Senin, 20 Oktober 2014

Tayangan Sinetron Belum Seutuhnya Mengerti Industri Kreatif

Tayangan Sinetron

Belum Seutuhnya Mengerti Industri Kreatif

Dina Fitri  ;   (Tanpa Penjelasan)
DETIKNEWS,  16 Oktober 2014
                                                
                                                                                                                       


Industri kreatif sudah tidak asing lagi sebagai salah satu mata pencaharian masyarakat Indonesia, terlihat bagaimana pesatnya perkembangan industri kreatif saat ini.

Industri kreatif itu sendiri pertama kali di populerkan oleh Inggris untuk memperbaiki perekonomian serta mengembangkan bakat-bakat muda disana.

Inggris mendefinisikan industri kreatif sebagai: those industries which have their origin in individual creativity, skill and talent, and which have a potential for wealth and job creation through the generation and exploitation of intellectual property and concent. Hal ini diadopsi oleh negara-negara lain termasuk Indonesia.

Di Indonesia industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan krativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan memanfaatkan daya kreasi dan daya cipta individu.

Industri kreatif Indonesia terdiri dari 14 bidang, yaitu jasa periklanan, arsitektur, pasar seni dan barang antik, kerajinan, desain, fesyen, video, film dan fotografi, permainan interaktif, music, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak, televisi dan radio, dan riset dan pengembangan.

Sebagai salah satu yang ada di dalam industri kreatif, hiburan di televisi adalah salah satu yang paling banyak diminati karena dapat dinikmati dengan mudah. Selain itu media televisi pun menyuguhkan acara-acara yang dapat memperluas wawasan publik seperti, talkshow, diskusi, dan acara-acara edukasi lainnya.

Dewasa ini media televisi menjadi salah satu sahabat baik bagi para anak-anak dan remaja Indonesia dengan suguhan-suguhan menarik yang mampu menemani mereka bersantai di rumah, seperti kartun, acara musik, dan lainnya.
Rumah produksi (PH) dan stasiun televisi berlomba lomba membuat berbagai macam tayangan untuk mendapatkan rating yang tinggi dari penonton. Setelah mendapatkan rating yang tinggi, PH dan stasiun TV akan mendapatkan keuntungan yang tinggi pula.

Namun, apakah mereka telah membuat acara televisi yang berkualitas? Nampaknya televisi sekarang ini lebih banyak menayangkan cerita dalam bentuk sinema elektronik (sinetron). Yang dimana saat ini sinetron sedang menjadi trend pertelevisian Indonesia dibandingkan acara-acara yang lebih positif lainnya.

Maraknya sinetron secara nonstop berdampak sangat banyak bagi masyarakat khususnya para remaja dan anak dibawah umur. Biasanya cerita yang diminati adalah cerita tentang percintaan remaja, kehidupan yang mewah dan pertikaian rumah tangga yang seharusnya tidak ditonton oleh anak dibawa umur.

Namun karena jam tayang yang memungkinkan bagi anak untuk menonton, maka mereka ikut menonton juga. Malah dampak lainnya adalah ketika sinetron tersebut tayang pada waktu belajar anak, mereka akan lupa dengan belajar dan menyempatkan waktunya untuk menonton sinetron kesayangannya.

Peran orang tua sangatlah penting disini untuk mengawasi tayangan yang mereka tonton. Namun, sebagian orang tua berfikir dan membiarkan anaknya menonton apa yang mereka suka dengan asumsi si anak mendapat hiburan dan betah tinggal dirumah tanpa memperhatikan mamfaat dan pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa dan mental anak-anaknya.

Sebuah penelitian American Psychological Association (APA) pada tahun 1995, bahwa tayangan yang bermutu akan mempengaruhi seseorang untuk berlaku baik, dan tayangan yang kurang bermutu akan mendorong seseorang untuk belaku buruk.

Bahkan penetilian ini menyimpulkan bahwa hampir semua perilaku buruk yang dilakukan seseorang adalah pelajaran yang mereka terima sejak kecil.
Apabila dari masa anak-anak dan remaja sudah disuguhkan tayangan-tayangan yang ceritanya untuk orang dewasa, itu akan mempengaruhi pandangan mereka.

Hidup mewah, naik kendaraan pribadi, belanja ke mall dan menjalin cinta sejak dini. Secara tidak langsung mereka akan terpengaruh bahwa hidup selalu enak dan apa saja yang kita inginkan pasti ada. Mereka akan mengikuti seperti apa yang ada dalam tayangan tersebut tanpa mereka sadari.

Belum lagi tayangan sinetron terpopuler saat ini seringkali memakai pakaian yang minim untuk sekolah. Pakaian yang seharusnya tidak pantas untuk dipakai. Seperti, rok mini, baju ketat, sepatu tinggi, dan dandanan yang berlebihan itu keren.

Hal ini memberikan pemikiran kepada mereka untuk tampil keren, harus berpenampilan seperti itu. Adegan bullying dan kekerasan verbal juga sering kali terlihat pada sinetron sekarang, seperti melecehkan kaum miskin, menghina anak yang memiliki kebutuhan khusus (cacat fisik), menghina orang tua dan Guru, penggunaan kata-kata yang tidak pantas "anak pembawa celaka, rakyat jelata, si gembel, bocah ingusan".

Padahal tayangan tersebut melanggar UU Penyiaran serta Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) yang berisi tentang:


1.       Tindakan bullying (intimidasi) yang dilakukan anak sekolah.
2.       Kekerasan verbal
3.       Menampilkan percobaan pembunuhan.
4.       Adegan percobaan bunuh diri.
5.       Menampilkan remaja yang menggunakan testpack karena hamil di luar
          nikah.
6.       Adanya dialog yang menganjurkan untuk menggugurkan kandungan.
7.       Adegan seolah memakan kelinci hidup.
8.       Menampilkan seragam sekolah yang tidak sesuai dengan etika
          pendidikan.
9.       Adegan menampilkan kehidupan bebas yang dilakukan anak remaja,
          seperti merokok, minum-minuman keras dan kehidupan dunia malam.
10.     Adegan percobaan pemerkosaan.
11.     Konflik rumah tangga dan perselingkuhan.
12.     Menggunakan judul-judul yang sangat provokatif dan tidak pantas

Belum lagi masalah penjiplakan/plagiat, banyak sinetron Indonesia yang mengikuti alur cerita dari film/drama luar negri yang populer. Cara ini biasanya dilakukan untuk sinetron drama percintaan, yang membutuhkan cukup banyak konflik-konflik yang dianggap akan menarik perhatian penonton.

Memang sepertinya semua hal ini menunjukkan bahwa mereka (PH dan stasiun TV) belum bisa sepenuhnya mengikuti flow (alur) industri kreatif yang menuntut adanya pembaruan, ide-ide segar agar menjadi panutan untuk mengembangkan inspirasi baru serta layak dihadirkan untuk masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar