Tiga Macam Ceramah Agama
Komaruddin Hidayat ;
Guru Besar Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah
|
KORAN SINDO, 24 Juni
2016
Dari sisi materi dan
gaya penyampaian, saya amati terdapat tiga macam ceramah agama. Satu, ada
ceramah yang memilih ayat Alquran maupun hadis yang nada dan kesannya
menakut-nakuti.
Penuh dengan ancaman
dan kemarahan Tuhan karena manusia tidak menaati ajaran Allah dan Rasul- Nya.
Biasanya mereka akan mengutip sabda Nabi, ini semua merupakan fenomena zaman
akhir yang sudah diprediksi Rasulullah.
Dalam hal ibadah pun
umat beragama telah melakukan bid’ah. Menjalankan praktik ibadah yang tidak
dicontohkan Rasulullah. Itu termasuk bid’ah dan semua bid’ah membawa
pelakunya ke neraka. Dalam hal ibadah mesti persis mengikuti contoh Rasul.
Beberapa ustaz bahkan
memasukkan tahlilan dan yasinan bagi keluarga yang ditinggal mati juga
bid’ah. Itu sesat karena Nabi tidak melakukannya. Termasuk juga salawatan
ramai-ramai dengan dilagukan juga bid’ah karena Nabi tidak mencontohkan.
Jika dibuka memang
banyak hadis yang mengesankan bahwa melaksanakan ajaran agama itu berat.
Surga itu sangat sulit untuk diraih. Jika melanggar larangan-Nya akan hapus
semua ibadahnya.
Belum lagi ancaman
siksa kubur akibat perbuatan yang tampaknya sepele ketika dilakukan di dunia,
tetapi berakibat fatal di akhirat kelak. Misalnya memotong dahan pohon
tetangga.
Atau kencing di
sembarang tempat. Atau utang yang belum dibayar, sekecil apa pun utangnya.
Semuanya akan mendatangkan siksa kubur. Dalam Alquran memang banyak ayat yang
bernada ancaman, mewakili sifat Allah yang maha perkasa dan menghukum.
Di sisi lain, ada
ceramah keagamaan yang memberikan kabar gembira. Surga itu tidak terlalu
sulit diraih. Lalu dikemukakan beragam formula dan hadis. Misalnya siapa yang
sudah bersyahadat dan hatinya tetap beriman kepada Allah, maka dijamin masuk
surga.
Siapa yang selalu
membiasakan zikir dan bersalawat di pagi dan petang hari akan dijauhkan dari
neraka. Cerita yang populer adalah seorang pelacur yang masuk surga gara-gara
berbagi air minum dengan anjing yang mau mati karena kehausan.
Lalu siapa yang
melakukan puasa dengan penuh iman, bersihlah seluruh dosanya. Bagaikan anak
kecil yang baru terlahir. Siapa yang berhaji dan berumrah karena Allah, pintu
surga sudah terbuka baginya.
Demikianlah seterusnya
sehingga masyarakat seakan disuguhi pilihan, mau mendengarkan ceramah agama
yang penuh kabar gembira dengan menghadirkan wajah Allah yang maha pemurah
dan pengampun ataukah wajah Allah yang kejam (muntaqim) dengan siksa-Nya yang pedih.
Saya juga mengamati ceramah
dan doa dilingkungan masjid dan di lingkungan pejabat tinggi atau keluarga
gedongan. Di masjid sering kali khatib seakan memarahi jamaah.
Bahasanya lantang,
keras, dan mengkritik mengapa umat Islam ketinggalan dari umat dan bangsa
lain. Karena bodoh, malas, beragama hanya main-main, beragama hanya
keturunan. Agama untuk modal mengejar jabatan politik. Itu semua merupakan
tindakan memperolok-olok agama. Dan tempatnya di neraka.
Namun sering kali saya
mengamati ceramah di hadapan pejabat tinggi, bahasanya sopan, tertata baik,
dan dalil-dalil yang dikemukakan serbamenggembirakan pendengarnya. Misalnya
sabda Rasulullah yang memuji umat yang hidup setelah zaman beliau.
“Mereka tidak kenal aku,
tetapi mengikuti ajaranku. Maka pahala keberagamaan mereka jauh lebih tinggi
daripada mereka yang mengenal langsung denganku.”
Hadis ini berbeda
kesannya dengan prediksi bahwa zaman akhir itu dunia semakin rusak. Umat
Rasulullah akan terbagi menjadi 73 golongan dan hanya satu golongan yang
masuk surga. Makanya penduduk surga itu nantinya lebih sedikit daripada
penghuni neraka.
Namun ada pula
penceramah yang lebih menekankan sifat kuasa dan kasih Allah. Dengan mengutip
ayat Alquran dan hadis Nabi, kasih sayang Allah itu mengatasi kemarahan-Nya.
Jadi setiap orang bisa
optimistis masuk surga semuanya mengingat luas surga itu melebihi luas langit
dan bumi sehingga mampu menampung seluruh penduduk bumi. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar