Paradigma
Sehat
sebagai
Ujung Tombak Kesehatan Masyarakat
Nila Farid Moeloek ; Menteri
Kesehatan
|
MEDIA
INDONESIA, 04 Maret 2015
SEHAT merupakan salah satu sendi
dasar kehidupan manusia. Di sisi lain, setiap orang punya hak dan juga
tanggung jawab untuk hidup sehat. Dari sudut pemerintah, konsep Nawa Cita
secara jelas menyebutkan untuk `meningkatkan kualitas hidup manusia', dengan
kesehatan tentu merupakan salah satu komponen utamanya.
Jika kita lihat indeks pembangunan
manusia (IPM), nyatanya Indonesia di posisi 108 dari 187 negara. Dari
penilaian IPM juga, berdasarkan lama sekolah yang saat ini, Indonesia
mempunyai lama sekolah 8,14 tahun. Untuk kesehatan, peringkat Indonesia
meningkat karena telah dimulai universal health coverage,dan penilaian ketiga
ialah ekonomi yang sekaligus merupakan tantangan tersendiri bagi dunia
kesehatan.
Dengan pemberlakuan Jaminan
Kesehatan Nasional awal 2014, masyarakat yang tak mampu membayar iuran,
mendapat bantuan dari pemerintah berupa bantuan iuran/PBI. Jumlahnya mencapai
86,4 juta dari data 90,7 juta orang tak mampu.Begitu juga dengan pemberlakuan
Kartu Indonesia Sehat (KIS), jumlah penyandang masyarakat kesejahteraan
sosial, bayi baru lahir, dan penderita pascarehabilitasi narkoba yang
mendapat bantuan pemerintah menjadi meningkat.
Asuransi kesehatan (Askes) awalnya
dibuat untuk PNS. Ketika itu, Askes, sebagai BUMN, mengembalikan dana kepada
pemerintah jika premi tak terpakai. Askes juga melaksanakan pengadaan
obat-obatan bagi PNS yang berobat. Selain itu ada juga asuransi yang dipunyai
Asabri dan Jamsostek. Untuk kesehatan bagi masyarakat yang tak terkover dan
tak mampu, dibuatlah Askeskin yang kemudian menjadi Jamkesmas oleh pemerintah
pusat. Setelah otonomi daerah, asuransi ini berubah namanya menjadi Jamkesda.
Kita sudah mengenalnya saat Presiden Joko Widodo menjadi Wali Kota Solo dan
Gubernur DKI Jakarta, dengan membuat kartu Jakarta Sehat.
Inti dari semua ini seluruh
masyarakat seharusnya punya askes sebagai payung ketika sakit, yang dapat
mengakses ke layanan kesehatan. Bagi masyarakat mampu, mereka dapat tetap
membeli askes swasta (private insurance).
Jaminan kesehatan Nasional (JKN)
ditandai dengan KIS yang dikelola Badan Jaminan Kesehatan Nasional (BPJS).
Bagi PBI, data diperoleh dari Kementerian Sosial berdasarkan data BPS yang
divalidasi oleh TPN2K. Data Askes, Asabri, dan kemudian bagi peserta mandiri
yaitu peserta yang ikut masuk mendapatkan askes nasional. Total peserta saat
ini berjumlah 133 juta jiwa.
Sistem ini baru berjalan 1 tahun
dan masih banyak yang perlu dibenahi untuk kekurangan yang terjadi. Baik
secara administrasi ataupun cara pembayaran ke rumah sakit ataupun layanan
primer serta kerja sama dengan berbagai layanan kesehatan. Tujuan asuransi
ini ialah asuransi sosial dengan sifat gotong royong. Diharapkan, iuran orang
sehat dipakai untuk membantu membiayai yang sakit pada saat itu.Premi KIS,
untuk kelas 3 Rp25.500, kelas 2 (Rp42.500), dan kelas 1 (Rp59.500). Untuk
peserta PBI dibayar pemerintah Rp19.225.
Sebagai gambaran, pada Januari-Juni
2014, penderita gagal ginjal ada 889.356 orang dan menelan biaya
Rp869.598.888.142.Untuk rawat inap penderita gagal ginjal sebanyak 138.779
penderita dengan biaya Rp750.610.932.614. Jika dibiarkan masyarakat jatuh
sakit, biaya atas kesehatan akan semakin meningkat.
Sebagian masyarakat memang punya
kemudahan akses akan berobat, seperti di Pulau Jawa. Sebagian yang lain harus
diakui berada di daerah dengan geografis yang sulit, sehingga membuat tingkat
berobat masyarakat masih rendah dan sistem pembiayaan belum optimal.
Masalah kedua, masyarakat belum
menyadari adanya sistem dalam layanan kesehatan. Jika layanan primer dapat
mengatasi sebagian besar penyakit saat dini, diharapkan, hanya sekitar
10%-20% yang ditangani di layanan sekunder dan lebih sedikit lagi di layanan
tertier. Keadaan saat ini masih terbalik, banyaknya penderita yang perlu
ditangani di layanan sekunder dan tertier.
Fakta kesehatan
Tantangan kesehatan kini amat
beragam. Kalau dari sudut penyakit, Indonesia saat ini menghadapi beban ganda.
Penyakit menular tertentu masih jadi masalah kesehatan, sementara penyakit
tidak menular (PTM) sudah meningkat dan bahkan sudah lebih tinggi dari
penyakit menular. Tahun 1990 penyakit tak menular sebanyak 37% menjadi 58% di
2010.
Penyakit stroke, kecelakaan lalu lintas, penyakit jantung iskemik, kanker,
diabetes melitus, paru-paru obstruksi kronis, secara berurutan merupakan
masalah saat ini dan berbiaya tinggi. Di samping itu masih terbebani pula
oleh neglected tropical diseases dan new-emerging diseases, yaitu filariasis,
kusta, cacingan, rabies, frambusia, leptospirosis, dan schisosomiasis.
Maraknya pengguna napza serta
perilaku seks bebas masih menjadi beban bangsa untuk HIV/AIDS. Penderita
HIV/AIDS rentan terhadap penyakit TB dan hepatitis C. HIV/AIDS termasuk
penyakit menular langsung, juga termasuk TB, hepatitis, dan ISPA terutama
pada bayi. Banyak lagi kejadian yang sering dialami seperti diare, demam
berdarah, malaria, serta termasuk kekurangan gizi, atau malnutrisi.
Beban ganda mengenai gizi, obesitas
juga meningkat paralel dengan kekurangan gizi. Jika dilihat negara kita
dengan GDB meningkat, namun untuk kekurangan gizi pada ibu hamil menyebabkan
stunting pada anak yang dilahirkan, dengan nilai rata-rata sebesar 37%, yang
menyebabkan gangguan kognitif pada generasi mendatang.
Hal ini terjadi pada masyarakat
kurang mampu dan akan menjadi siklus kembali dalam kehidupan mereka.
Sebaliknya obesitas juga terjadi yang mengartikan masyarakat tak mengerti
tentang berperilaku gizi seimbang. Walau telah dicanangkan 1.000 hari
kehidupan dan scalling up nutrition
oleh PBB, pengertian tentang nutrisi belum sepenuhnya diimplentasikan
masyarakat.
Semua penyakit ini perlu
menjadikan perhatian kita semua, karena berdampak pada kerugian ekonomi yang
akan ditanggung negara dan tidak tercapainya sumber daya manusia yang
berkualitas. Selain penyakit atau dunia kesehatan kita amat dipengaruhi aspek
lain, yaitu social determinant of
health, antara lain perilaku, perubahan pola demografi, aspek sosio
budaya, dan bahkan sisi ekonomi dan politik. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar