Setelah
terpilih sebagai ketua umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudoyono
(SBY) melakukan gebrakan politik untuk menaikkan elektabilitas PD.
Sebagaimana diketahui, elektabilitas PD terus merosot tajam.
Kasus
korupsi para kadernya dinilai sebagai penghambat utama turunnya PD.
Gebrakan politik SBY bisa dilihat dari beberapa hal. Pertama, SBY akan
mengambil tokoh ikon sebanyak mungkin.
Tokoh
ikon ini sangat penting, karena PD ingin membuktikan ekspresi politiknya
yang masih diminati tokoh publik yang mempunyai basis massa riil. Terkait
hal ini, SBY sudah merekrut Yenny Wahid, bahkan Yenny akan ditempatkan
sebagai wakil ketua umum.
Kedua, SBY sengaja membuka konvensi calon presiden.
Tentu saja, dengan konvensi ini akan banyak tokoh luar PD yang akan
berbondong-bondong masuk bergabung bersama PD. Konvensi ini bisa sukses,
kalau PD melakukannya tidak setengah hati.
Konvensi bukan sekadar strategi politik mengajak
orang luar masuk PD, tetapi memang ajang demokrasi yang digunakan PD
untuk mencari tokoh yang berkualitas. Ketiga, SBY akan melakukan
penjajakan dengan tokoh-tokoh kuat, misalnya ketua umum partai,
capres-cawapres potensial, dan lainnya. Dalam hal ini, SBY sudah
melakukannya dengan mengundang capres Gerindra Prabowo Subianto di Istana
Negara. Ini dilakukan SBY untuk membangun citra publik bahwa PD masih
diakui para tokoh.
Keempat, SBY akan mengoptimalkan program-program
pemerintah yang pro terhadap rakyat. Strategi ini pernah dilakukan SBY
ketika Pemilu 2009, di mana ia memberikan bantuan langsung tunai dan
menunda kenaikan harga BBM.
Kini, ketika ramai dibicarakan subsidi BBM akan
dikurangi, rasanya SBY tak akan memutuskan itu, karena itu akan menjadi
bumerang buat dirinya sendiri dan PD. Di samping target itu, optimalisasi
program kerakyatan juga untuk membuktikan kepada publik bahwa SBY mampu
memimpin partai dan pemerintah secara bersamaan. Tentu saja, ini akan
berdampak terhadap PD.
Suara Nahdliyin
Dari keempat strategi SBY tersebut, masuknya Yenny Wahid
barangkali menjadi gebrakan yang menarik. Selain ingin membuktikan PD
masih banyak diminati tokoh ikon, SBY juga ingin membuktikan PD bukan
partai dinasti (Cikeas).
Yenny juga dinilai tokoh muda yang mempunyai jaringan
luas, bukan saja jaringan struktural, tetapi juga jaringan kultural di
seluruh Indonesia. Yenny yang juga putri kedua KH Abdurrahman Wahid (Gus
Dur) ini diharapkan PD membawa gerbong massa Nahdliyin yang juga pengagum
ayahnya, Gus Dur.
Pertarungan memperebutkan suara Nahdliyin paling keras
tentu saja di Jawa Timur. Suara NU di Jatim sangat besar sehingga banyak
partai yang serius menggarap massa NU, apalagi SBY juga mempunyai akar
yang kuat di Pacitan, Jatim.
Partai-partai Islam, seperti PKB, PPP, dan PKS akan
memperebutkan massa santri yang kuat di Jatim. Pertarungan PD dengan
partai Islam ini tentu saja akan memanfaatkan ketokohan Yenny sehingga
mampu menaikkan kembali kepercayaan rakyat kepada PD.
Terkait dengan sinyalemen PD bahwa Yenny bisa membawa
gerbong Nahdliyin bergabung bersama PD merupakan isu yang menarik. Selama
ini, kiai dan keluarganya dianggap sebagai tokoh panutan warga Nahdliyin.
Apa yang menjadi pilihan kiai akan menjadi pilihan
pengikutnya. Ini, setidaknya, pernah dibuktikan dalam Pemilu 1955 di mana
NU yang hanya mempunyai waktu tiga tahun mampu menempati posisi partai
kelas atas. Kemudian ketika bergabung dengan PPP tahun 1973, NU menjadi
penyumbang suara terbesar bagi PPP.
Ketika PKB berdiri 1998, suara santri paling besar
menyumbangkan suaranya. Di samping itu, kiai dan santrinya mempunyai
jaringan kultural yang sangat efektif sampai ke pelosok desa. Kiai
biasanya mengisi pengajian sampai ke level terbawah, RT dan RW. Semua ini
potensi yang sangat melimpah, yang secara politik akan dimanfaatkan PD
dengan hadirnya sosok Yenny Wahid.
Tentu saja, nama besar Gus Dur diharapkan PD mampu
mendongkrak nama Yenny untuk masuk ke berbagai pelosok desa yang pernah
disambangi Gus Dur. Ini karena pasca-Gus Dur wafat, tidak sedikit
pengikutnya yang “lari” dari PKB. Ini akan dimanfaatkan PD sehingga
Pemilu 2014 PD ingin keluar lagi sebagai partai kelas atas.
Independensi Suara Santri
Harapan PD untuk merebut suara kaum santri dengan
hadirnya Yenny Wahid bukanlah semudah yang diprediksi. Memasuki abad
ke-21, suara politik kaum santri tidaklah sama dan atau mengikuti mazhab
politik kiai (panutannya). Kalau soal mengaji urusan agama dan etika
sosial, santri akan patuh dengan ajaran yang disampaikan kiai. Tetapi
dalam persoalan politik, suara santri bebas dan independen.
Masuknya Yenny bersama PD bukanlah menjadi indikator
bergabungnya kaum santri bersama PD, karena yang dinilai kaum santri
bukan pilihan kiai (panutannya), melainkan kerja serius sebuah partai
kepada rakyat. Pengikut dan pengagum Gus Dur adalah para aktivis kritis
yang berjuang untuk kemaslahatan, dan itu memang yang diajarkan Gus Dur.
Selama hidupnya, Gus Dur selalu berjuang ikhlas untuk
rakyat. Itulah yang menjadi ajaran para pengikutnya dalam berpolitik.
Suara kaum santri secara umum menolak ajaran politik yang merusak kesejahteraan
rakyat. Kalau partai politik mau mendekati santri, pendulumnya bukanlah
kiai atau keluarganya, melainkan kerja nyata yang sudah dan akan
diberikan kepada rakyat.
Massa Nahdliyin bisa dikatakan massa mengambang,
tetapi suaranya adalah suara politik yang independen. Jangan merebut
suara Nahdliyin hanya berbasis ikon semata, melainkan dengan kerja nyata
yang bebas korupsi dan kepentingan sesaat. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar