Perang Apokaliptik
Trias Kuncahyono ; Wartawan Senior Kompas
|
KOMPAS,
19 November 2015
Kalau serangan di
Paris yang menewaskan 132 orang benar-benar dilakukan kelompok Negara Islam
di Irak dan Suriah, seperti yang mereka klaim, ini sebuah dobrakan besar.
Mathieu Guidère, ahli terorisme dari Universitas Toulouse, Perancis,
menyebutnya sebagai "penghancuran hambatan psikologis" (International New York Times).
Dalam kurun waktu
kurang dari dua pekan, NIIS-sesuai dengan klaim mereka-telah melakukan tiga
tindakan mematikan. Pertama, awal November, meledakkan pesawat Airbus A321
milik Rusia yang berpenumpang 224 orang dan jatuh di Sinai. Kedua, melakukan
pengeboman bunuh diri di Lebanon, Kamis, 12 November. Ledakan bom bunuh diri
itu menewaskan 43 orang dan melukai 239 orang lainnya. Ketiga, serangan teror
mematikan di Paris, Jumat pekan lalu.
Rangkaian serangan
mematikan itu telah membuka mata banyak pihak bahwa NIIS tidak hanya
memfokuskan kegiatannya di Suriah dan Iran. "Ada perubahan persepsi
radikal karena mereka kini dapat bertindak di Paris layaknya melakukan hal
serupa di Suriah atau di Baghdad," ujar Guidère.
Dengan tiga peristiwa
tersebut, menjadi kaburlah perbedaan antara Al Qaeda dan NIIS, terutama
menyangkut fokus sasaran aksi mereka. Daniel L Byman (Comparing Al Qaeda and ISIS: different goals, different targets)
dan As'ad Abu Khalil (ISIS and Al Qaeda: similarities and differences)
menyatakan fokus aksi Al Qaeda dan afiliasinya adalah target-target di AS dan
Barat.
Sementara itu, NIIS
terutama fokus pada Irak dan Suriah, dan untuk tahap tertentu meluas pada
negara-negara di Timur Tengah, seperti Libya. Di Amerika Serikat dan Eropa,
NIIS menginspirasi lone wolf-seseorang yang melakukan kejahatan dan teror
dengan dukungan suatu kelompok atau ideologi. Namun, ia melakukannya sendiri,
di luar struktur dan tanpa bantuan material dari kelompok. Meskipun
sendirian, pelaku dipengaruhi atau dimotifasi oleh ideologi dan keyakinan
dari kelompok eksternal.
Menurut As'ad
AbuKhalil, Al Qaeda menspesialisasikan diri pada serangan spektakuler
terhadap target-target Barat. Misalnya, menara kembar World Center, AS.
Sementara itu, NIIS fokus pada penciptaan horor mengintimidasi dan mencapai
kemenangan militer.
Sebenarnya, sejak Juni
2014, NIIS sudah mulai mengubah, memperluas fokusnya tidak hanya di Irak dan
Suriah. Menurut Haleen Gambhir, analis dari Institute for the Study of War,
NIIS fokus pada tiga trek pararel: pertama, mengobarkan konflik regional
dengan melancarkan serangan di Irak dan Suriah; kedua, membangun hubungan
dengan kelompok-kelompok jihadis yang dapat melancarkan operasi militer di
seluruh Timur Tengah dan Afrika Utara; serta ketiga, menginspirasi dan
membantu kaum simpatisan NIIS melancarkan serangan di Barat.
Tujuannya, menurut
Gambhir, barangkali mengobarkan perang apokaliptik global. Kata apokaliptik
(apocalyptics) berasal dari kata Yunani, apokalypsis, yang berarti wahyu,
penyingkapan, atau yang disingkapkan melalui pewahyuan. Apa yang disingkapkan
itu ialah tanda-tanda datangnya akhir zaman berupa kejadian-kejadian dahsyat
dan kerusakan besar.
Aktivitas NIIS di
Timur Tengah dan Afrika Utara juga meningkat. Kelompok ini mengumumkan
lahirnya provinsi-provinsi resmi (wilayah) di Afganistan, Aljazair, Mesir,
Libya, Nigeria, Pakistan, Arab Saudi, dan Yaman yang telah memiliki jaringan
loyal pada NIIS (International New York
Times). Maka, jaringan ini telah meluas dan tidak hanya beroperasi di
wilayah sesuai namanya, NIIS, hanya di Irak dan Suriah.
Paris menjadi tempat
NIIS meruntuhkan tembok psikologis mereka. Serangan Paris juga menegaskan
bahwa mereka bisa bertindak sama seperti di Suriah dan Baghdad. Itu berarti,
mereka dapat pula melakukan hal sama di mana pun. Apabila itu terjadi, apa
yang dikatakan sebagai perang apokaliptik global akan menjadi kenyataan.
Itulah yang tidak kita inginkan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar