Teman Ahok dan Amerikanisasi Politik Indonesia
Ericssen ;
Pemerhati Politik Amerika,
Politik Indonesia, dan Politik Elektoral
|
KOMPAS, 21 Juni 2016
“Teman Ahok” bisa
dikatakan adalah sebuah fenomena baru di kancah perpolitikan tanah air. Kemunculan
sebuah “gerakan relawan” yang mendukung seorang kandidat pemilu secara
eksplisit belum pernah terjadi sebelumnya.
Jika dibandingkan dan
dikaji lebih dalam, sebenarnya gerakan Teman Ahok bukanlah sesuatu yang baru
di ilmu politik khususnya jika kita menghubungkannya dengan Politik Amerika
Serikat (AS).
Apakah sebuah
kebetulan atau tidak, gerakan yang tercatat Minggu (19/6/2016) telah berhasil
mengumpulkan 1 juta KTP ini memiliki kemiripan dengan Political Action Committee (PAC).
Apakah PAC itu?
Di dunia perpolitikan
negeri Paman Sam, PAC yang memiliki sejarah panjang ini secara sederhana
didefinisikan sebagai sebuah komite politik yang bebas dibentuk siapapun,
mulai dari pebisnis, serikat buruh, perusahaan lobi atau kandidat yang akan
bertarung. Kalau di Indonesia, dapat dikategorikan sebagai tim sukses
kampanye.
Tujuan pembentukan PAC
umumnya ada dua yaitu memenangkan kandidat yang didukung dan mendukung
isu-isu politik tertentu. PAC dapat menggalang dana dari pihak manapun dan
kemudian memberikannya kepada kandidat yang didukung.
Selain PAC, ada juga
komite politik lain yang paling menonjol dan mendominasi pemilu presiden AS
tahun ini yaitu Super PAC. Ada dua hal krusial yang membedakan PAC dan Super
PAC .
Pertama adalah jumlah
dana yang dapat digalang dan dialirkan. PAC dibatasi hanya bisa menggalang
dan memberikan kepada kandidat masing-masing maksimum 5000 dolar Amerika
Serikat.
Di tengah semakin
mahalnya ongkos politik, Super PAC menjadi senjata ampuh capres AS yang
bertanding. Alasannya karena tidak ada batasan jumlah dana yang dapat
digalang dan kemudian diberikan.
Di pilpres 2016, salah
satu Super PAC Capres Demokrat Hillary Clinton yang bernama “Priorities USA Action” kebanjiran
dukungan fulus dari pengusaha maupun tokoh-tokoh ternama di negeri adidaya
itu.
Perbedaan kedua adalah
perihal independensi dengan kandidat yang didukung. PAC dapat memberi
langsung ke rekening kandidat dan berkoordinasi langsung dengan tim kampanye
untuk membahas strategi politik.
Sebaliknya, Super PAC
bersifat independen dan dilarang memberikan kontribusi langsung dalam bentuk
apapun ke kandidat. Super PAC dapat menyatakan dukungan secara terbuka ke
kandidat yang didukung.
Fulus yang terkumpul
dipakai biasanya untuk memasang iklan politik di televisi, radio, dan surat
kabar guna mempromosikan kandidat dan menyerang lawan politik.
Abu-abu
Namun independensi ini
semakin lama semakin abu-abu. Kolom editorial New York Times yang dirilis
beberapa waktu lalu menuliskan bahwa Super PAC perlahan mulai mengambilalih
fungsi kampanye seperti pengangkatan tim sukses, pemasangan iklan politik,
penyelenggaraan kampanye akbar, dll. Sebelumnya, fungsi ini dijalankan oleh
tim kampanye bentukan kandidat.
Jadi apakah Teman Ahok
dikategorikan sebagai PAC atau Super PAC?
Secara harafiah
gerakan relawan ini tidak termasuk kategori manapun karena PAC maupun Super
PAC tidak mengumpulkan KTP atau di AS disebut signatures untuk meloloskan kandidat yang didukung.
Satu hal juga, Teman
Ahok tidaklah melakukan penggalangan dana dalam rangka mendukung kampanye
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Seperti yang mereka nyatakan,
gerakan relawan ini hanya menggalang dana dalam bentuk penjualan merchandise, tidak lebih untuk
mendukung biaya operasional mereka.
Namun jika kita melakukan
komparasi, satu hal yang tidak terbantahkan adalah Teman Ahok secara terbuka
menyatakan dukungan ke kandidat tertentu seperti fungsi kampanye politik yang
dilakukan oleh PAC maupun Super PAC.
Teman Ahok secara
aktif mempromosikan Basuki baik secara lapangan maupun siber melalui social media mereka yang sangat aktif.
Tidak ketinggalan,
poin krusial lain yang mirip adalah masalah independensi Teman Ahok yang
masih menjadi isu kontroversial walau kedua belah pihak telah menyatakan
dengan tegas bahwa tidak ada “koordinasi” antara Graha Pejaten dan Balaikota.
Layaknya seperti Super
PAC, terlihat ada warna abu-abu mengenai hubungan antara gerakan relawan dan
Gubernur DKI sendiri.
Sebenarnya keabu-abuan
ini disebabkan karena fenomena ini adalah sesuatu yang baru di tanah air. Di
Amerika, PAC dan Super PAC yang sudah beraktivitas sebelum tahap kampanye
resmi, memiliki regulasi yang jelas.
Selain itu, electoral campaign finance atau
peraturan penggalangan dana kampanye juga terbukukan dengan baik prosedurnya.
Sementara itu, di
Indonesia belum ada regulasi yang mengatur bagaimanakah tahapan pra-kampanye
sebelum pendaftaran calon mengenai apa yang boleh dan tidak boleh terutama
dalam hal penggalangan dana.
Jadi jika ditanya
kembali, apakah Teman Ahok adalah PAC, Super PAC atau tim sukses kampanye
Ahok? Jawabannya adalah abu-abu.
Kegiatan yang
dilakukan sangatlah menyerupai tim sukses, namun karena belum adanya
peraturan yang jelas, maka bisa dikatakan Teman Ahok adalah PAC maupun Super
PAC yang masih malu-malu dan berhati-hati menjalankan aktivitasnya.
Layak disambut
Jika dipikirkan lebih
dalam, kemunculan PAC atau Super PAC ala Indonesia ini sebenarnya layak
disambut. Adanya sebuah gerakan relawan yang bersifat politik adalah fenomena
sehat di demokrasi Indonesia yang masih muda ini.
Gerakan ataupun komite
politik ini bisa menjadi alternatif ruang bagi rakyat untuk ikut
berpartisipasi politik. Alangkah baiknya gerakan pra-kampanye seperti ini
dapat diatur dalam sebuah regulasi resmi terutama perihal penggalangan dana.
Di tengah semakin
meningkatnya ongkos politik tanah air, sumbangan yang diberikan masyarakat
dalam bentuk pembelian merchandise
merupakan bentuk partisipasi politik yang sangatlah positif.
Apakah kelak ingin
meniru PAC yang dapat mengalirkan langsung dana ke kandidat atau Super PAC
yang bersifat independen, biarlah pihak berwenang yang menentukan.
Poin terakhir yang
juga tidak kalah krusial adalah hubungan Teman Ahok dan partai politik yang
sedang menjadi isu panas.
Di Amerika , kemunculan
PAC dan Super PAC tidak memicu terjadinya perdebatan mengenai deparpolisasi.
Yang ada, partai dan komite politik ini saling bahu-membahu untuk mengejar
target kemenangan yang diincar. Umumnya PAC maupun Super PAC akan
berkonsentrasi dalam memperkenalkan kandidat ke masyarakat dan pemasangan
iklan politik untuk “menghajar” lawan politik yang dihadapi.
Partai Demokrat maupun
Partai Republik sendiri memiliki keterbatasan dalam hal perekrutan tenaga
kampanye dan jumlah dana yang dapat diterima. Kehadiran komite politik ini
sangatlah membantu partai untuk menjalankan kampanye politik yang memerlukan
energi dan biaya yang besar.
Dalam rilis Minggu
sore, (19/6/2016), Teman Ahok dalam salah satu poinnya menyatakan “ siap
bekerjasama dengan seluruh pihak dengan satu syarat, yaitu memiliki tujuan
yang sama. Dengan relawan-relawan lain, dengan partai-partai politik, selama
semuanya mendukung Ahok tanpa syarat dan hutang politik.
"Teman Ahok bukan relawan anti partai politik. Gerakan
seperti Teman Ahok justru untuk memperlihatkan aspirasi warga kepada parpol,
dan kami bersyukur hari ini sudah ada beberapa Parpol yang menjawab aspirasi
tersebut,” tulis rilis tersebut.
Apakah Super PAC ala
Indonesia bernama Teman Ahok ini akan lebih jelas fungsinya dan membentuk “grand coalition” dengan partai
politik seperti di AS? Waktulah yang akan menjawabnya.
Sebagai penutup,
penulis ingin mengakhiri dengan menyentil sedikit bahwa partai politik memang
dipenuhi segudang cerita negatif. Namun jika kita hanya melihat sisi negatif
partai maka tidak akan pernah ada founding
fathers.
Bangsa ini bahkan
mungkin tidak akan pernah dilahirkan sebagai Indonesia jika pada 4 Juli 1927
Bung Karno tidak mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) yg menempuh
perjuangan politik merebut kemerdekaan.
●
|
Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya:
BalasHapusHarga Kaos Dakwah
Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
Punya Pasangan Sempurna Nggak Indah Kelihatannya