Sabtu, 13 April 2013

SBY, Yenny Wahid, dan Massa Nahdiyin


SBY, Yenny Wahid, dan Massa Nahdiyin
Muhammadun  ;  Analis Studi Politik pada Program Pascasarjana UIN Yogyakarta
SINAR HARAPAN, 12 April 2013
  

Setelah terpilih sebagai ketua umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudoyono (SBY) melakukan gebrakan politik untuk menaikkan elektabilitas PD. Sebagaimana diketahui, elektabilitas PD terus merosot tajam.

Kasus korupsi para kadernya dinilai sebagai penghambat utama turunnya PD. Gebrakan politik SBY bisa dilihat dari beberapa hal. Pertama, SBY akan mengambil tokoh ikon sebanyak mungkin.

Tokoh ikon ini sangat penting, karena PD ingin membuktikan ekspresi politiknya yang masih diminati tokoh publik yang mempunyai basis massa riil. Terkait hal ini, SBY sudah merekrut Yenny Wahid, bahkan Yenny akan ditempatkan sebagai wakil ketua umum.

Kedua, SBY sengaja membuka konvensi calon presiden. Tentu saja, dengan konvensi ini akan banyak tokoh luar PD yang akan berbondong-bondong masuk bergabung bersama PD. Konvensi ini bisa sukses, kalau PD melakukannya tidak setengah hati.

Konvensi bukan sekadar strategi politik mengajak orang luar masuk PD, tetapi memang ajang demokrasi yang digunakan PD untuk mencari tokoh yang berkualitas. Ketiga, SBY akan melakukan penjajakan dengan tokoh-tokoh kuat, misalnya ketua umum partai, capres-cawapres potensial, dan lainnya. Dalam hal ini, SBY sudah melakukannya dengan mengundang capres Gerindra Prabowo Subianto di Istana Negara. Ini dilakukan SBY untuk membangun citra publik bahwa PD masih diakui para tokoh.

Keempat, SBY akan mengoptimalkan program-program pemerintah yang pro terhadap rakyat. Strategi ini pernah dilakukan SBY ketika Pemilu 2009, di mana ia memberikan bantuan langsung tunai dan menunda kenaikan harga BBM.

Kini, ketika ramai dibicarakan subsidi BBM akan dikurangi, rasanya SBY tak akan memutuskan itu, karena itu akan menjadi bumerang buat dirinya sendiri dan PD. Di samping target itu, optimalisasi program kerakyatan juga untuk membuktikan kepada publik bahwa SBY mampu memimpin partai dan pemerintah secara bersamaan. Tentu saja, ini akan berdampak terhadap PD.

Suara Nahdliyin

Dari keempat strategi SBY tersebut, masuknya Yenny Wahid barangkali menjadi gebrakan yang menarik. Selain ingin membuktikan PD masih banyak diminati tokoh ikon, SBY juga ingin membuktikan PD bukan partai dinasti (Cikeas).

Yenny juga dinilai tokoh muda yang mempunyai jaringan luas, bukan saja jaringan struktural, tetapi juga jaringan kultural di seluruh Indonesia. Yenny yang juga putri kedua KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini diharapkan PD membawa gerbong massa Nahdliyin yang juga pengagum ayahnya, Gus Dur.

Pertarungan memperebutkan suara Nahdliyin paling keras tentu saja di Jawa Timur. Suara NU di Jatim sangat besar sehingga banyak partai yang serius menggarap massa NU, apalagi SBY juga mempunyai akar yang kuat di Pacitan, Jatim.

Partai-partai Islam, seperti PKB, PPP, dan PKS akan memperebutkan massa santri yang kuat di Jatim. Pertarungan PD dengan partai Islam ini tentu saja akan memanfaatkan ketokohan Yenny sehingga mampu menaikkan kembali kepercayaan rakyat kepada PD.

Terkait dengan sinyalemen PD bahwa Yenny bisa membawa gerbong Nahdliyin bergabung bersama PD merupakan isu yang menarik. Selama ini, kiai dan keluarganya dianggap sebagai tokoh panutan warga Nahdliyin.

Apa yang menjadi pilihan kiai akan menjadi pilihan pengikutnya. Ini, setidaknya, pernah dibuktikan dalam Pemilu 1955 di mana NU yang hanya mempunyai waktu tiga tahun mampu menempati posisi partai kelas atas. Kemudian ketika bergabung dengan PPP tahun 1973, NU menjadi penyumbang suara terbesar bagi PPP.

Ketika PKB berdiri 1998, suara santri paling besar menyumbangkan suaranya. Di samping itu, kiai dan santrinya mempunyai jaringan kultural yang sangat efektif sampai ke pelosok desa. Kiai biasanya mengisi pengajian sampai ke level terbawah, RT dan RW. Semua ini potensi yang sangat melimpah, yang secara politik akan dimanfaatkan PD dengan hadirnya sosok Yenny Wahid.

Tentu saja, nama besar Gus Dur diharapkan PD mampu mendongkrak nama Yenny untuk masuk ke berbagai pelosok desa yang pernah disambangi Gus Dur. Ini karena pasca-Gus Dur wafat, tidak sedikit pengikutnya yang “lari” dari PKB. Ini akan dimanfaatkan PD sehingga Pemilu 2014 PD ingin keluar lagi sebagai partai kelas atas.

Independensi Suara Santri

Harapan PD untuk merebut suara kaum santri dengan hadirnya Yenny Wahid bukanlah semudah yang diprediksi. Memasuki abad ke-21, suara politik kaum santri tidaklah sama dan atau mengikuti mazhab politik kiai (panutannya). Kalau soal mengaji urusan agama dan etika sosial, santri akan patuh dengan ajaran yang disampaikan kiai. Tetapi dalam persoalan politik, suara santri bebas dan independen.

Masuknya Yenny bersama PD bukanlah menjadi indikator bergabungnya kaum santri bersama PD, karena yang dinilai kaum santri bukan pilihan kiai (panutannya), melainkan kerja serius sebuah partai kepada rakyat. Pengikut dan pengagum Gus Dur adalah para aktivis kritis yang berjuang untuk kemaslahatan, dan itu memang yang diajarkan Gus Dur.

Selama hidupnya, Gus Dur selalu berjuang ikhlas untuk rakyat. Itulah yang menjadi ajaran para pengikutnya dalam berpolitik. Suara kaum santri secara umum menolak ajaran politik yang merusak kesejahteraan rakyat. Kalau partai politik mau mendekati santri, pendulumnya bukanlah kiai atau keluarganya, melainkan kerja nyata yang sudah dan akan diberikan kepada rakyat.

Massa Nahdliyin bisa dikatakan massa mengambang, tetapi suaranya adalah suara politik yang independen. Jangan merebut suara Nahdliyin hanya berbasis ikon semata, melainkan dengan kerja nyata yang bebas korupsi dan kepentingan sesaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar