Kamis, 09 Juni 2016

Hercules

Hercules

Trias Kuncahyono ;   Penulis Kolom KREDENSIAL Kompas Minggu
                                                         KOMPAS, 05 Mei 2016

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Akan dikenang sebagai apakah Mikhail Gorbachev, nantinya? Apakah mantan pemimpin Uni Soviet itu akan dikenang sebagai pahlawan? Ataukah ia akan dicatat sebagai pengkhianat? Gorbachev disebut pengkhianat karena dialah Uni Soviet bubar. Karena itu, menurut tulisan Neil Macfarquhar di International New York Times, dia harus diadili.

Mereka yang mencatat Gorbachev—Mikhail Sergeyevich Gorbachyov adalah politikus Rusia dan pemimpin Uni Soviet periode 1985 hingga bubarnya pada tahun 1991. Pada 11 Maret 1985, ia menjadi Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet yang kelima untuk menggantikan Konstantin Chernenko—sebagai pahlawan berpendapat bahwa dialah yang membuka Uni Soviet; Gorbachev-lah yang membuka pintu Rusia sehingga memungkinkan angin kebebasan masuk ke negeri itu.

Lilia Shevtsova, seorang analis politik Rusia, menyebut Gorbachev sebagai pemimpin Rusia pertama yang mendekonstruksi dan mendesakralisasi kekuasaan menjadi simbol era baru. Mikhail Gorbachev adalah tokoh Partai Komunis Uni Soviet yang membuka gerbang demokratisasi dan reformasi Uni Soviet hingga berujung runtuhnya ideologi komunis di negara adidaya tersebut. Ia menjadi tokoh kunci liberalisasi dan disintegrasi Uni Soviet serta komunisme di Eropa Timur.

Keengganan Gorbachev mengirim pasukan Uni Soviet untuk menyelamatkan pemerintahan komunis di negara-negara Eropa Timur—mulai dari Polandia yang menggelar pemilu bebas pada Juni 1989 dan dimenangi Serikat Buruh Solidaritas; tuntutan reformasi di Jerman Timur di awal 1989 yang diwarnai dengan runtuhnya Tembok Berlin serta berakhir dengan bersatunya Jerman Barat dan Timur; November 1989 pemerintah komunis Cekoslovakia mundur; bulan Desember penguasa komunis Romania Nicolai Ceausescu dipaksa turun dan dihukum mati; tahun 1990, parlemen Bulgaria menarik dukungan monopoli kekuasaan partai komunis; tahun 1991, rakyat memaksa kabinet komunis Albania mundur—meratakan jalan ke kuburan Partai Komunis Uni Soviet. Kegagalan kudeta pimpinan komunis terhadap Gorbachev pada Agustus 1991, mengakhiri kuasa partai terhadap militer dan pemerintah.

Mengapa Gorbachev tidak mau mengirim tentara? Alasannya sederhana: ia tidak mau mengulang pertumpahan darah seperti ketika terjadi Prague Spring (1968). Ia memberikan kesempatan kepada dua Jerman untuk bersatu, negara-negara bekas satelit Soviet merdeka. Namun, harga yang harus dibayar memang sangat mahal: Uni Soviet ambruk! Partai Komunis mati! Sampai di sini, di mana mesti meletakkan Mikhail Gorbachev. Apakah, rakyat Rusia sekarang ini pantas menyematkan tanda jasa dan bintang kehormatan pada Gorbachev atau sebaliknya mengecapnya sebagai pengkhianat bangsa dan negara?

”Sejumlah orang mencintainya, karena ia membawa kebebasan. Tetapi, sejumlah orang lainnya membencinya, karena alasan yang sama, membawa kebebasan,” kata Dmitri Muratov, editor Novaya Gazeta, salah satu dari sedikit koran yang masih independen di Rusia (International New York Times, 3/6).

Kalau menurut ukuran kita—berdasarkan definisi kata pahlawan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia; pahlawan bermakna pejuang yang gagah berani, orang yang menonjol keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran—maka Gorbachev adalah pahlawan. Sebab, pahlawan adalah seseorang yang memiliki sifat sebagai warga bangsa yang ideal, baik fisik maupun nonfisik. Selain itu, seorang pahlawan juga memiliki kriteria dan ciri unggul seolah di atas kemampuan manusia biasa dan cenderung ”berlebihan”.

Berdasarkan ukuran atau definisi seperti itulah, di negeri ini lahir banyak pahlawan. Dalam Nation and Civilization in Asia (2002), sejarawan Wang Gung Wu menyatakan, di Asia Tenggara, hanya Vietnam dan Indonesia yang memiliki catatan kepahlawanan saat meraih kemerdekaannya.

Apakah banyaknya pahlawan menjadi penentu bahwa sebuah negara akan tercatat sebagai negara dan bangsa besar? Atau pertanyaan lainnya, berapa banyak jumlah pahlawan yang dibutuhkan agar suatu negeri dapat menjadi bangsa yang besar? Tahun lalu, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan, jumlah pahlawan nasional ada 168 orang. Apakah ini berarti bangsa kita adalah bangsa yang besar. Bukankah, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya? Entah bangsa besar atau bangsa kecil, yang pasti sejarah memerlukan peristiwa. Peristiwa memerlukan tokoh. Dari tokoh-tokoh itulah lahir pahlawan.

Namun, apakah sekarang ini kita masih butuh pahlawan? Pahlawan seperti apa yang dibutuhkan? Jangan-jangan yang dibutuhkan adalah pahlawan setengah dewa dalam mitologi Yunani, seperti Achilles, Thesus, ataupun Hercules. Atau pahlawan model AS, seperti Superman atau Superhero atau pahlawan seperti Mikhail Gorbachev yang ditolak sebagian rakyat Rusia, bahkan ada yang mengusulkan agar diadili, meski sudah memberikan kebebasan dan membunuh komunisme. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar