BRIsat: Era Baru Teknologi Komunikasi Bank
Sunarsip ;
Pengamat Perbankan
|
KORAN SINDO, 15 Juni
2016
Jumat, 17 Juni 2016,
akan menjadi hari bersejarah bagi industri perbankan nasional. Saya katakan
demikian karena salah satu pemain penting di industri perbankan, yaitu Bank
BRI, hari itu meluncurkan BRIsat atau Satelit BRI.
Bagi saya, peluncuran
BRIsat tidak sekadar terobosan BRI untuk meningkatkan efisiensi biaya
teknologi informasi perseroan, melainkan juga terobosan besar bagi industri
perbankan di Indonesia maupun dunia. BRI menjadi satu-satunya bank di dunia
yang memiliki satelit sendiri. Era digital saat ini, masyarakat perbankan
tentu akan semakin sadar, teknologi dan ekspektasi terhadap kemudahan,
kecepatan, dan keamanan transaksi meningkat.
Perkembangan teknologi
informasi yang cepat, mau tidak mau, turut memengaruhi perubahan proses
bisnis perbankan. Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi
internet dan smartphone turut memengaruhi kebutuhan metode transaksi
perbankan dari konvensional menuju penggunaan echannel dan internet banking.
Untuk mendukung fenomena ini, sarana jaringan komunikasi yang kuat dan andal
mutlak diperlukan.
Saat ini kebutuhan
jaringan komunikasi perbankan nasional pada umumnya dipenuhi melalui jasa
provider seperti dengan sewa jaringan terestrial multiprotocol label
switching (MPLS) dan sewa jasa satelit (very
small aperture terminal/VSAT). Pemenuhan tersebut walaupun dengan service
level yang memuaskan, juga memiliki keterbatasan kapasitas sehingga tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan pengembangan bisnis, produk, dan jaringan
perbankan.
Terlebih bagi bank
sekelas BRI yang memiliki jaringan begitu luas sampai ke wilayah pelosok dan
pulau terpencil. Sehingga, bila mengandalkan infrastruktur komunikasi yang
”konvensional”, akan membatasi ruang bagi BRI untuk pengembangan bisnis.
Keterbatasan ketersediaan kapasitas ini disebutkan dalam kajian PT Telkom
Indonesia.
Berdasarkan kajian
Euroconsult dan Litbang PT Telkom pada APSAT 2013, seperti dikutip dari
Annual Report 2015 Bank BRI, pada 2016 proyeksi kebutuhan total transponder
Ku-band dan C-band adalah 420 transponder. Sementara itu, ketersediaan jumlah
transponder pada 2016 hanya 253 transponder sehingga Indonesia masih
kekurangan 167 transponder. Shortage transponder nasional ini akan terus
meningkat karena secara proyeksi demand akan terus mengalami peningkatan.
Kapasitas
penyelenggara satelit domestik Indonesia memang telah defisit sejak 10 tahun
lalu, dan terus akan defisit dalam 7-9 tahun mendatang. Dengan jumlah pasokan
nasional terbatas, ketergantungan perusahaan nasional terhadap jaringan
komunikasi milik provider asing akan semakin tinggi.
Melihat perkembangan
kebutuhan jaringan komunikasi dan semakin tingginya biaya sewa yang harus
dikeluarkan, bagi BRI pembelian satelit memang bisa menjadi solusi bagi
pemenuhan kebutuhan jaringan komunikasi mereka. Selain meningkatkan kecepatan
operasional dan kemudahan akses layanan perbankan, pembelian satelit
diharapkan mampu mendukung program-program pemerintah, khususnya dalam
peningkatan inklusi keuangan (financial
inclusion) masyarakat. Bagi BRI dan masyarakat perbankan secara luas,
keberadaan BRIsat ini akan memberikan sejumlah manfaat.
Pertama, keberadaan
BRIsat dapat memperbesar kapasitas jaringan komunikasi dengan area layanan
yang luas. Berdasarkan Annual Report 2015 Bank BRI, BRIsat tidak hanya
menyasar wilayah Indonesia, melainkan juga sampai ke Asia. Dapat diprediksi,
BRI melalui BRIsat-nya ingin menyasar konsumen di luar negeri, khususnya
Asia. Langkah ini kemungkinan diarahkan untuk meningkatkan layanan perbankan
bagi masyarakat kita di luar negeri (TKI, mitra bisnis di Asia, dan
lain-lain), sekaligus menjadi pintu masuk bagi BRI untuk memperluas
jaringannya di Asia (sebagai bank internasional).
Kedua, mendorong
peningkatan realisasi layanan perbankan berbasis teknologi untuk daerah
terpencil yang lebih ekonomis. Keuntungan tentu akan didapat BRI. Secara
nasional, keberadaan BRIsat ini akan mempercepat keinginan pemerintah dan
otoritas perbankan untuk meningkatkan inklusi keuangan, khususnya di
daerah-daerah terpencil yang selama ini akses mereka terhadap perbankan masih
sangat rendah.
Ketiga, bagi BRI,
selain meningkatkan efisiensi dalam penyediaan layanan perbankan elektronik,
dapat dipastikan keberadaan satelit BRIsat akan menunjang kinerja operasional
di seluruh jaringan BRI serta jaringan elektronik BRI. Keberadaan BRIsat yang
peluncurannya telah dirintis sejak 2014 ini dapat meningkatkan efisiensi dan
mendukung jaringan pelayanan berbasis e-channel. Keberadaan BRIsat ini juga
akan dapat mendorong peningkatan layanan BRI kepada lebih dari 50 juta
nasabahnya.
Teknologi Komunikasi vs Penetrasi Perbankan
Dukungan infrastruktur
teknologi komunikasi memiliki arti sangat strategis bagi pengembangan bisnis
perbankan. Harus diakui, terbatasnya kapasitas infrastruktur teknologi
komunikasi yang kita miliki juga turut menjadi salah satu penyebab
terbatasnya penetrasi perbankan kita, baik dari sisi pengembangan produk,
jaringan, maupun layanan.
Berdasarkan survei
McKinsey pada 2014, Indonesia merupakan negara di ASEAN-6 (Singapura,
Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam) yang penetrasi perbankannya
paling rendah. Ratarata konsumen bank di ASEAN-6 hanya memegang kurang dari
tiga produk perbankan. Indonesia posisinya paling rendah dalam penetrasi
produk perbankan, sedangkan Singapura paling tinggi.
Mayoritas konsumen
bank di Singapura rata-rata memegang 5,72 produk bank. Sedangkan mayoritas
konsumen bank di Indonesia memegang 2,16 produk bank. Dari rata-rata
tersebut, sebanyak 71,4% konsumen bank di Indonesia memegang hanya 1-2 produk
bank, sebanyak 22,5% konsumen bank memegang 3-4 produk bank.
Dengan kata lain,
hanya 6,1% konsumen bank yang memegang lebih dari lima produk bank,
tertinggal bila dibandingkan dengan Singapura (53,2%), Malaysia (20,5%),
Thailand (13,6%), Filipina (8,8%), dan Vietnam (6,8%). Secara nasional,
keberadaan BRIsat berpotensi mendorong peningkatan penetrasi perbankan
nasional.
Kendati demikian,
harus dipahami bahwa keberadaan BRIsat tidak sertamerta akan mendorong
lompatan secara signifikan pengembangan bisnis perbankan nasional di kancah
internasional, khususnya Asia. Ini mengingat, negara lain seperti Singapura
perkembangan infrastruktur komunikasinya sebenarnya masih lebih maju.
Setidaknya, keberadaan BRIsat ini memperpendek gap kekurangan infrastruktur
teknologi komunikasi dengan bank-bank di negara lain.
Satu hal yang juga patut
dicatat, pascapeluncuran BRIsat juga memunculkan tantangan baru bagi BRI.
Dengan mulai beroperasinya satelit yang dioperasikan sendiri, BRI harus dapat
menjawab harapan untuk mengoptimalkan keberadaan BRIsat guna peningkatan
pelayanan kepada masyarakat dan nasabah.
Namun, saya percaya,
BRI akan mampu menjawab harapan tersebut. Jadi, selamat beroperasi BRIsat.
Selamat datang juga era baru infrastruktur teknologi komunikasi perbankan
nasional! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar