Beras
Menir yang Menggetarkan Samsung
Dahlan Iskan ; Mantan CEO Jawa Pos
|
JAWA
POS, 16 Maret 2015
”KEJUTAN
XIAOMI” menjadi istilah baru di Korea Selatan. Dalam bahasa Mandarin, xiaomi
berarti beras menir (beras yang dihancurkan kecil-kecil). Tapi, beras menir
inilah yang kini sangat ditakuti Samsung. Sampai-sampai Menteri Komunikasi
Korsel Choi Yang-hee mengunjungi pabrik smartphone Xiaomi di Beijing bulan
lalu.
Samsung
rupanya merasa terancam. Memang perusahaan baru smartphone di Beijing itu
tiba-tiba saja jadi meteor. Tahun lalu Xiaomi langsung mampu menjual 70 juta
smartphone. Atau naik hampir tiga kali lipat dari tahun sebelumnya. Dengan
demikian, tiba-tiba saja Xiaomi telah menjadi produsen telepon pintar
terbesar ketiga di dunia. Setelah Samsung dan Apple.
Memang
penjualan smartphone Samsung masih di atas 300 juta, catatan tahun lalu.
Tapi, untuk pasar Tiongkok Samsung sudah anjlok lebih dari separonya. Samsung
sudah kalah dari si beras menir. Bahkan sudah kalah jauh. Padahal, Tiongkok adalah
pasar telepon pintar terbesar di dunia. Maka pantas kalau Samsung tersentak.
Kalau
dulu kita terkejut mendengar BlackBerry mengalahkan Nokia, lalu iPhone
mengalahkan BlackBerry dan akhirnya iPhone dikalahkan Samsung, kini kita
lebih terkejut lagi bila si anak bawang beras menir akan mengalahkan Samsung
segera. Dunia telekomunikasi memang ibarat roller coaster. Kita tidak pernah
membayangkan Nokia yang begitu merajalela dengan cepat dikalahkan BlackBerry.
Kejayaan BlackBerry pun hanya seumur jagung: dikalahkan Apple. Dan tak
disangka-sangka, raja Amerika Serikat ini disalip perusahaan dari Asia:
Samsung.
Semula
Huawei-lah yang disangka akan menjadi penantang terberat Samsung. Produk
terbaru Huawei, Ascend 4G LTE, yang saya gunakan saat ini, luar biasa
canggihnya. Sambutan dari pasar di Tiongkok pun gegap gempita. Untuk bisa
membeli Huawei Ascend 4G LTE, harus antre seperti dulu orang Amerika antre
beli iPhone.
Tapi,
tiba-tiba ada Xiaomi. Muncul langsung bikin kejutan. Perusahaan si beras
menir ini baru didirikan tahun 2010. Bahkan, orang di Indonesia pun belum
banyak yang tahu. Tiba-tiba saja menjadi nomor tiga di dunia: mengalahkan
Lenovo dan LG. Juga mengalahkan Huawei.
Maka
pertempuran akan kembali seru. Dulu Amerika melawan Eropa. Lalu Asia melawan
Amerika. Kini pertempuran akan terjadi sesama Asia, bahkan sesama Tiongkok.
Xiaomi langsung begitu hot. Bahkan tahun ini mulai masuk pasar internasional.
Minggu lalu, saat launching di Singapura, Xiaomi bikin gempar: stoknya
langsung habis dalam dua menit.
Bagaimana
mungkin perusahaan yang belum berumur lima tahun sudah begitu suksesnya? Ini
tak lain karena strategi pendiri perusahaan itu, Lie Jun: gerak cepat. Lei
Jun kini baru berumur 45 tahun. Gayanya mirip sekali dengan Steve Jobs,
pendiri Apple. Ke mana-mana Lei Jun hanya mengenakan kaus hitam dengan celana
jins.
Seperti
Steve Jobs, Lei Jun juga mencapai kekayaan pertama USD 1 miliar (Rp 12,5
triliun) saat berumur 41 tahun. Kini kekayaan Lei Jun sudah mencapai USD 12
miliar. Berarti setiap tahun naik Rp 30 triliun. Dia sudah menjadi orang
terkaya nomor 26 di Tiongkok.
Sukses
Lei Jun dimulai dari kejengkelannya saat bekerja di perusahaan sebelumnya.
Dia merasa ide-idenya tidak cepat mendapat muara. Dia pun bertekad mendirikan
perusahaan sendiri dan akan merespons dengan cepat ide apa pun dari siapa
pun. Terutama dari pengguna Xiaomi. ”Kalau perlu dalam seminggu sudah menjadi
kenyataan,” katanya seperti dikutip media.
Tahun
1992, ketika baru berumur 22 tahun, Lei Jun bekerja di perusahaan software antivirus:
Kingsoft. Enam tahun kemudian, saat umurnya baru 29 tahun, dia sudah mencapai
puncak karir sebagai CEO-nya. Tiba-tiba dengan alasan ”kesehatan” dia
mengundurkan diri. Ternyata dia mendirikan perusahaan online penjualan buku:
Joyo. Perusahaan ini lantas dia jual ke Amazon.com dengan nilai USD 75 juta
atau hampir Rp 1 triliun.
Langkah
besar pun disiapkan: mendirikan Xiaomi. Dia mengajak sepuluh partner untuk
bergabung. Salah satunya adalah Temasek, BUMN Singapura. Termasuk perusahaan
Taiwan Foxconn. Yang dulu sudah firm ingin masuk Indonesia, tapi tidak ada
kabarnya lagi saat ini. Kini aset Xiaomi sudah mencapai USD 46 miliar.
Xiaomi
ini dibuat sangat mirip (tampilan maupun kualitasnya) iPhone. Tapi dengan
harga kurang dari separonya. Di Tiongkok, pasar smartphone terbesar di dunia,
iPhone 4s dijual USD 790, sedangkan Xiaomi MI One dijual hanya USD 320.
”Harga itu hanya sama dengan harga pembelian material bahan baku,” ujar Lei
Jun.
Ini
berarti Xiaomi tidak ambil keuntungan dari penjualan telepon pintarnya.
Xiaomi akan ambil keuntungan dari software, aksesori, dan bahkan
merchandise-nya. Xiaomi memang menciptakan maskot. Dijual dalam berbagai
bentuk. Termasuk boneka ini: anak yang dibuat mirip kartun Poyo. Berkalung
kain merah dan bertopi. Ada bintang merah di topi itu. Khas Tiongkok dan
cocok untuk pasar besar di sana.
Lei
Jun, kelahiran Hubei yang menamatkan SMA di Mianyang dan menyelesaikan
sarjana science engineering di Wuhan University, kini dapat julukan ”Steve
Jobs”-nya Tiongkok. Rupanya gelar itu mengusiknya. ”Kalau Steve Jobs di
Tiongkok, belum tentu dia bisa sukses.” Tentu Lei Jun juga tidak mau mati
muda karena kanker seperti Steve Jobs. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar