”Démarche” Terbuka untuk Presiden Jokowi
Rene L Pattiradjawane ;
Wartawan Senior Kompas
|
KOMPAS,
25 November 2015
Yang Mulia Presiden
Joko Widodo, démarche ini adalah bagian dari upaya mendukung kebijakan luar
negeri Presiden mencermati perubahan geostrategis global ataupun regional.
Perlu disayangkan keputusan Presiden menunjuk sejumlah menteri penghubung
negara-negara di dunia atas nama meningkatkan investasi.
Bisa dimengerti,
Presiden mungkin gelisah terkait kinerja para menteri kabinet dan para
birokrasi di bawahnya. Démarche ini ingin mengingatkan bahwa masalah
peningkatan investasi akan selalu terkait dengan kesiapan, kelugasan, dan
ketangkasan di dalam negeri. Ke luar negeri, terkait penanaman modal asing
(FDI) akan selalu berhubungan dengan peluang dan keuntungan yang bisa
diperoleh investor asing dari Indonesia.
Pemahaman sederhana
tentang FDI mengajarkan, berbagai aktivitas FDI di seluruh dunia selalu
terkait dengan target industri, penciptaan inkubator, dan lain sebagainya.
Pada umumnya, semua
aktivitas terkait FDI biasanya dilakukan oleh para diplomat di luar negeri,
melalui berbagai aktivitas diplomasi ekonomi, yang menghubungkan mitra dagang
di negara asing dengan mereka di Indonesia. Keputusan menciptakan ”menteri
penghubung” akan menimbulkan persoalan baru, mengusik kebijakan luar negeri
Indonesia, ataupun menjadi ancaman langsung terhadap kepentingan nasional
kita.
Bapak Presiden,
geopolitik dunia sekarang ini berubah drastis dan berbeda dengan dekade
sebelumnya. Kita melihat proses pemetaan ulang kawasan Timur Tengah akibat
kehadiran ekstremnya ekstremisme dan radikalisme dalam bentuk teror mengancam
nyawa manusia. Sebentar lagi, kawasan Asia pun akan mengalami pergeseran
geopolitik, bukan hanya karena persoalan militerisasi seperti yang akan
terjadi di kawasan Laut Tiongkok Selatan, melainkan juga dipercepat
terjadinya disrupsi secara masif atas permintaan dan pasokan global.
Ada beberapa faktor
perlu disampaikan. Pertama, keputusan ini berdampak pada peran Kementerian Luar
Negeri sebagai benteng internasionalisasi RI untuk berinteraksi dengan
sejumlah negara bangsa. Ancaman langsungnya adalah berbagai perjanjian
bilateral terbengkalai tanpa bingkai kepentingan nasional.
Kedua, pemilihan para
menteri penghubung akan mengacaukan keseluruhan kinerja mereka ketika
berhubungan dengan negara mitra dagang yang memiliki karakteristik sendiri.
Penunjukan pejabat menteri mengurus hubungan dengan Taiwan, misalnya,
merupakan ancaman bagi ”kebijakan satu China” yang selama ini kita anut dan
pegang dengan teguh.
Dan ketiga, jika ada
ketidakpuasan terhadap kinerja diplomasi ekonomi, hal ini harus diletakkan
dalam konteks dalam negeri. Bukan dengan memperlebar masalah ke berbagai
kawasan di dunia yang membahayakan kepentingan nasional.
Kita ingin sekali
menekankan, gagasan Presiden tentang Poros Maritim Dunia sebagai pelita
kepentingan nasional dalam bingkai wawasan Nusantara, sebagai legitimasi
warisan geopolitik maritim Indonesia. Poros Maritim Dunia adalah konsep
strategis yang bersandar pada pentingnya peningkatan perdagangan
internasional melalui laut di sekitar Indonesia.
Konsep ini memiliki
potensi sinergi terhadap perubahan geostrategi global dan geopolitik regional
karena maritim akan menjadi elemen penting dalam tata kelola hubungan
antarnegara. Kita berharap, Bapak Presiden, kepentingan Indonesia bisa
terjaga secara utuh sesuai dengan cita-cita dalam Nawacita sebagai program
kebijakan pemerintahan Anda. Semoga! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar