Tayangan
Sinetron
Belum
Seutuhnya Mengerti Industri Kreatif
Dina Fitri ; (Tanpa Penjelasan)
|
DETIKNEWS,
16 Oktober 2014
Industri kreatif sudah tidak asing lagi sebagai salah satu mata
pencaharian masyarakat Indonesia, terlihat bagaimana pesatnya perkembangan
industri kreatif saat ini.
Industri kreatif itu sendiri pertama kali di populerkan oleh Inggris
untuk memperbaiki perekonomian serta mengembangkan bakat-bakat muda disana.
Inggris mendefinisikan industri kreatif sebagai: those industries which
have their origin in individual creativity, skill and talent, and which have
a potential for wealth and job creation through the generation and
exploitation of intellectual property and concent. Hal ini diadopsi oleh
negara-negara lain termasuk Indonesia.
Di Indonesia industri kreatif adalah industri yang berasal dari
pemanfaatan krativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan
kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan memanfaatkan
daya kreasi dan daya cipta individu.
Industri kreatif Indonesia terdiri dari 14 bidang, yaitu jasa
periklanan, arsitektur, pasar seni dan barang antik, kerajinan, desain,
fesyen, video, film dan fotografi, permainan interaktif, music, seni
pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak,
televisi dan radio, dan riset dan pengembangan.
Sebagai salah satu yang ada di dalam industri kreatif, hiburan di
televisi adalah salah satu yang paling banyak diminati karena dapat dinikmati
dengan mudah. Selain itu media televisi pun menyuguhkan acara-acara yang
dapat memperluas wawasan publik seperti, talkshow, diskusi, dan acara-acara
edukasi lainnya.
Dewasa ini media televisi menjadi salah satu sahabat baik bagi para
anak-anak dan remaja Indonesia dengan suguhan-suguhan menarik yang mampu
menemani mereka bersantai di rumah, seperti kartun, acara musik, dan lainnya.
Rumah produksi (PH) dan stasiun televisi berlomba lomba membuat
berbagai macam tayangan untuk mendapatkan rating yang tinggi dari penonton.
Setelah mendapatkan rating yang tinggi, PH dan stasiun TV akan mendapatkan
keuntungan yang tinggi pula.
Namun, apakah mereka telah membuat acara televisi yang berkualitas?
Nampaknya televisi sekarang ini lebih banyak menayangkan cerita dalam bentuk
sinema elektronik (sinetron). Yang dimana saat ini sinetron sedang menjadi
trend pertelevisian Indonesia dibandingkan acara-acara yang lebih positif
lainnya.
Maraknya sinetron secara nonstop berdampak sangat banyak bagi
masyarakat khususnya para remaja dan anak dibawah umur. Biasanya cerita yang
diminati adalah cerita tentang percintaan remaja, kehidupan yang mewah dan
pertikaian rumah tangga yang seharusnya tidak ditonton oleh anak dibawa umur.
Namun karena jam tayang yang memungkinkan bagi anak untuk menonton,
maka mereka ikut menonton juga. Malah dampak lainnya adalah ketika sinetron
tersebut tayang pada waktu belajar anak, mereka akan lupa dengan belajar dan
menyempatkan waktunya untuk menonton sinetron kesayangannya.
Peran orang tua sangatlah penting disini untuk mengawasi tayangan yang
mereka tonton. Namun, sebagian orang tua berfikir dan membiarkan anaknya
menonton apa yang mereka suka dengan asumsi si anak mendapat hiburan dan
betah tinggal dirumah tanpa memperhatikan mamfaat dan pengaruhnya terhadap
perkembangan jiwa dan mental anak-anaknya.
Sebuah penelitian American Psychological Association (APA) pada tahun
1995, bahwa tayangan yang bermutu akan mempengaruhi seseorang untuk berlaku
baik, dan tayangan yang kurang bermutu akan mendorong seseorang untuk belaku
buruk.
Bahkan penetilian ini menyimpulkan bahwa hampir semua perilaku buruk
yang dilakukan seseorang adalah pelajaran yang mereka terima sejak kecil.
Apabila dari masa anak-anak dan remaja sudah disuguhkan
tayangan-tayangan yang ceritanya untuk orang dewasa, itu akan mempengaruhi
pandangan mereka.
Hidup mewah, naik kendaraan pribadi, belanja ke mall dan menjalin cinta
sejak dini. Secara tidak langsung mereka akan terpengaruh bahwa hidup selalu
enak dan apa saja yang kita inginkan pasti ada. Mereka akan mengikuti seperti
apa yang ada dalam tayangan tersebut tanpa mereka sadari.
Belum lagi tayangan sinetron terpopuler saat ini seringkali memakai
pakaian yang minim untuk sekolah. Pakaian yang seharusnya tidak pantas untuk
dipakai. Seperti, rok mini, baju ketat, sepatu tinggi, dan dandanan yang
berlebihan itu keren.
Hal ini memberikan pemikiran kepada mereka untuk tampil keren, harus
berpenampilan seperti itu. Adegan bullying dan kekerasan verbal juga sering
kali terlihat pada sinetron sekarang, seperti melecehkan kaum miskin,
menghina anak yang memiliki kebutuhan khusus (cacat fisik), menghina orang
tua dan Guru, penggunaan kata-kata yang tidak pantas "anak pembawa
celaka, rakyat jelata, si gembel, bocah ingusan".
Padahal tayangan tersebut melanggar UU Penyiaran serta Pedoman Perilaku
Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) yang berisi tentang:
1. Tindakan bullying
(intimidasi) yang dilakukan anak sekolah.
2. Kekerasan verbal
3. Menampilkan percobaan
pembunuhan.
4. Adegan percobaan bunuh
diri.
5. Menampilkan remaja yang
menggunakan testpack karena hamil di luar
nikah.
6. Adanya dialog yang
menganjurkan untuk menggugurkan kandungan.
7. Adegan seolah memakan
kelinci hidup.
8. Menampilkan seragam
sekolah yang tidak sesuai dengan etika
pendidikan.
9. Adegan menampilkan
kehidupan bebas yang dilakukan anak remaja,
seperti
merokok, minum-minuman keras dan kehidupan dunia malam.
10. Adegan percobaan
pemerkosaan.
11. Konflik rumah tangga dan
perselingkuhan.
12. Menggunakan judul-judul
yang sangat provokatif dan tidak pantas
Belum lagi masalah penjiplakan/plagiat, banyak sinetron Indonesia yang
mengikuti alur cerita dari film/drama luar negri yang populer. Cara ini biasanya
dilakukan untuk sinetron drama percintaan, yang membutuhkan cukup banyak
konflik-konflik yang dianggap akan menarik perhatian penonton.
Memang sepertinya semua hal ini menunjukkan bahwa mereka (PH dan
stasiun TV) belum bisa sepenuhnya mengikuti flow (alur) industri kreatif yang
menuntut adanya pembaruan, ide-ide segar agar menjadi panutan untuk
mengembangkan inspirasi baru serta layak dihadirkan untuk masyarakat. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar