Indonesia 2045
Susilo Bambang Yudhoyono ;
Presiden Republik Indonesia
2004-2014
|
KOMPAS, 28 Juni 2016
Sudah menjadi hukum
sejarah, dunia berikut tatanan kehidupannya akan terus berevolusi. Demikian
juga perjalanan suatu bangsa jika bangsa itu lulus menjaga eksistensinya.
Agustus 2015, dalam
acara seminar internasional di Universitas Indonesia, saya menyampaikan
refleksi kesejarahan "70 Tahun Indonesia Merdeka". Saya kedepankan
dinamika dan pasang surut perjalanan bangsa Indonesia sejak 1945, kemudian
apa tantangan dan pekerjaan rumah 70 tahun ke depan.
Di awal 2016, saya
juga diminta Universitas Udayana, Bali, untuk memberikan kuliah umum
"Indonesia 2045" atau "Satu Abad Indonesia Merdeka". Di
hadapan segenap sivitas akademika, saya sampaikan bahwa tahun 2045 Indonesia
bisa menjadi negara yang lebih maju, kuat, dan sejahtera. Dengan kerja keras
dan pertolongan Tuhan, insya Allah Indonesia bisa. Tentu ini tidak datang
dari langit dan jalan yang ditempuh tak selalu lunak.
Indonesia 2045, tinggal
tiga dekade lagi. Sebagai warga bangsa yang bertanggung jawab kita
berkewajiban mewujudkan impian indah itu. Seorang guru manajemen tersohor,
Peter Drucker, pernah mengatakan, "The
best way to predict the future is to create it". Ia benar.
Maka melalui artikel
ini saya ingin mengajak kita semua, bangsa Indonesia, bersatu dan bekerja
keras mewujudkan "Indonesia Sukses" tahun 2045.
Transformasi besar bangsa
Sejak 1998,
sesungguhnya bangsa Indonesia bukan sekadar melakukan reformasi, melainkan
juga transformasi besar dan mendasar. Transformasi ini masih berlangsung dan
menurut perkiraan saya masih berlanjut 20-30 tahun ke depan.
Saya mencatat ada lima
transformasi besar yang tengah kita lakukan. Pertama, dalam dunia politik,
kita bertransformasi dari sistem otoritarian menuju demokrasi. Kedua, di
bidang pemerintahan dari sistem yang sentralistik menuju desentralistik.
Ketiga, dari ekonomi yang didominasi sumber daya alam menuju yang lebih
berbasis industri, jasa, teknologi, dan sumber daya manusia. Keempat, dalam
hubungan internasional kita tengah melengkapi cara pandang dari inward looking dan terlalu
nasionalistik menuju wawasan yang lebih seimbang: inward and outward looking, dengan tetap mengutamakan kepentingan
nasional. Kelima, terkait stabilitas politik dan keamanan publik, kita
berubah dari pendekatan keamanan menuju ke penegakan hukum.
Layaknya perubahan
besar, selalu ada tantangan dan resistensinya. Perubahan juga menghadirkan
instabilitas dan rasa tidak nyaman bagi sebagian kalangan. Itu sebabnya tak
sedikit reformasi dan transformasi gagal mencapai tujuan karena para
pelakunya menyerah. Atau kaum yang menentang berhasil mengalahkan kaum
reformis. Kalau ini terjadi, bangsa yang bersangkutan bukan hanya kembali ke
posisi awal, melainkan bisa mengalami disorientasi dan lebih buruk
kondisinya.
Sebagai contoh, tak
mudah mendidik dan mentransformasi alam pikir dan perilaku politik kita,
orang seorang, yang selama lebih dari 30 tahun menjalankan sistem
otoritarian, menjadi demokratis. Termasuk alam pikiran para pemimpin di
negeri ini. Ekonomi dan bisnis Indonesia yang dimanjakan oleh keberlimpahan
sumber daya alam juga tidak mudah hijrah ke ekonomi jasa, sumber daya
manusia, dan penguasaan iptek. Para pelaku ekonomi di comfort zone enggan berubah. Tentu masih banyak tantangan lain.
Peran para pemimpin menjadi penting untuk menjaga semangat perubahan ini.
Urusan transformasi
sengaja saya angkat karena ada kaitannya dengan pekerjaan besar yang hendak
kita lakukan untuk mewujudkan Indonesia Sukses di ulang tahunnya yang
keseratus.
Pekerjaan rumah ke depan
Menurut saya, ada tiga
tujuan besar yang mesti kita capai di satu abad kemerdekaan nanti, yaitu (1)
demokrasi yang kuat, stabil, dan berkualitas; (2) ekonomi yang kuat, adil,
dan berkelanjutan; dan (3) peradaban bangsa yang lebih unggul menuju negara
maju (developed country) akhir abad
XXI.
Banyak hal harus kita
lakukan untuk tujuan pertama. Para pemimpin-negara, pemerintah, dan tokoh
politik-harus berdiri di depan dan menjadi contoh.
Mari kita didik masyarakat
dan diri kita, bahwa demokrasi tidak sekadar pemilihan umum dan kebebasan.
Juga bukan hanya hak sipil dan hak politik warga negara. Demokrasi juga
tentang konstitusionalisme dan kepatuhan kita terhadap sistem dan
perundang-undangan, sekaligus etika dan aturan main. Juga tentang kepatuhan
pada pranata hukum (rule of law)
dan penegakan hukum. Juga tentang akuntabilitas para penyelenggara negara,
termasuk bebasnya mereka dari penyimpangan dan tindak pidana korupsi. Juga
tentang checks and balances di
antara para pemegang kekuasaan, termasuk di lembaga eksekutif, legislatif,
dan yudikatif. Juga tentang penggunaan kekuasaan (the exercise of power)-apakah kekuasaan digunakan secara tepat
atau melampaui batasnya.
Demokrasi juga
berkaitan dengan etika para wakil rakyat dan semua pejabat yang mendapat
mandat rakyat. Di sini termasuk presiden, gubernur, bupati, dan wali kota.
Juga para anggota DPR, DPD, dan MPR. Yang mereka lakukan dan perjuangkan
harus benar-benar yang menjadi harapan dan aspirasi rakyat.
Yang terakhir dari
domain demokrasi adalah menghadirkan demokrasi yang tertib. Demokrasi yang
matang ditandai oleh politik yang tertib dan stabil. Maka untuk menjaga
stabilitas politik dan ketertiban publik harus dipilih cara-cara yang tidak
merusak sendi-sendi demokrasi. Cara-cara represif dan keluar dari pranata
hukum harus menjadi milik masa lampau. Membikin rakyat tidak berani bicara
karena takut divonis mengganggu stabilitas politik dan jalannya pemerintahan
adalah bentuk represi di era modern ini.
Tujuan besar kedua
berupa ekonomi yang kuat, adil, dan berkelanjutan, berarti upaya agar ekonomi
terus tumbuh dan pendapatan nasional juga semakin besar; ekonomi makro
terjaga baik, termasuk terciptanya lapangan pekerjaan dan harga-harga yang
stabil dan terjangkau; serta ketahanan dan fundamental ekonomi. Antara
2004-2014 pertumbuhan kita rata-rata hampir 6 persen, tertinggi kedua atau
ketiga di antara negara-negara G-20.
Ekonomi yang
berkeadilan menjadi tantangan besar Indonesia dan dunia. Meskipun secara
global jumlah orang miskin berkurang, ketimpangan sosial-ekonomi makin besar.
Meskipun belum sempurna, apa yang kami doktrinkan dulu dalam pembangunan
ekonomi, yaitu "pertumbuhan disertai pemerataan" atau growth with equity akan bijak jika
tidak ditinggalkan. Alangkah tidak indahnya jika negara kita dipenuhi
bangunan megah serta proyek-proyek mercu suar lainnya, sementara masyarakat
hidup miskin.
Kita harus kembali
mengejawantahkan kearifan para pendiri republik bahwa Indonesia yang kita
tuju adalah Indonesia yang adil dan makmur. Keduanya harus tumbuh bersama,
jangan dipisahkan dan jangan sampai keadilan dikorbankan lantaran yang ingin
kita tampilkan adalah gemerlapnya wajah kemakmuran.
Dunia abad XXI juga
menghadirkan semangat tinggi bagi terpeliharanya lingkungan alam dan
sumber-sumber kehidupan di Bumi. Konferensi PBB di Paris, Desember 2015, yang
berhasil menghadirkan dokumen bersejarah untuk memerangi pemanasan global dan
perubahan iklim, adalah tonggak baru yang patut kita rayakan. Dunia sepakat bahwa
pembangunan yang kita jalankan adalah pembangunan berkelanjutan dan ekonomi
yang kita anut adalah ekonomi hijau.
Semoga strategi
pembangunan ekonomi yang saya tawarkan (juga kita laksanakan dalam 10 tahun
masa kepresidenan saya), yaitu "4 Track Strategy", bisa diposisikan
sebagai alternatif. Alhamdulillah, tema besar kita "sustainable growth with equity" dan juga "4 Track
Strategy" yang mencakup pembangunan ekonomi yang pro-pertumbuhan,
pro-lapangan pekerjaan, pro-pengurangan kemiskinan, dan pro-kelestarian
lingkungan juga menjadi masukan penyusunan SDGs (Sustainable Development Goals) yang secara pribadi saya ikut
menyumbang.
Indonesia maju, kuat,
dan sejahtera tahun 2045 dapat kita wujudkan jika peradaban terus kita
majukan. Kemajuan peradaban sebuah bangsa ditandai dengan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi tinggi, daya saing dan kemandirian yang kuat, serta
karakter yang kokoh dan unggul. Dengan itu semua, bangsa akan lebih tahan
guncangan. Artinya, jika harus mengalami krisis yang berat sekalipun, bangsa
itu akan tetap survive.
Pengertian peradaban (civilization) luas dan beragam.
Sungguh pun demikian, saya berpikir peradaban, ketahanan, dan keunggulan
bangsa Indonesia akan ditentukan oleh tingkat pendidikan. Manusia dan bangsa
Indonesia harus berkarakter kuat di atas jati dirinya yang telah lulus dari
berbagai ujian sejarah. Masyarakat Indonesia juga harus menjadi masyarakat
yang rasional dan bertanggung jawab. Teknologi harus dikuasai, apalagi kita
hidup dalam era digital dan juga revolusi industri gelombang keempat. Sebagai
bangsa majemuk, peradaban bangsa kita juga mesti ditandai dengan toleransi
dan kerukunan, sekaligus mencintai perdamaian. Sebagai bagian dari the good
society, masyarakat Indonesia juga harus kepatuhan terhadap pranata sosial
dan pranata hukum.
Peluang, tantangan, dan imperatif
Bisakah Indonesia
menjadi negara yang lebih maju, kuat, dan sejahtera 2045? Tak ada seorang pun
bisa menjamin. Namun, berangkat dari keyakinan dan akal sehat, saya
memberanikan diri bahwa kita bisa.
Ada lima alasan yang
dapat saya sampaikan. Pertama, Indonesia berusia muda~ young country. Masih
ada peluang untuk tumbuh dan maju. Kedua, kita selalu bisa keluar dari
krisis. Beberapa kali Indonesia diramalkan ambruk, tetapi tidak terjadi.
Ketiga, potensi dan sumber daya kita besar. Ini modal pembangunan yang
berharga jika negara diawaki oleh manusia yang cakap, inovatif, dan unggul.
Keempat, kita masih terus bertransformasi. Maka, transformasi dan reformasi
tidak boleh terhenti. Apalagi gagal. Kelima, untuk menambah keyakinan bahwa
Indonesia bisa maju, ada banyak kisah sukses.
Meskipun 10 tahun masa
pemerintahan saya amat berat kondisinya serta tak semua bisa kita capai,
dalam kurun waktu itu pendapatan per kapita rakyat naik hampir 350 persen.
Ingat, sejak Indonesia merdeka hingga 60 tahun kemudian, pendapatan per
kapita kita 1.100 dollar AS. Dalam 10 tahun, angka itu menjadi 3.700 dollar
AS. Ternyata bangsa kita bisa.
Ke depan, tantangan
dan permasalahan yang kita hadapi semakin berat. Dunia dan kawasan Asia juga
tidak selalu kondusif. Perjalanan bangsa kita pun penuh dengan masa pasang
dan surut. Oleh karena itu, untuk sukses kita harus bekerja sangat keras
disertai pikiran yang cerdas. Kalau hal ini saya tuangkan dalam bentuk
imperatif, ada 3 hal yang harus kita penuhi.
Pertama, bangsa ini
harus punya visi. Visi ini produk dari pemikiran besar berlandaskan realitas
dan telaah logis dan rasional atas apa yang bisa dan tidak bisa dicapai
Indonesia ke depan, serta pengalaman panjang kita semua dalam membangun
negara. Dalam arti luas visi berkaitan dengan grand strategy, perencanaan
jangka panjang dan haluan pembangunan yang kita jalankan.
Pemimpin pada tingkat
puncak beserta jajaran penyelenggara negara serta lembaga think tank
berkewajiban merumuskan visi bangsa dan kemudian menjadikannya sebagai kompas
dan haluan kehidupan bernegara kita ke depan.
Kedua, diperlukan
kepemimpinan yang visioner, cakap, dan kuat. Kepemimpinan ini tidak hanya
berkaitan dengan presiden sebagai pemimpin puncak, tetapi juga kepemimpinan
di semua lini dan tingkatan. Dalam konteks menuju Indonesia 2045, tugas
penting pemimpin adalah menyatukan dan mengarahkan (aligning) rakyat untuk
bekerja dan bergerak menuju masa depan itu. Para pemimpin tingkat nasional
secara moral dan politik bertanggung jawab membawa bangsa ini terus bergerak
ke depan. Inilah yang disebut pragmatisme dengan visi. Pragmatisme tanpa visi
bisa membuat perjalanan Indonesia menuju ke arah yang keliru.
Ketiga, ketika
Indonesia telah memiliki visi besar dan juga dipimpin oleh para pemimpin yang
cakap, seluruh komponen bangsa harus bekerja dan memberikan sumbangsihnya.
Indonesia 2045 tinggal
30 tahun kurang. Seraya memberikan kesempatan dan dukungan kepada negara dan
pemerintah untuk memimpin kita semua, ada tugas sejarah yang harus kita
tunaikan. Semua mesti ikut berkarya hari ini dan berupaya agar karya kita
sukses dalam arahan para pemimpin yang cakap dan bertanggung jawab dalam visi
besar bangsa. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar