“Roadmap”
Pembangunan Kelautan dan Perikanan
Yugi Prayanto ; Wakil Ketua Umum Kadin
|
SINAR
HARAPAN, 29 September 2014
Pembangunan kelautan dan perikanan dalam lima tahun ke depan akan
memasuki nuansa baru. Ini karena pasangan presiden-wakil presiden terpilih,
Jokowi-JK memiliki visi yang kuat dalam mewujudkan Indonesia sebagai negara
maritim.
Hal ini tercermin dari naskah visi-misi pasangan Jokowi-JK saat
kampanye dan debat pasangan presiden dan wakil presiden. Berdasarkan hal
tersebut, Kadin yang selama ini telah berperan aktif dalam pembangunan
kelautan dan perikanan nasional, merasa perlu untuk memberikan masukan kepada
pasangan Jokowi-JK, terkait arah dan kebijakan pembangunan kelautan dan
perikanan lima tahun ke depan.
Berdasarkan hasil Focus Group
Discussion (FGD) yang telah beberapa kali dilakukan Kadin, ada beberapa
isu yang perlu mendapatkan perhatian khusus bagi pasangan Jokowi-JK, dalam
mewujudkan Indonesia sebagai negara maritim (Indonesia sebagai poros maritim
dunia); kualitas dan kuantitas sumber daya manusia kelautan juga perikanan,
perikanan sebagai sumber pangan dan devisi negara, pentingnya inovasi teknologi
budidaya ikan, kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil
terdepan, perlindungan nelayan dan pembudi daya ikan, kelestarian ekosistem
dan sumber daya kelautan, implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015,
tingginya aktivitas ilegal di laut indonesia, konektivitas antarpulau di
indonesia, revitalisasi industri galangan kapal nasional, sertar evitalisasi
pelayaran rakyat dan kepelabuhanan.
Berdasarkan roadmap pembangunan kelautan dan perikanan 2015-2019 yang
telah disusun Kadin, strategi yang dapat dilakukan untuk menjawab isu dan
permasalahan tersebut adalah; pertama, penguatan peran masyarakat (dunia
usaha dan masyarakat) dan negara dalam peningkatan nilai tambah produk
kelautan dan perikanan.
Kedua, penguatan sumber daya, logistik, transportasi laut, dan
teknologi terhadap semua subsistem kelautan dan perikanan. Ketiga, penguatan
regulasi, koordinasi, dan eksekusi pembangunan kelautan dan perikanan untuk
menunjang daya saing pelaku usaha perikanan dan kelautan Indonesia menghadapi
pasar bebas.
Sasaran yang perlu dicapai dalam periode 2015-2019 adalah; pertama,
pertumbuhan PDB perikanan 7 persen per tahun. Berdasarkan Data Pendapatan
Domestik Bruto Harga Konstan 2000, terlihat pada periode 2005-2013,
pertumbuhan ekonomi perikanan dalam periode 2005-2013 berkisar antara
5,07-6,96 persen.
Berdasarkan data Nota Keuangan dan APBN 2014, terlihat pertumbuhan
ekonomi nasional dalam periode 2004-2008 rata-rata tumbuh 5,9 persen per
tahun. Dengan demikian, terlihat sektor perikanan memiliki pertumbuhan di
atas pertumbuhan ekonomi nasional. Berdasarkan hal itulah, Kadin memandang
pertumbuhan ekonomi perikanan dalam periode 2015-2019 dapat mencapai di atas
7 persen per tahun.
Kedua, peningkatan produksi perikanan budidaya di laut dan perairan
umum 24 persen pada 2019. Dalam periode 2000-2012 pertumbuhan produksi
perikanan mencapai 9,34 persen per tahun. Dalam periode tersebut, pertumbuhan
perikanan budi daya tercatat mencapai 20,59 persen per tahun, dan perikanan
tangkap hanya mencapai 2,93 persen per tahun.
Total produksi perikanan pada 2000 mencapai 5,12 juta ton, terdiri atas
4,12 juta ton perikanan tangkap dan 882,99 ton perikanan budi daya. Namun,
pada 2012 produksi perikanan meningkat tajam menjadi 15,42 juta ton per
tahun, yang terdiri atas 5,822 juta ton produksi perikanan tangkap dan 9,60
juta ton produksi perikanan budi daya.
Ketiga, produksi perikanan tangkap 3 persen per tahun. Produksi
perikanan tangkap dalam periode 2015-2019 belum dapat dikembangkan lebh jauh
lagi. Hal ini karena produksi ikan tangkap sejak 2010 (5,4 juta ton per
tahun) sudah berada di atas jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB), yaitu
5,22 juta ton per tahun. Hal ini sesuai Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan RI Nomor KEP.45/MEN/2011 tentang Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan
di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.
Keempat, Produksi rumput laut 42 persen pada 2019. Rumput laut
merupakan produksi unggulan perikanan budi daya. Kontribusi produksi rumput
laut terhadap total produksi periknan budi daya pada 2012 mencapai 67,87
persen, yang terdiri atas jenis Eucheuma (59,78 persen) dan Gracilaria (8,09
persen). Berdasarkan hal tersebut, komoditas rumput laut sangat potensial
untuk terus dikembangkan.
Kelima, peningkatan produksi ikan budi daya hias 16 persen per tahun.
Produksi ikan hias Indonesia selama 2009-2013 mengalami pertumbuhan rata-rata
16,85 persen per tahun. Produksi ikan hias pada 2009 mencapai 566,34 juta
ekor dan pada 2013 meningkat tajam menjadi 1,04 miliar ekor. Peningkatan
produksi ikan hias tersebut hendaknya terus dijaga dan lebih dioptimalkan
guna mendukung peningkatan perdagangan ikan hias Indonesia.
Keenam, pengembangan dan pembinaan promosi dan kerja sama hasil
perikanan dalam negeri. Ketujuh, Pengembangan pengelolaan pulau-pulau kecil
untuk kegiatan ekonomi, seperti wisata bahari. Kedelapan, Utilitas Unit
Pengolahan Ikan (UPI) (persen). Kesembilan, Wilayah distribusi bahan bakar
minyak untuk nelayan dan pembudi daya ikan (persen).
Kesepuluh, Wilayah perairan Indonesia bebas IUU Fishing dan kegiatan
yang merusak sumber daya (persen). Kesebelas, peningkatan kawasan konservasi
laut nasional. Kedua belas, peningkatan kapasitas SDM kelautan dan perikanan.
Ketiga belas, peningkatan IPTEK kelautan dan perikanan dan diseminasi
teknologi. Keempat belas, peningkatan tata kelola pembangunan kelautan dan perikanan
nasional.
Sebagai upaya mempercepat implementasi pembangunan kelautan dan
perikanan, pemerintah perlu membentuk Menko Kelautan.
Kementerian dan lembaga yang berada di bawah koordinasi Menko Kelautan
adalah: (1) Kementerian Maritim dan Logistik Laut; (2) Kementerian Kelautan
dan Perikanan; (3) Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral; (4) Kementerian
Pariwisata Bahari dan Ekonomi Kreatif; (5) Sea and Coast Guard atau
Bakorkamla.
Alhasil, pembangunan kelautan dan perikanan periode 2015-2019 akan
tercapai baik bila dipimpin pemimpin yang memiliki visi maritim kuat, seperti
pasangan Jokowi-JK. Selain itu, diperlukan kerja sama yang baik antarseluruh
komponen kelautan dan perikanan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar