”Quo Vadis” Diaspora Indonesia?
Beni Sindhunata ;
Direktur INBRA
|
KOMPAS,
25 November 2015
Wakil Presiden Jusuf
Kalla pada Kongres Diaspora di Jakarta, 12 Agustus 2015, meminta diaspora
Indonesia meniru diaspora India dan Tiongkok yang dapat menempati posisi
penting di dunia internasional, selain berkontribusi dalam pembangunan
ekonomi negara asal, tanah kelahirannya.
Mengapa dan ada apa
dengan diaspora Tiongkok atau India sehingga perlu ditiru? Dua diaspora ini
rupanya penyumbang remitansi terbesar pada 2009. India 49 miliar dollar AS
(1), Tiongkok 48 miliar dollar AS (2), Meksiko 22 miliar dollar AS (3),
Filipina 20 miliar dollar AS (4), dan Indonesia 7 miliar dollar AS (peringkat
ke-17). Di sisi lain, negara berpenduduk kecil justru sangat bergantung pada
kiriman uang para perantau ini. Yang bisa menyumbang lebih dari seperempat
produk domestik bruto (PDB) adalah Tajikistan: 50 persen.
Diaspora Indonesia
Diaspora berasal dari
bahasa Yunani, dia (over) dan
speiro (to sow), yang dalam konteks
umum diartikan ’migrasi, kolonisasi, atau menyebar’ (Robin Cohen, Global Diaspora, An Introduction, 1997). Maka,
diaspora Indonesia merujuk pada semua orang Indonesia atau WNI yang berada di
luar negeri, menjadi pengelana merantau. Menurut Jaringan Kerja Diaspora
Indonesia, kini jumlah diaspora Indonesia 7 juta orang, terdiri atas tiga
kategori. Pertama, 4,6 juta WNI yang bekerja di luar negeri. Kedua, keturunan
Indonesia berstatus WNA atau mantan WNI yang pindah status karena berbagai
sebab; jumlahnya 2 juta. Ketiga, bukan orang Indonesia, tetapi cinta dan suka
budaya Indonesia; jumlahnya sedikit.
Survei BI (2008)
mencatat nilai remitansi yang masuk Indonesia 6 miliar dollar AS dari 4,3
juta tenaga kerja Indonesia. Selain sumber remitansi, diaspora juga sumber
masuknya investasi asing ke negeri asal, di samping punya jaringan,
pendidikan, dan pengalaman global. Ini modal penting bagi pembangunan ekonomi
negeri leluhur mereka.
Min Ye, asisten
profesor di Universitas Boston, dalam Diaspora and FDI in China and India
(2014), menyatakan, pengusaha diaspora Tiongkok ikut membangun Tiongkok jadi
kekuatan ekonomi dunia dan diaspora India membawa Mumbai jadi pusat industri
teknologi informasi.
Tiongkok punya 40 juta
diaspora yang banyak terlibat dalam reformasi dan restrukturisasi BUMN ketika
bangkrut di dasawarsa 1990-an. Sebanyak 93 persen BUMD pemda Quangzhou
diakuisisi diaspora Tiongkok. Selama 25 tahun, dari 1985 sampai 2010,
kontribusi mereka dalam investasi asing langsung (FDI) Tiongkok meningkat dari
50 persen (1985) ke 70 persen (1995), 45 persen (2007), dan 66 persen (2010).
Diaspora India memainkan peran penting ketika Rajiv Gandhi mereformasi
ekonomi. Para diaspora ini berpendidikan tinggi, alumnus universitas terkenal
luar negeri, bekerja di perusahaan multinasional besar dengan banyak
pengalaman. Karena itu, pada 2007, Manmohan Singh mengajak diaspora lebih
aktif lagi membangun India.
Meera Nanda dalam The God’s Market (2015) melihat tren
religiositas yang tinggi pada diaspora India. Makin mengglobal, mereka makin
religius. Ke mana pun melanglang buana sebagai musafir, mereka tetap memiliki
rasa cinta ke tanah leluhurnya.
Sebaliknya dengan AS,
yang pintar mendayagunakan diaspora global para imigran sebagai mesin
perekonomian mereka, seperti ditulis Herman dan Smith dalam The Immigrant Inc
(2010). Pada 2007, ada 38 juta imigran di AS, 12,6 persen penduduk dan
menyerap 15,7 persen tenaga kerja. Ada 600.000 pelajar internasional
membelanjakan 15,5 miliar dollar AS. Uangnya untuk biaya pendidikan, konsumsi,
dan akomodasi. Setengah perusahaan di Lembah Silikon didirikan imigran yang
mengisi dua pertiga calon doktor di universitas AS.
Komaruddin Hidayat,
Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, dalam
”Neotribalisme” (Kompas, 23/9), juga melihat fenomena lain dari Tionghoa
perantauan. Secara etnis mereka masih eksklusif, tetapi dari sisi bisnis
inklusif, di mana saja mereka berteman. Mungkin setia pada nasihat Khonghucu
untuk taat dan berbakti kepada orangtua: empat penjuru lautan semuanya adalah
saudara.
Kekuatan besar
Sikap seperti inilah
yang selayaknya juga ditiru dan dikembangkan diaspora Indonesia untuk
membangun ekonomi negara. Ini berlaku pada semua diaspora Indonesia di
delapan penjuru mata angin, merupakan satu kekuatan besar, tetapi masih
menyebar. Pemerintah perlu aktif mengembangkan dan menyatukannya secara
global lewat kedutaan. Diaspora Indonesia di Washington tentu tak hanya ramai
sebatas menyambut Presiden Jokowi di Gedung Putih (26/10), tetapi juga
diminta berkontribusi dan berperan serta bagi negara.
Tentu dengan catatan:
sikap hormat dan cinta orangtua, cinta negara atau bela negara, bukan sikap
instan yang muncul dalam hitungan setahun apalagi sebulan. Hal itu sudah
harus ditanam sejak dini hingga bisa muncul benih-benih cinta negara. Seperti
Khonghucu bilang, untuk rencana satu tahun tanamlah padi, rencana 10 tahun
tanamlah pohon, rencana 100 tahun didiklah anak-anak. Tak ada yang terlambat,
generasi emas 2045 harus mulai disemai saat ini. ●
|
Do you need Personal Loan?
BalasHapusBusiness Cash Loan?
Unsecured Loan
Fast and Simple Loan?
Quick Application Process?
Approvals within 8-10 Hours?
Funding in less than 1 day?
Get unsecured working capital?
Contact Us At: standardonlineinvestment@gmail.com
LOAN SERVICES AVAILABLE INCLUDE:
================================
*Commercial Loans.
*Personal Loans.
*Business Loans.
*Investments Loans.
*Development Loans.
*Acquisition Loans .
*Construction loans.
*Credit Card Clearance Loan
*Debt Consolidation Loan
*Business Loans And many More:
LOAN APPLICATION FORM:
=================
Full Name:................
Loan Amount Needed:.
Purpose of loan:.......
Loan Duration:..
Gender:.............
Marital status:....
Location:..........
Home Address:..
City:............
Country:......
Phone:..........
Mobile / Cell:....
Occupation:......
Monthly Income:....Contact Us At: standardonlineinvestment@gmail.com
Thanks and look forward to your prompt reply.
Regards,
Muqse