Agar Ahok Tidak Kalah dari Aslinya
Dahlan Iskan ; Mantan CEO Jawa Pos
|
JAWA
POS, 26 Oktober 2015
Hari Minggu kemarin pilkada serentak berlangsung di Kolombia.
Benar-benar serentak. Mulai gubernur sampai wali kota/bupati.
Wali kota Bogota yang sudah berhenti tahun 2000 lalu, Enrique
Penalosa, nyalon lagi sekarang. Dan kelihatannya Enrique akan terpilih lagi.
Cita-cita utamanya dua: dua-duanya tentang angkutan umum.
Pertama, mengembalikan kejayaan busway yang dia lahirkan saat jadi wali kota
lebih dari sepuluh tahun lalu. Dia menilai busway kurang terurus sejak dia
meninggalkan jabatan wali kota. Kedua, dia ingin membuat keputusan cepat
untuk jenis angkutan umum lainnya: kereta bawah tanah atau monorel di atas
tanah.
Studi dua pilihan itu sudah dilakukan sejak lama. Agar tidak
hanya ada busway. Tapi, dua wali kota penggantinya tidak juga membuat
keputusan. Selalu saja terombang-ambing oleh dua macam opini publik. Ada yang
bilang lebih baik kereta bawah tanah; ada juga yang bilang lebih baik monorel.
Dengan terpilihnya Enrique, ketertinggalan Bogota dari Medellin
bisa dihindari. Selama ini dua kota besar di Kolombia tersebut bersaing.
Dua-duanya ternyata menang. Bogota dengan busway-nya. Medellin dengan kereta
kabel, metrocable.
Dua jenis angkutan umum itu sama-sama jadi tren baru dunia. Yang
mengikuti jejak Medellin kian banyak. Bolivia langsung membangun metrocable.
Bahkan lebih panjang: 10 km. Tahun lalu sudah selesai. Karakas di Venezuela
menyusul. Bahkan, London pun akhirnya ikut: tahun ini mulai membangunnya.
Juga 10 km.
Era kereta gantung hanya untuk turis kelihatannya akan berakhir.
Zaman kereta gantung hanya untuk mengatasi problem pegunungan mungkin akan
lewat. Setelah sukses di Medellin sejak sepuluh tahun lalu, cable car menuju
puncak kejayaannya sebagai public transportation.
Biaya pembangunannya pun akan bisa turun drastis. Bisa tinggal
sepertiga monorel ringan. Bisa tinggal sekitar USD 5 juta per kilometer. Di
Medellin biaya itu mencapai USD 12 juta/km karena medannya yang sangat sulit.
Karena itu, opini publik di London riuh sekali ketika ada bocoran biaya
pembangunannya mencapai USD 100 juta per km.
“Belum pernah pabrik kereta gantung kebanjiran order seperti
sekarang ini,” komentar ahli transportasi perkotaan seperti dikutip media
Eropa.
“Ini juga karena kereta gantung tidak menimbulkan polusi.”
Yang mengikuti langkah Bogota dengan busway-nya juga kian
banyak. Jakarta di zaman Gubernur Sutiyoso mengikutinya. Waktu tiba di
Meksiko dua hari lalu, saya lihat Mexico City juga sudah mulai mengikutinya.
Tentu saya juga merasakan naik busway selama di Bogota. Di sana
namanya TransMilenio. Untuk menandai pergantian milenium 15 tahun yang lalu.
Bogota yang macetnya hampir menyaingi Jakarta memang kian
mengandalkan busway itu. Rutenya terus diperluas. Sistemnya dipermodern.
Integrasi antarmodanya disempurnakan. Apalagi setelah Enrique terpilih lagi
ini.
Selama naik TransMilenio itu, saya terus berpikir ide apa yang
bisa membuat busway Jakarta bisa mengejarnya. Saya ingat bunyi iklan:
adakalanya copy lebih indah dari warna aslinya. Tapi, bisakah busway Jakarta
mengalahkan TransMilenio?
Mungkin Pak Ahok bisa menerima ide ini: bangunlah eskalator
secara bertahap di terminal-terminal busway. Bisa dimulai di sepuluh terminal
dulu. Kalau ini dilakukan, barulah busway Jakarta lebih modern dari
TransMilenio Bogota.
Tidak mahal untuk ukuran APBD Jakarta. Tidak usah ragu untuk
memberikan fasilitas lebih modern buat rakyat bawah. Seperti Medellin
membangun metrocable-nya itu.
Mumpung masyarakat Bogota juga lagi kurang puas dengan kemajuan
TransMilenio sekarang ini. Sampai-sampai Enrique si bidan TransMilenio
mencalonkan lagi jadi wali kota Bogota.
Enrique sudah beberapa kali ke Jakarta. Sejak tidak jadi wali
kota, dia memang jadi konsultan lembaga dunia untuk perbaikan transportasi
kota.
Tapi, tampaknya bukan hanya soal TransMilenio yang membuatnya
bersemangat menjadi calon wali kota lagi. Enrique gagal di jalur yang lebih
tinggi. Dia tidak terpilih saat dua kali maju sebagai calon presiden.
Dua-duanya kalah telak oleh Juan Manuel Santos, presiden Kolombia yang
sekarang. Padahal, pemilu presiden berikutnya masih empat tahun lagi.
Yang tidak akan bisa dikalahkan busway Jakarta adalah takdir
ini: cuacanya. Kota ini berada di ketinggian 2.500 meter dari atas permukaan
laut. Jauh lebih tinggi daripada Bandung. Udara seluruh Kota Bogota sejuk
sekali. Ini yang tidak bisa dilawan. Saya tidak akan mengusulkan ke Pak Ahok
untuk memasang AC di langit Jakarta. Tapi boleh lah dipasang AC di stasiun
busway-nya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar