiliki peran yang sangat kritikal dan strategis, tidak hanya
dalam produksi pengetahuan untuk publikasi ilmiah, tetapi juga dalam rangka
memberikan basis bukti dalam proses pembuatan kebijakan publik.
Saat ini pemerintah memiliki perhatian yang
sangat besar untuk memperbaiki kualitas pendidikan tinggi bersaing sebagai
universitas berkelas dunia. Berbagai dana hibah riset dan publikasi diberikan
untuk mendorong para dosen memublikasikan kertas kerja di jurnal
internasional terindeks scopus dengan impact factor tinggi. Pro-kontra
mengenai publikasi di jurnal terindeks ini pun sudah banyak ditulis dalam
opini di Kompas. Tulisan ini tidak difokuskan pada perdebatan itu.
Tri
Dharma PT
Perguruan tinggi (PT) memiliki peran dan
tanggung jawab pada pengajaran kepada mahasiswa, penelitian untuk
pengembangan ilmu, dan pengabdian kepada masyarakat. Tekanan kebijakan
pemerintah pada penelitian dan publikasi ini memang telah menaikkan peringkat
beberapa universitas di Indonesia. Nilai sitasi dan reputasi akademik beberapa
universitas makin baik. Bahkan, saat ini kian banyak konferensi internasional
yang diselenggarakan oleh fakultas ataupun program studi bekerja sama dengan
jurnal internasional dan penerbit. Tujuannya agar para dosen dapat
mempresentasikan hasil penelitiannya dan kertas kerjanya dapat diterbitkaan
di jurnal internasional ataupun proceeding terindeks.
Hanya saja penulis mengamati bahwa peran PT
atau universitas saat ini dalam bidang pengabdian masyarakat, utamanya dalam
memberikan kontribusi penyusunan kebijakan publik—termasuk strategi besar
pembangunan—sangat minim. Di beberapa sektor pembangunan bahkan mungkin
hilang perannya. Hasil produksi pengetahuan dan penelitian PT saat ini hanya
dibaca dan dikonsumsi sebagian kecil orang dalam lingkup terbatas, tepatnya
pada komunitas bidang keilmuan dalam bentuk publikasi jurnal dan buku. Hasil
penelitian tidak jadi pengetahuan, bukti dan informasi untuk pengambilan
kebijakan publik. Beberapa program hibah pengabdian masyarakat yang
disediakan sering kali juga berakhir dengan buku dan publikasi.
Peran para guru besar dan dosen dalam
penyusunan kebijakan publik di pemerintahan saat ini mulai tergantikan oleh
para aktivis lembaga swadaya masyarakat dan aktivis media sosial. Kesibukan
untuk memproduksi publikasi di jurnal internasional ternyata telah
menyebabkan berkurangnya perhatian dan waktu para dosen dalam hal yang
bersifat kontributif terhadap kehidupan bangsa dan negara.
Ada semacam kegamangan di kalangan dosen PT
untuk berperan secara seimbang antara tuntutan memproduksi kertas kerja dan
memberikan nasihat kebijakan kepada pemerintah serta penyelenggara negara.
Sebagian dosen sangat sibuk dengan pekerjaan yang bersifat internal,
menghabiskan waktu untuk mengajar dan mengurusi hal- hal teknis administratif.
Semakin lama hal ini menyebabkan tumpulnya kesadaran dan kemampuan sosial
intelektual para dosen untuk memberikan masukan, kritik, dan preskripsi atas
berbagai potensi masalah bangsa serta negara pada masa yang akan datang.
Ada kesenjangan yang sangat lebar antara
kebutuhan pemerintah dan penyelenggara negara dalam penyusunan kebijakan
publik ataupun keputusan politik dengan berbagai agenda penelitian serta
pengembangan pengetahuan yang terjadi di PT. Banyak kebijakan yang dibuat
pemerintah tak berdasarkan pada bukti (evidence) berupa informasi, data, juga
pengetahuan. Sering kali kepentingan politik sangat menonjol dalam pembuatan
kebijakan dan mengabaikan peran basis intelektual. Di sisi lain, agenda
penelitian di PT direncanakan dan dilaksanakan semata basis pengembangan
keilmuwan. Sebagian riset bahkan tak punya peta jalan jangka menengah dan
panjang.
Jarang sekali tema-tema penelitian
dihubungkan dengan kebutuhan kebijakan publik nasional ataupun daerah dalam
rangka mengantisipasi berbagai perubahan di masa yang akan datang. Pemerintah
sendiri saya lihat tak memberikan payung bagi tema penelitian yang harus
menjadi prioritas di perguruan tinggi dalam rangka memperkuat kebutuhan
prioritas pembangunan nasional.
Penelitian
untuk nasihat kebijakan
Berbagai hal tersebut sebenarnya
menimbulkan potensi inefisiensi anggaran negara yang sangat besar. Pertama,
penelitian dosen yang dibiayai melalui dana hibah ataupun penelitian dana
mandiri tidak dapat/belum bisa dijadikan bukti untuk memperkuat proses pembuatan
kebijakan publik. Banyak penelitian biasanya berakhir sebagai produk
publikasi atau sebagai laporan penelitian belaka.
Kedua, penelitian yang dilakukan lembaga
penelitian dan pengembangan (litbang) kementerian/lembaga dan pemerintahan
daerah kurang dapat dipergunakan sebagai bukti untuk pembuatan kebijakan
publik. Hal ini karena sering kali tidak memiliki basis metodologi yang baik
dan kultur penelitian yang memadai.
Ketiga, berbagai penelitian yang dilakukan
oleh mahasiswa, baik di S-1, S-2, maupun S-3 juga umumnya berakhir di
publikasi jurnal, sebagian bahkan hanya jadi syarat tugas akhir kelulusan.
Padahal, tidak sedikit waktu dan biaya yang sudah dikeluarkan mahasiswa untuk
menghasilkan penelitian tersebut.
Universitas harus dikembalikan pada fungsinya
sebagai sumber data, informasi, dan pengetahuan dalam memperkuat kebijakan
publik untuk pembangunan nasional. Para dosen dan mahasiswa bimbingannya
harus berperan sebagai produsen pengetahuan bagi policy maker.
Hasil penelitian di universitas dapat dikembangkan
dalam bentuk ringkasan kebijakan yang berisi rekomendasi kebijakan, selain
dalam bentuk kertas kerja untuk publikasi ilmiah. Ringkasan kebijakan ini
berisi berbagai masalah kebijakan yang saat ini dihadapi pemerintah/ masyarakat
atau deskripsi dan preskripsi atas masalah pada masa yang akan datang,
opsi-opsi kebijakan yang tersedia, rekomendasi kebijakan serta mitigasi
risiko atas pilihan kebijakan pemerintah.
Di Universitas Indonesia, setiap tahun
lebih kurang 13.000 mahasiswa diwisuda jadi sarjana, magister, dan doktor.
Para wisudawan ini tentu sudah menghasilkan karya akhir baik berupa skripsi,
tesis, maupun disertasi. Jika hasil-hasil penelitian ini dapat dikembangkan
sebagai ringkasan kebijakan, lalu dikelola dalam sebuah sistem simpanan pengetahuan
(knowledge repository) yang dapat diakses kementerian/ lembaga dan
pemerintahan daerah, maka hal ini akan sangat bermanfaat untuk memperkuat
kebijakan berbasis bukti. Tentu saja diperlukan penguatan kapasitas para
dosen dan mahasiswa untuk membuat ringkasan kebijakan.
Apa yang dapat dilakukan untuk
mempertemukan kebutuhan prioritas pemerintah dan hasil penelitian
universitas? Pemerintah harus menetapkan agenda riset nasional yang terkait
dengan prioritas pembangunan nasional. Agenda riset ini harus disampaikan
kepada para rektor untuk dijadikan tema-tema penelitian dosen dan mahasiswa
di semua level pendidikan. Di samping itu, pemerintah menyiapkan skema
pendanaan riset untuk mendukung tema-tema penelitian utama yang sejalan
dengan agenda pembangunan nasional. Dengan demikian, universitas dapat
ditingkatkan kualitasnya bertaraf internasional, pada saat yang bersamaan
juga berperan dalam menyukseskan program pembangunan nasional melalui
penguatan kebijakan publik berbasis bukti. Semoga! ●
|
Artikel kamu bagus gan! aku selalu menunggu artikel kamu.. Seperti artikel berjudul Tafsir Mimpi tikus
BalasHapus