Rabu, 04 Maret 2015

Mencari Kepemimpinan Kepala Sekolah Idaman

Mencari Kepemimpinan Kepala Sekolah Idaman

Qaimah Umar  ;  Guru SDN Harapan Baru IV Bekasi
MEDIA INDONESIA, 02 Maret 2015

                                                                                                                                     
                                                

SELAMA 21 tahun mengajar, saya mengalami tujuh kali pergantian kepala sekolah. Itu berarti setiap tiga tahun saya memiliki satu kepala sekolah yang bertugas mengayomi saya dan teman-teman. Jika harus menjawab pertanyaan, mana di antara tujuh kepala sekolah yang memiliki peninggalan dan kesan yang mendalam di mata siswa, guru, dan para orangtua, jawaban saya bisa jadi subjektif. Bagi saya, semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dari semua kelebihan dan kekurangan tersebut, saya selalu ingin belajar dari ragam karakter kepemimpinan kepala sekolah saya.

Beberapa di antara karakter yang selalu saya ingat dari tujuh kepala sekolah saya ialah bagaimana cara mereka berkomunikasi dengan kami, para guru, yang menjadi rekan kerja kepala sekolah. Beberapa dari mereka sangat aktif berkomunikasi secara verbal, tetapi beberapa lainnya tak cukup banyak bicara dan hanya menunjukkan gesture tubuhnya. Jadi, kesan yang menonjol pun terbagi dua, yaitu tipe kepala sekolah yang senang dan ingin selalu didengar karena suka bicara; lainnya ialah kepala sekolah yang irit bicara, tetapi suka bertindak aktif memberikan contoh tentang suatu hal yang semestinya dilakukan para guru. Mana di an tara dua tipe komunikasi kepala sekolah itu yang baik bagi pengembangan sekolah?

Tujuh prinsip

Tak mudah untuk menjawab pertanyaan itu. Namun, jika kita melihat pada beberapa teori klasik tentang kepemimpinan sekolah, akan ditemukan dua arus besar tipologi kepemimpinan sekolah, yaitu kepala sekolah yang suka pada aspek hasil (production oriented) dan kepala sekolah yang lebih mengutamakan sinergi antarpemangku kepentingan dalam bekerja (employee oriented). Kedua tipologi itu dibentuk berdasarkan pengalaman panjang serta riset-riset effective leadership dengan adanya interaksi antara kepala sekolah dan seluruh warga sekolah.

Kepemimpinan sekolah yang efektif biasanya selalu menawarkan sebuah solusi pada setiap masalah yang dihadapi warga sekolah. Sebuah sekolah akan dipandang berhasil jika memiliki seorang kepala sekolah yang memiliki karakter kuat dalam membina dan memberikan arahan kepada warga sekolah tentang apa yang seharusnya dilakukan. Artinya, seorang kepala sekolah harus memiliki visi dan strategi yang baik dalam menata hubungan kerja dengan seluruh warga sekolah, terutama terhadap guru dan siswa.Karena itu, sangat sulit untuk melihat karakter kepala sekolah yang paling efektif karena tiap sekolah memiliki situasi dan kondisi yang berbeda-beda sehingga cara dan teknik untuk menghadapinya pun harus berbeda-beda, bergantung pada kemampuan manajerial kepala sekolah.

Ada cerita menarik dari Robert Palestini (2008) dalam buku A Game Plan for Effective Leadership: Lessons from 10 Successful Coaches in Moving from Theory to Practice. Sebagai seorang kepala sekolah, Robert Palestini pernah menjadi guru olahraga selama delapan tahun. Suatu ketika ia mengikuti workshop kepelatihan bola basket di Michigan University, dengan materi yang diberikan dua orang pelatih sangat bertolak belakang. Pada sesi pagi hari dalam workshop tersebut, pelatih pertama mengatakan jika Anda ingin membentuk sebuah tim bola basket yang kuat dan akan selalu menjadi juara, Anda harus dominan dalam memberikan instruksi secara tegas. Pemain harus terus-menerus dalam situasi ditekan dengan bentakan dan teriakan sebagai pertanda Anda ialah seorang pelatih yang tegas dan berwibawa.

Pada sesi siang hari dari workshop yang sama, pelatih lain memberikan pengalamannya tentang kiat membentuk sebuah tim bola basket yang kuat. Menurutnya, sebuah tim yang kuat akan terbentuk jika pendekatan yang dilakukan dalam melatih ialah dialog dan proses komunikasi yang ramah dan menempatkan semua pemain dalam posisi yang sejajar.Tak perlu ada kemarahan dan teriakan yang berlebihan jika suasana saling sayang dan menghormati telah dibangun. Pendek kata, proses dialogis yang menempatkan pemain dalam situasi dan kondisi yang nyaman secara psikologis akan mampu menciptakan tim yang kuat.

Dari dua pendapat kepelatihan itu, Robert Palestini akhirnya menyimpulkan untuk menjadi seorang kepala sekolah yang berhasil, kita tak harus menggunakan salah satu dari kedua pendekatan kepelatihan itu. Menurutnya, memberikan hukuman dan mencintai siswa dan guru harus ditempatkan pada situasi dan kondisi yang berkembang di lapangan. Memilih salah satu dari dua jenis kepelatihan dalam menentukan kepemimpinan kepala sekolah bukanlah hal yang bijak karena kepemimpinan (leadership) ialah sesuatu yang bisa dipelajari dan tidak melulu disebabkan seseorang ditakdirkan untuk menjadi pemimpin.

Dalam konteks kepemimpinan di sekolah, penting bagi seorang kepala sekolah memiliki kesadaran bahwa kehadirannya semata-mata untuk membuat suasana belajar-mengajar menjadi nyaman dan menyenangkan. Karena itu, beberapa prinsip penting dalam kepemimpinan kepala sekolah yang efektif mungkin perlu dipertimbangkan. Pertama, kepala sekolah memiliki kemampuan untuk beradaptasi secara baik dengan kondisi dan lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Perhatikan secara saksama struktur kelembagaan sekolah dan lihatlah apakah struktur tersebut sesuai dan bisa berjalan dengan baik.

Kedua, kepala sekolah yang baik juga harus mengerti budaya sekolah yang telah dan akan dikembangkan sekolah yang dipimpinnya.Bertanya dan mengamati perilaku siswa dan guru dalam proses interaksi belajar-mengajar akan membantu seorang kepala sekolah dalam memetakan persoalan yang muncul dalam usaha penumbuhan budaya sekolah yang sehat. Ketiga, kepala sekolah jelas harus memiliki kepekaan yang baik, terutama dalam memberikan kepercayaan (trust) dan menghargai (respect) setiap potensi yang dimiliki para guru dan siswa. Jika seorang kepala sekolah dapat memercayai para guru untuk mengambil peran yang sesuai dengan kapasitasnya, dapat dipastikan keberlanjutan proses pengembangan budaya sekolah yang baik akan menjadi lebih mudah untuk dilakukan dan dilanjutkan.Keberlanjutan sebuah program dan kebijakan akan menjadi ciri keempat dari kepala sekolah yang baik.

Ciri kelima, kepala sekolah harus kreatif dan memiliki artikulasi yang jelas dan tegas dalam mencapai visi dan misi sekolah. Kepala sekolah ialah seorang yang harus terus-menerus mengingatkan guru dan siswa akan tujuan dan cita-cita yang harus dicapai. Dalam konteks ini, kemampuan berkomunikasi secara verbal dan tindakan yang baik merupakan ciri keenam dari kepada sekolah yang efektif dan kuat. Jika kemampuan seorang kepala sekolah dalam berkomunikasi dapat diandalkan, prinsip ketujuh pasti akan dengan mudah ditunaikan, yaitu selalu mampu memberikan motivasi kepada semua guru dan siswa.

Wallahu a'lam bi al-sawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar