Ayo!
Bersama-sama
Mengawal
dan Mendukung Jokowi-JK
Toni Sudibyo ; Alumnus Fisipol Universitas Jember;
Alumnus Pasca Sarjana Universitas Indonesia
|
DETIKNEWS,
15 Oktober 2014
Jika tidak ada aral melintang, Joko Widodo dan M Jusuf Kalla akan
dilantik sebagai Presiden ke-7 dan Wakil Presiden periode 2014-2019. Walaupun
banyak informasi yang beredar melalui SMS, blackberry messenger ataupun media
sosial yang mempertanyakan apakah pelantikan pada 20 Oktober 2014 akan
berjalan aman dan lancar, namun Kepala BIN Marciano Norman dalam beberapa
kesempatan mengemukakan bahwa pelantikan Jokowi-JK sebagai Presiden dan
Wapres pada 20 Oktober 2014 akan berjalan aman dan lancar.
Menjelang pelantikan Jokowi-JK, isu lainnya yang menarik dicermati
adalah komposisi kabinet Jokowi-JK, karena dari komposisi kabinet yang
dipilihnya tersebut kemungkinan masyarakat dapat menilai apakah ekspektasinya
ketika Pilpres 2014 dengan memilih pasangan ini akan terkabulkan selama 5
tahun ke depan atau tidak.
Setidaknya banyak masukkan terkait formasi dan komposisi kabinet
mendatang, termasuk syarat-syaratnya. Bagi masyarakat umum, yang penting
Jokowi-JK dapat membangun kabinet yang bersih dari korupsi dan bebas dari
mafia, mewujudkan APBN pro rakyat dengan mengurangi ketergantungan pada pihak
luar, membangun mekanisme peran serta dan keterlibatan publik/masyarakat
dalam pengambilan keputusan, menjalankan agenda pembangunan yang benar-benar
dapat dirasakan rakyat, serta mewujudkan birokrasi pemerintahan yang bersih,
efektif dan transparan di pusat dan daerah.
Dalam sebuah diskusi di Jakarta Pusat bertema "Kabinet Harapan
Rakyat", diselenggarakan Forum Diskusi Ekonomi Politik, Arie Sudjito,
Dosen UGM Yogyakarta dan Ketua Umum Pergerakan Indonesia mengatakan, kabinet
Jokowi harus cerdas dan berani mengambil keputusan. Jokowi tidak perlu takut
melakukan keputusan untuk menentukan susunan kabinet. Namun ada pembicara
lainnya yang berpendapat, langkah Jokowi memilih kabinet melalui blog dinilai
bisa menjadi bumerang, karena menempatkan orang yang tidak cocok diposisinya.
Sedangkan, Andrinof Chaniago, dosen di Universitas Indonesia mengatakan,
Jokowi merupakan sosok yang bisa menunjukkan sesuatu kepada masyarakat untuk
melakukan perubahan sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat.
Sementara itu, dalam diskusi bertema "Mengawal Kebijakan
Pemerintahan Jokowi-JK Dibidang Perburuhan", salah seorang tokoh buruh
Mudhofir, SH mengatakan, gerakan buruh tidak terlepas dari persoalan isu
politik, tetapi tidak boleh menjadi underbow-nya parpol. Dukungan buruh ke
Jokowi, bukan berarti mendukung sepenuhnya kebijakannya dan jika ada
kebijakan pemerintah yang menyimpang maka buruh tetap melakukan gerakan
ekstraparlementer.
Pemerintahan ke depan perlu ada pengawalan, pengawasan dan koreksi agar
tidak menyimpang. Aktivis dari Serikat Buruh Migrant dalam diskusi tersebut
berpendapat, pesta demokrasi telah selesai, buruh migran akan terus mengawal
kebijakan Jokowi-JK dan menuntut janji pada saat kampanye untuk menyelesaikan
persoalan buruh migran.
Apresiasi Pemerintahan Lama dan Kawal Pemerintahan Baru
Pemerintahan SBY-Boediono beserta kabinetnya yang akan berakhir pada 20
Oktober 2014 juga patut mendapatkan apresiasi dari masyarakat Indonesia,
karena terlepas dari segala kekurangan dan kelebihannya, Pemerintahan selama
10 tahun dibawah kepemimpinan SBY juga menghasilkan beberapa hal positif yang
membanggakan antara lain peningkatan mutu diplomasi Indonesia dari diplomasi
berciri “please help us” di era-era sebelumnya, dengan diplomasi yang
menjunjung harga diri bangsa; suara Indonesia yang semakin didengar di forum
internasional; pemberantasan terorisme yang sangat besar dibawah Densus 88
Mabes Polri dibantu unsur aparat keamanan dan lembaga intelijen di Indonesia;
pemberantasan korupsi yang sangat baik oleh KPK; serta pembangunan alutsista
TNI yang menjanjikan tentara kita salah satu yang disegani di dunia ini.
Di bilang politik, Presiden SBY dan Wapres Boediono beserta jajaran kabinetnya
juga memiliki goodwill yang baik. Terbukti pemilihan legislatif dan Pilpres
2014 berakhir dengan aman dan lancar, terlepas dari berbagai kekurangannya.
Padahal sebelumnya banyak masyarakat yang menyangsikan atau mengkhawatirkan
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama pesta demokrasi 5 tahun
tersebut. Ini juga harus diapresiasi sebagai kerja keras pemerintah dibawah
Presiden SBY.
Oleh karena itu, penulis sangat kecewa dan tidak sepakat dengan
beberapa tokoh pemuka opini dari berbagai latar belakang yang terus
mendiskreditkan pemerintahan SBY dengan menyatakan antara lain, Perppu
Presiden yang dikeluarkan untuk menyelamatkan harga diri SBY yaitu Perppu
untuk melakukan pilkada secara langsung hanyalah alat untuk menarik simpati
rakyat. Bahkan ada politikus yang menilai 10 tahun Pemerintahan SBY dinilai
gagal dalam membangun pondasi ekonomi, politik yang kuat, sehingga bangsa
Indonesia rentan menghadapi krisis ekonomi maupun politik.
Menurut penulis seruan politik Front Aksi Mahasiswa (FAM) Indonesia
berjudul "PDIP dan Partai Koalisi Pendukung Jokowi-JK Harus Mengambil
Inisiatif Menuntut Pertanggungjawaban Presiden SBY di Sidang Umum MPR RI 2014
atas Warisan Sampah, Kotoran, Tulang Belulang, Kerusakan Kehidupan
Bangsa", yang beredar ke masyarakat pada 30 September 2014 juga salah
kaprah dan tidak mencerminkan kecerdasan apapun juga. Alasan seruan tersebut
tidak baik, tidak bijaksana dan tidak obyektif dalam melihat permasalahan secara
jernih.
Seruan tersebut berisi antara lain, pada 20 Oktober 2014 akan dilakukan
serah terima jabatan dari Presiden SBY ke Presiden Jokowi, artinya Presiden
SBY secara legal dan konstitusional menyerahkan seluruh masalah bangsa dan
negara yang diciptakan selama 10 tahun masa jabatannya ke Presiden terpilih
Jokowi. Oleh karena itu, FAM menyarankan Partai Koalisi pendukung Jokowi-JK
mendorong penyusunan mekanisme ketatanegaraan untuk meminta laporan
pertanggungjawaban Presiden SBY atas seluruh masalah, politik dan sosial yang
saat ini mengancam keutuhan bangsa dan negara Indonesia.
Bangsa ini seharusnya segera menyadari bahwa kompetisi yang panas saat
Pilpres sudah berakhir. Jokowi-JK adalah pemimpin baru Indonesia yang perlu
didukung dan dikawal, namun juga dikritisi jika membuat kebijakan yang tidak
baik atau menyengsarakan rakyat. Pengawalan dan menjaga bersama-sama
pemerintahan Jokowi-JK dikarenakan tugas berat sudah menanti mereka, sebab
setidaknya ada tiga masalah pokok dalam konsep visi misi kebhinnekaan Jokowi
adalah absennya kehadiran negara, terkoyaknya ekonomi setiap warga negara dan
terjadi intoleransi yang semakin besar.
Gerakan bersama-sama untuk mendukung dan mengawal pemerintahan
Jokowi-JK selama melakukan tindakan yang benar, dan mengkritisinya jika
mengingkari rakyat harus segera digelorakan. Rakyat harus memiliki ESTOM
(emosi, sikap, tingkah laku, opini dan motivasi) yang positif mendukung
program Jokowi-JK salah satunya adalah revolusi mental dan pembangunan
karakter bangsa.
Oleh karena itu, penulis sangat tidak setuju dengan masih adanya
pikiran-pikiran picik dan langkah sembrono yang mungkin masih akan dilakukan
kelompok tertentu yang anti Jokowi-JK untuk menjegal pasangan ini atau
menghambat pemerintahannya. Karena sejatinya, berhasilnya pemerintahan
Jokowi-JK selama 5 tahun ke depan, juga akan menorehkan sejarah baru bagi
bangsa ini yaitu tokoh sipil juga siap dan mampu menjadi Presiden Indonesia. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar