Sebentar Lagi BRIsat
Rhenald Kasali ;
Pendiri Rumah Perubahan
|
KORAN
SINDO, 26 November 2015
Saya sempat
terperangah ketikatahun lalu membaca berita bahwa PT Bank Rakyat Indonesia
Tbk (BRI) mengumumkan soal pembelian satelit dari Space System/Loral, sebuah
perusahaan yang berbasis di Palo Alto, California, Amerika Serikat (AS).
Saya dengar nilai
investasinya sekitar USD250 juta, atau saat itu setara Rp2,5 triliun. Rupanya
BRI benar-benar serius memperbaiki layanannya. Bahkan tak lama lagi (Juli
2016), BRIsat yang secara geografis mampu menjangkau wilayah Indonesia, dan negara-negara
ASEAN, Asia Timur termasuk sebagian Tiongkok, sebagian Pasifik termasuk
Hawaii serta Australia Barat itu akan segera diluncurkan.
Kita doakan saja agar
tak ada aral melintang. BRIsat itu akan dilepas ke orbitnya oleh perusahaan
asal Prancis, Arianespace, dari pusat peluncuran di Guyana, jugadi Prancis.
Lalu, tiga bulan kemudian satelit tersebut bisa beroperasi. Pertanyaannya,
untuk apa BRI ini memiliki satelit secanggih itu? Baiklah kita pahami
bagaimana bank terbesar Indonesia ini meningkatkan daya saingnya.
Selain ada di kota,
nasabah terbesar BRI adalah masyarakat desa, para petani dan nelayan,
pedagang pasar, pengusaha skala mikro dan kecil di perdesaan, dan wong cilik
lainnya. Dan tahukah Anda bahwa BRI sampai melayani nasabahnya di pulau-pulau
terpencil dengan menggunakan kapal untuk mendatangi mereka? Tapi di lain
pihak saya juga mendengar, titik orbit yang sudah ditempati satelit milik
Indonesia sebelumnya sudah lama menjadi incaran bangsa-bangsa lain.
Dan alhamdulillah, BRIsat segera menempati
posisi itu begitu satelit lama mati. Bayangkan kalau BRIsat tidak segera
mengisinya, sudah pasti kita akan kehilangan posisi strategis itu. Tapi
baiklah kita fokuskan pada kegiatan ekonomi Bank BRI. Saya lalu mencari
sejumlah referensi soal ini. Hasilnya, saya semakin tertegun. Rupanya BRI
adalah bank pertama di dunia yang memiliki satelit.
Bank-bank terbesar di
dunia, seperti Industrial &
Commercial Bank of China (ICBC), China
Construction Bank atau Agricultural Bank of China (tiga bank terbesar di
dunia saat ini ternyata dari Tiongkok), lalu JPMorgan-Chase, Wells Fargo atau
Citigroup (ketiga dari AS) bahkan tidak memiliki satelit sendiri. Begitu pula
dengan bank-bank besar dari Eropa. Mereka memilih untuk menyewanya dari pihak
ketiga. Jadi, mengapa BRI begitu gigih memiliki satelitnya sendiri?
Bank Archipelago
Rupanya begini
alasannya. BRI sekarang memiliki 19.000-an mesin anjungan tunai mandiri (ATM)
dan 9.800-an kantor cabang. ATM dan cabang-cabang tersebut tersebar di
seluruh pelosok Indonesia. Mulai daerah perkotaan sampai di sudut-sudut pasar
di desa. Masing-masing ATM dan kantor-kantor cabang itu saat ini dihubungkan
dengan jaringan dari sebuah perusahaan operator telekomunikasi.
Masalahnya, Indonesia
adalah negara dengan lebih dari 15.000 pulau yang setiap pulaunya dipisahkan
oleh selat dan lautan. Ya, kita adalah negara archipelago yang terpanjang dan
terbesar di dunia. Jepang dan Filipina juga negeri archipelago , tetapi
mereka tak sebesar Indonesia. Keadaan geografi Indonesia ini jelas sangat
berbeda dengan Tiongkok atau India, yang merupakan daratan besar.
Di sana gelaran
jaringan telekomunikasinya bisa menggunakan kabel dan serat optik. Di
Indonesia, tidak seluruhnya bisa begitu. Celakanya, kadang-kadang keandalan
jaringan telekomunikasi tersebut sesekali juga bermasalah. Jangkauannya
terbatas, terutama di remote area, bahkan di beberapa lokasi biasa terputus.
Persis seperti kalau kita menelepon dan masuk area blankspot, koneksi pun hilang.
Ini tentu mengganggu
layanan perbankan BRI, baik yang melalui ATM atau cabang-cabangnya, terutama
di daerah-daerah pinggiran. Nah, dengan membeli satelit tersebut, masalah
koneksi yang terputus diharapkan tidak terjadi lagi. Sinyal satelit biar
bagaimana tetap lebih kuat dibanding sinyal jaringan GSM atau CDMA.
Saat ini biaya yang
dialokasikan BRI untuk menyediakan jaringan telekomunikasinya bila tanpa
satelit milik sendiri bisa mencapai Rp500-600 miliar per tahun.
Denganadanyasatelit tersebut, BRI tak perlu lagi membayar biaya
telekomunikasi sebesar itu lagi. Jadi akan lebih hemat. Artinya hanya dalam
beberapa tahun saja ia sudah balik modal. Selain itu, dengan jaringan
komunikasi satelitnya, BRI akan mampu memberikan layanan perbankan untuk
daerah-daerah yang sangat terpencil.
Daerah-daerah yang
selama ini tidak terjangkau dan tidak bisa dilayani oleh industri perbankan
nasional. Kalau mereka bisa memperoleh akses layanan perbankan, ini tentu
akan meningkatkan inklusi keuangan. Manfaat lain dari satelit adalah untuk
keamanan data transaksi. Mestinya perbankan nasional kita, juga TNI, memang
tidak bergantung pada layanan telekomunikasi dari pihak luar. Kelak untuk
satelit BRI tersebut akan dikendalikan langsung oleh BRI.
Saat ini sejumlah staf
BRI tengah menjalani training di AS. Selain itu, BRI tengah juga membangun
stasiun pengendali satelit di Ragunan, Jakarta, dan untuk back up -nya di
Tabanan, Bali.
Layanan Kritikal
Anda mungkin sempat
tahu kalau belum lama berselang dua bank ternama di Eropa, persisnya di
United Kingdom, yakni Royal Bank of Scotland dan NatWest, menghadapi masalah
serius. Awal Desember silam, sistem perbankannya bermasalah akibat gangguan
listrik. Gangguan pada sistem perbankan ini menyebabkan dua bank tersebut tak
mampu memberikan layanan belanja online
- nya.
Dampaknya serius.
Bukan saja dua bank tersebut kehilangan pendapatan, melainkan reputasinya
juga rusak. Dalam bisnis perbankan, reputasi dan kepercayaan adalah
segala-galanya. Itu sebabnya bagi industri perbankan modern, juga industri
keuangan lainnya, ketersediaan layanan komunikasi semacam ini menjadi sangat
kritikal.
Layanan tersebut harus
tersedia selama 24 jam per hari, 7 hari per minggu, dengan tingkat
kerahasiaan yang sangat tinggi. Sama sekali tidak boleh terputus, dan
informasinya jangan pernah bocor. Lalu, untuk menjamin keandalannya, layanan
tersebut juga mesti memiliki sistem back
up yang berlapis-lapis. Jadi kalau jaringan komputer pengendali di kantor
pusat bermasalah, misalnya, layanan tersebut bisa segera diambil alih oleh
kantor pengendali lainnya. Itu sebabnya jarak antarkantor pengendali mesti
dibangun berjauhan.
Seperti dalam kasus
BRIsat, satunya di Jakarta, sistem back
up-nya di Bali. Bayangkan kalau keduanya sama-sama berada di Jakarta.
Ketika Ibu Kota dilanda banjir, baik kantor pengendali maupun sistem back up-nya
bisa sama-sama off karena terendam banjir.
Selangkah di Depan
Kemudian, sistem
komunikasinya juga mesti terjamin keandalannya dan bisa dengan mudah
disesuaikan. Maksudnya, supaya kalau bank terus berkembang, ATM dan
cabang-cabangnya terus bertambah, atau fasilitas perbankan lainnya mau
ditingkatkan, maka sistem komunikasinya bisa dengan mudah disesuaikan dan
mendukung.
Sebetulnya kalau kita
bicara konektivitas, terlebih bagi industri perbankan, itu bukan hanya
komunikasi, melainkan lebih dari itu. Konektivitas dalam konteks ini mestinya
membuat bisnis perbankan menjadi lebih efisien dan lebih aman. Konektivitas
mesti menjamin suatu bank unggul di industrinya secara berkelanjutan. Apalagi
di industri perbankan, persaingannya begitu sengit dan terus berevolusi.
Perbankan Indonesia
sedang menghadapi ujian disruption dalam revolusi teknologi. Maka untuk
urusan satelit ini, BRI mesti mampu memilih provider yang tepat. Jangan
sembarangan. Mereka mesti mampu memilih provider produk satelitnya selalu
berada di depan industri yang dilayaninya. Ini untuk menjamin bahwa mereka
bisa memberikan konektivitas yang terbaik.
Provider satelit ini
juga mesti tahu betul industri yang dilayaninya sehingga mampu memberikan
standar layanan tertinggi. Mengapa? Sebab bagi industri perbankan, time is
money. Maaf, ini bukan ungkapan klasik, melainkan dalam arti yang sebenarnya.
Layanan yang terhenti dan listrik padam betul-betul tidak bisa ditoleransi.
Perbankan adalah industri yang sangat kompetitif.
Salah langkah membuat
bukan saja merugikan, tetapi juga merusak reputasi. Maka dalam persaingan
bisnis yang ketatnya bukan kepalang seperti ini, berada selangkah di depan
adalah segala-galanya. Persis seperti kata Stephen Covey, ”Your most important work is always ahead
of you, never behind you .” ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar