Sabtu, 13 April 2013

Miss World


Miss World
Adian Husaini  ;  Kaprodi Magister dan Doktor Pendidikan Islam UIKA Bogor
REPUBLIKA, 12 April 2013


Pada 5 September 2012 lalu, sebuah kontes kecantikan di Cina menuai kontroversi. Pasalnya, juri dianggap menetapkan kriteria fisik yang "terlalu ketat". Kontes yang diselenggarakan oleh The Chinese Website Model Net (mtw.cc), antara lain, mensyaratkan mulai babak semifinal dan seterusnya, jarak antara dua ujung payudara harus di atas 7,8 inci (20 cm). 

Menurut panitia, kriteria "cantik" itu berdasar pada standar Cina klasik dipadukan dengan hasil riset ilmiah modern. Banyak pihak mengkritik krtiteria "cantik" dalam kontes ini. Tapi, dalam kontes kecantikan, yang dinilai dan diukur memang fisik kontestan. Mata, alis, jidat, hidung, bibir, leher, pipi, rambut, payudara, perut, pantat, dan kaki kontestan harus tampak cantik! Semua anggota tubuh itu harus bisa dilihat dengan jelas dan bisa "diukur" oleh dewan juri. 

Pada 2011, sebuah situs perempuan memberitakan adanya sebuah kontes pemilihan organ intim perempuan terindah di AS. Kontes itu diberi nama The Most Beautiful Miss V Contest (http:www.femaletrend.com/2011/12/the-most- beautiful-miss-v-contest-female-trend- women-trends), yang diselenggarakan oleh sebuah klub di Portland, Oregon. Kononnya, juri dalam kontes itu terdiri atas enam orang selebritas setempat. 

Tampaknya, para pelaku ini berprinsip "seni untuk seni". Tidak ada nilai agama dilibatkan. Toh, kontes-kontes semacam ini menghibur, tidak mengganggu orang lain, bahkan menyedot banyak pengunjung. Dus, sangat menguntungkan!
Pada 15 November 2012, sebuah situs hiburan di Indonesia menampilkan judul berita, "Kriteria Miss Indonesia 2013 Ikuti Standar Miss World". Salah satu anggota tim juri audisi Miss Indonesia 2013 menyatakan, "Karena ini ajang kecantikan, bagaimanapun yang paling penting adalah fisik perlu diperhatikan, seperti wajah, tinggi badan, dan proporsional berat tubuh.

Itulah kontes kecantikan! Agar kontes semacam ini tidak menampakkan eksploitasi tubuh perempuan yang terlalu vulgar-mirip-mirip seleksi binatang sembelihan-maka dibuatlah kriteria "tambahan" dengan memasukkan aspek intelektual, seperti wawasan sejarah, pengetahuan umum, dan kemampuan bahasa. Jadi, ini kontes kecantikan! 

Sehebat apa pun seorang perempuan; mungkin ia juara olimpiade matematika, pakar ilmu pengetahuan, pekerja sosial hebat, pembela kaum tertindas, penemu vaksin AIDS, dan sebagainya, tapi tidak cantik, muka cacat bekas luka, ukuran cebol, harus tahu diri. Menyingkirlah dari kontes ini! Sebab, Anda tidak cantik!

Penipuan!

Kata lagu Indonesia Raya, "Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya!"
Konon, pemerintahan Bapak SBY saat ini sedang menggalakkan pendidikan karakter bangsa. Triliunan rupiah digelontorkan dan ribuan guru dikerahkan untuk mewujudkan generasi berkarakter. Kurikulum baru sedang disusun. Katanya, tujuan pendidikan membentuk manusia beriman, bartakwa, dan seterusnya.

Dalam bukunya yang berjudul Pribadi (Jakarta: Bulan Bintang. 1982, cet. Ke-10), Prof Hamka menulis, "Dua puluh ekor kerbau pedati, yang sama gemuknya dan sama kuatnya, sama pula kepandaiannya menghela pedati, tentu harganya tidak pula berlebih kurang. Tetapi, 20 orang manusia yang sama ting ginya, sama kuatnya, belum tentu sama `harganya', sebab bagi kerbau tubuhnya yang berharga. Bagi manusia, pribadinya." 

Menurut Hamka, pribadi bukanlah semata-mata terkait dengan kehebatan fisik. Kondisi fisik tentu sangat penting sebab seseorang sulit merealisasikan pribadinya, tanpa fisik yang sehat dan kuat. Dalam bukunya, Hamka menyebut 11 perkara yang membentuk kepribadian seseorang, yaitu (1) daya penarik, (2) cerdik, (3) timbang rasa, (4) berani, (5) bijaksana, (6) baik pandangan, (7) tahu diri, (8) kesehatan badan, (9), bijak, (10) percaya pada diri sendiri, dan (12) tenang. 

Mantan menteri pendidikan dan kebudayaan, Dr Daoed Joesoef, dalam memoarnya, Dia dan Aku: Memoar Pencari Kebenaran (2006) tercatat sebagai seorang pengkritik keras berbagai praktik kontes kecantikan. Ia menulis, "Pemilihan ratu-ratuan seperti yang dilakukan sampai sekarang adalah suatu penipuan, di samping pelecehan terhadap hakikat keperempuanan dari makhluk (manusia) perempuan. Tujuan kegiatan ini adalah tak lain dari meraup keuntungan berbisnis, bisnis tertentu; perusahaan kosmetika, pakaian renang, rumah mode, salon kecantikan, dengan mengeksploitasi kecantikan yang sekaligus merupakan kelemahan perempuan, insting primitif dan nafsu elementer laki-laki dan kebutuhan akan uang untuk bisa hidup mewah.

Sebagai ekonom, aku tidak apriori antikegiatan bisnis. Adalah normal mencari keuntungan dalam berbisnis, namun bisnis tidak boleh mengenyampingkan begitu saja etika. Janganlah menutup-nutupi target keuntungan bisnis itu dengan da lih muluk-muluk, sampai-sampai mengatasnamakan bangsa dan negara."
Menurut Daoed Joesoef, wanita yang terjebak ke dalam kontes ratu-ratuan, tidak menyadari dirinya telah terlena, terbius, tidak menyadari bahaya yang mengancam dirinya. Itu ibarat perokok atau pemadat yang melupakan begitu saja nikotin atau candu yang jelas merusak kesehatannya. "Pendek kata, kalau di zaman dahulu para penguasa (raja) saling mengirim hadiah berupa perempuan, zaman sekarang pebisnis yang berkedok lembaga kecantikan, dengan dukungan pemerintah dan restu publik, mengirim perempuan pilihan untuk turut `meramaikan' pesta kecantikan perempuan di forum internasional," begitu pandangan dia.

Pada 2013 ini, Indonesia dipilih sebagai tuan rumah kontes Miss World. Acara puncak akan digelar di Sentul, Bogor, 28 September 2013. Berbagai kalangan masyarakat telah menyampaikan keberatan. Umat Islam diajar oleh Nabi Muhammad SAW, "Berantaslah kemungkaran dengan tangan! Jika tidak mampu, dengan lisan. Jika tidak mampu juga, ingkarlah dengan hati; bencilah pada kemungkaran! Yang terakhir ini adalah selemah-lemahnya iman!"
Wallahu a'lam bish shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar