Ancaman Global NIIS
Zuhairi Misrawi ; Peneliti The Middle East Institute;
Intelektual Muda Nahdlatul Ulama
|
KOMPAS,
19 November 2015
Sebelum peristiwa di
Paris, NIIS juga mengklaim bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat Rusia di
Syarm Syaikh dan bom bunuh diri di Lebanon yang menewaskan puluhan warga
sipil. NIIS Perancis dalam rilisnya pasca aksi mematikan itu menegaskan bahwa
aksi mereka adalah perang yang diberkati dan mendapatkan perlindungan dari
Tuhan. Serangan ini bertujuan untuk menimbulkan rasa takut rakyat Perancis.
Di akhir rilis, NIIS
Perancis menulis, ”Hendaknya Perancis memaklumi bahwa mereka dan siapa pun
yang memilih jalan seperti Perancis (dalam memerangi NIIS) akan menjadi
daftar sasaran/target NIIS. Aroma perlawanan tidak akan pernah luntur selama
mereka membawa kampanye kaum Salibis, merendahkan sosok Nabi Muhammad SAW,
memerangi umat Islam di Perancis, dan membunuh umat Islam di wilayah yang
diduduki NIIS. Aksi ini adalah peringatan pertama bagi siapa pun agar
mengambil pelajaran.”
Membaca rilis
tersebut, jelas sekali bahwa ancaman NIIS bukan isapan jempol. Mereka
melakukannya dengan matang sehingga mampu mengecoh pihak intelijen Perancis
yang tidak mampu mendeteksi dini. Serangan dilakukan di beberapa tempat pada
hari dan waktu bersamaan.
Aksi NIIS yang makin
masif dalam beberapa bulan terakhir tidak bisa dipisahkan dari fakta bahwa
NIIS semakin terjepit di Irak dan Suriah. Setelah Rusia turun tangan
melakukan serangan udara ke kantong-kantong NIIS di Suriah—yang didukung penuh
beberapa negara Barat, termasuk Iran—NIIS mulai kehilangan kekuatan.
Hemat saya, NIIS cepat
atau lambat akan kehilangan kekuasaan di Irak dan Suriah. Maka, mereka
mencari strategi lain untuk melawan gempuran aliansi negara-negara yang
bersatu melawan NIIS.
Serangan NIIS di basis
Syiah Yaman dan Lebanon ingin mengirimkan pesan agar Iran sebagai sekutu
Syiah di Yaman dan Lebanon tidak menyerang basis NIIS di Irak dan Suriah.
NIIS telah mempersatukan Amerika Serikat dan Iran untuk bersama-sama melumpuhkan
NIIS.
Jatuhnya pesawat Rusia
di Mesir yang diklaim sebagai aksi NIIS juga merupakan sinyalemen penting
agar Rusia menghentikan serangan ke basis NIIS. Setiap serangan yang
dilakukan musuh-musuh NIIS akan mendapatkan balasan dengan cara-cara yang
brutal.
Aksi NIIS di Paris
yang menewaskan ratusan warga sipil adalah mimpi buruk bagi negara-negara
Eropa, khususnya Perancis, bahwa kebijakan untuk menggempur NIIS akan dibalas
dengan serangan balik.
Ubah pendekatan
Pertanyaannya,
mungkinkah NIIS dihancurkan dengan menggunakan pendekatan militeristik
semata? Sejarah membuktikan, langkah yang diambil Amerika Serikat, Rusia,
negara-negara Eropa, dan Iran tidak akan menghancurkan NIIS.
Pertama, NIIS tidak
hanya menjadi gerakan yang berbasis di Irak dan Suriah saja. Mereka memiliki
jaringan cukup luas, tidak hanya di Timur Tengah, tetapi juga di Amerika
Serikat, negara-negara Eropa, dan Asia. Kesamaan ideologi, militansi
perjuangan, dan sokongan dana yang lumayan besar akan memudahkan mereka untuk
melancarkan aksi kekerasan.
Kedua, aksi-aksi NIIS
belakangan mampu mengonsolidasikan simpul-simpul kelompok ekstremis yang
mempunyai visi sama perihal ”melawan Barat”. Faktanya, NIIS dianggap berhasil
melakukan aksi-aksi yang selama ini dilakukan Al Qaeda. Sebab itu, dukungan
kelompok-kelompok ekstremis terhadap NIIS mengalir cukup deras.
Ketiga, NIIS memiliki
ideologi dan sokongan dana yang kuat. Mereka bisa menggunakan media sosial
untuk merekrut dan mengonsolidasikan gerakannya di mana pun. Mereka tidak
pernah merasakan kekurangan pasukan dan pendukung yang setiap saat merapat ke
NIIS. Beberapa hari terakhir kita dikejutkan oleh keluarga pegawai negeri
sipil di Batam yang bergabung dengan NIIS lewat jalur Turki dengan medium
umrah.
Menurut Jessica Stern
dan J M Berger dalam ISIS: The State of Terror, NIIS adalah penjelmaan dari
ideologi ”jihadism” yang belakangan telah menjadi gerakan yang sangat masif.
Mereka mempunyai ideologi siap membunuh siapa punyang dianggap lawan. Mereka
memilih kematian daripada mencintai kehidupan.
Di sinilah, respons
Pemerintah Perancis untuk melakukan aksi perang melawan NIIS harus dipikirkan
matang-matang. Sebab, respons yang sporadis bisa berdampak yang tidak kalah
buruk, yaitu membangunkan mereka yang selama ini sudah mengalami deradikalisasi.
Sikap Perancis yang
disokong sepenuhnya oleh negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat dan
Rusia, hampir bisa dipastikan akan membuat kelompok ekstremis semakin solid.
Kekerasan hanya akan direspons dengan kekerasan karena memang demikianlah
sosiologi kekerasan.
Meskipun harus
dimaklumi bahwa Pemerintah Perancis berhak melakukan pembalasan, Perancis
perlu belajar dari apa yang dilakukan George W Bush—yang salah mengambil
kebijakan luar negeri pasca tragedi 11 September—karena akan menjadikan dunia
semakin bermasalah.
Poros damai
Yang perlu dilakukan
oleh ”Dunia Barat” sebenarnya adalah merangkul poros ”Dunia Islam” yang mampu
menggelorakan pesan damai dan anti kekerasan. Deradikalisasi terhadap para
pengikut NIIS atau mereka yang mempunyai hasrat bergabung dengan NIIS sangat
diperlukan. Jika para pengikut NIIS mau ”bertobat” dan keluar dari
kelompoknya, dampaknya akan signifikan.
Indonesia dapat
berperan besar mengomandani poros ”Dunia Islam” dengan pengalaman panjangnya
dalam menyebarluaskan pesan damai. Di sini, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah
bisa berperan aktif di pentas global. Sudah saatnya Islam Indonesia yang
ramah dan toleran mengambil inisiatif menetralkan pengaruh NIIS yang makin
mondial.
Jika selama ini kita
hanya mengimpor paham-paham keislaman yang datang dari luar, khususnya Timur
Tengah, mestinya kita sekarang bisa mengekspor pikiran-pikiran keislaman yang
progresif dan humanis agar dunia tahu bahwa ada wajah Islam yang ramah dari
Indonesia.
Di samping itu, ”Dunia
Barat” harus mulai memperbaiki kebijakannya terhadap ”Dunia Islam”.
Kemerdekaan Palestina dan menghentikan kolonialisme Israel harus menjadi
agenda utama. Terlalu mahal ongkos yang mesti dibayar akibat kebijakan
politik luar negeri negara-negara Barat yang selama ini lebih menguntungkan
Israel daripada Palestina. Setelah itu, perlu upaya mendorong demokrasi,
pengentasan orang dari kemiskinan, dan pengembangan pendidikan.
Jika itu semua
dilakukan, ancaman global NIIS lambat laun akan semakin berkurang. Kelompok ekstremis
akan mengalami deradikalisasi dengan sendirinya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar