Selasa, 07 Oktober 2014

Perguruan Tinggi dan Innovation Driven Economy

Perguruan Tinggi dan Innovation Driven Economy

Firmanzah  ;   Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan
KORAN SINDO,  06 Oktober 2014




Laporan Daya Saing Global 2014–2015 yang dikeluarkan World Economy Forum (WEF) awal September lalu menempatkan Indonesia pada peringkat ke-34 atau naik 4 peringkat dari 2013–2014. Peningkatan daya saing Indonesia ini sekaligus mengonfirmasi sejumlah hasil laporan yang menempatkan Indonesia sebagai destinasi investasi utama.

Predikat sebagai negara tujuan utama investasi didukung sejumlah faktor yang telah dicapai dalam beberapa tahun ini, misalnya perbaikan infrastruktur, reformasi birokrasi, kebijakan industrialisasi, dan pengembangan iptek. Dengan peringkat daya saing di urutan ke-34 dari 144 negara yang menjadi sampel WEF, Indonesia dikelompokkan dalam kategori negara efficiency-driven economies atau selangkah lagi menuju innovation driven economies. Salah satu pilar yang mendorong peningkatan daya saing seperti yang dilaporkan WEF adalah inovasi dan pengembangan iptek.

Inovasi dan pengembangan iptek diyakini mampu memberi daya dorong yang lebih kuat, tidak hanya terhadap peningkatan daya saing bangsa, melainkan juga terkait perbaikan peradaban manusia. Salah satu entitas yang berperan penting dalam pengembangan iptek dan inovasi adalah perguruan tinggi (PT). PT menjadi media pembelajaran dan pendidikan yang diharapkan mampu melahirkan gagasan-gagasan yang bermanfaat, baik dalam kehidupan sosial maupun ekonomi-politik.

Dorongan pendidikan berbasis masyarakat sesuai arahan Undang-Undang (UU) Sistem Pendidikan Nasional melahirkan berbagai ide kreatif dalam mengemas kurikulum pendidikan tinggi semisal experiential learning, collaborative learning, student center learning dan case study method. Salah satu pendekatan lain yang kini telah banyak dikembangkan universitas-universitas terkemuka dunia adalah kerja sama universitas serta dunia usaha dalam pengembangan iptek dan inovasi. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005–2025, saat ini Indonesia berada pada periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional III (RPJMN 2015–2019).

Berlandaskan kesinambungan RPJMN sebelumnya (2005– 2009, 2010–2014), RPJM III ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.

Sinkronisasi pembangunan iptek dalam pendidikan diharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia serta relevansi pendidikan dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk di dalamnya mendorong ekonomi bernilai tambah. Pembangunan iptek diarahkan untuk menciptakan dan menguasai ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan dasar maupun terapan serta mengembangkan ilmu sosial dan humaniora untuk menghasilkan teknologi dan memanfaatkan teknologi hasil penelitian, pengembangan, dan perekayasaan bagi kesejahteraan masyarakat, kemandirian, dan daya saing bangsa.

Pembangunan iptek ini pulalah yang menjadi dasar pembangunan ekonomi yang berbasis pengetahuan yang akan memberi dampak luas terhadap berbagai dimensi ekonomi khususnya mengenai kesejahteraan masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir, pendapatan per kapita masyarakat terus meningkat hingga mencapai USD4.000 saat ini. Dalam program MP3EI, pada akhir 2025 Indonesia ditargetkan menjadi negara ekonomi maju (innovation- driven economy) dengan target pencapaian pendapatan per kapita hingga 2025 dalam dokumen MP3EI ada di kisaran USD14.000– 15.000 dengan economy size (PDB) USD4 triliun– 4,5 triliun.

Target peningkatan pendapatan per kapita (PDB per kapita) menuju negara maju hanya akan tercapai melalui pengembangan riset, iptek, dan budaya inovasi, khususnya di perguruan tinggi. Melalui pengembangan pemanfaatan riset dan inovasi, nilai tambah dan perluasan rantai nilai, baik dalam proses produksi maupun distribusi, dapat terus meningkat sekaligus menjadi katalisator yang mendorong peningkatan pendapatan per kapita masyarakat. Melalui pengembangan pemanfaatan riset, iptek, dan budaya inovasi di perguruan tinggi, penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi, proses maupun pemasaran untuk penguatan daya saing global yang berkelanjutan menuju innovation driven economy akan dapat dicapai.

Mengapa demikian? Tentunya pada era ekonomi berbasis pengetahuan, mesin pertumbuhan ekonomi sangat bergantungpada kapitalisasihasilpenemuan menjadi produk/jasa inovatif. Dalam konteks ini, peran sumber daya manusia yang berpendidikan menjadi kunci utama mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Oleh karena itu, perguruan tinggi harus mampu menjadi salah satu pusat produksi dan distribusi gagasan-gagasan/ produk/kebijakan yang inovatif, menjadi medium penyelarasan berbagai entitas yang menyusun daya saing nasional. Aliansi sektor pendidikan dengan sektor-sektor lain menjadi ”keharusan” yang tidak bisa dihindari sebagai akibat derasnya perubahan yang terjadi di sekitar kita.

Paradigma pasar inputdan outputpendidikan yang selama ini terkesan tidak selaras dengan lingkungannya, menegasikan kepekaan sosial, dan kecenderungan egoisme-sentris menjadi tantangan dalam meredesain kembali model pembelajaran di pendidikan tinggi. Redesain model pembelajaran yang dilakukan diharapkan dapat menjawab tantangan dan tuntutan lingkungan serta peradaban sehingga kontribusi pendidikan tinggi dapat lebih dirasakan oleh para pemangku kepentingan yang ada. Di berbagai universitas terkemuka dunia, pengelolaan riset yang dipadukan dengan kebutuhan dunia usaha telah menjadi patron yang terus dipromosikan.

Bahkan dengan model penyelarasan ini, sejumlah produk inovatif telah banyak dihasilkan. Produk-produk ini bahkan telah mengubah tatanan peradaban manusia. Di Universitas Osaka Jepang misalnya telah lama dilakukan program kerja sama dengan berbagai industri khususnya dalam hal pengembangan teknologi. Atau Universitas Bologna dengan menawarkan program desain fitur dan model bagi industri makanan-minuman di dunia. Atau universitas-universitas di Amerika yang telah lama mengembangkan research park sebagai wahana untuk mempertemukan kegiatan riset dan kebutuhan dunia usaha.

Taruhlah Massachusetts Institute of Technology (MIT) dengan MITMedialab atau University of Illinois Research Park yang berfungsi sebagai rumah inovasi bagi perusahaan-perusahaan global seperti Yahoo!, Anheuser- Busch InBev, John Deere, Caterpillar, Dow, Neustar, State Farm, Citrix, Raytheon, dan Abbott. Atau misalnya Iowa State University Research Park yang memediasi dunia usaha, peneliti, dan masyarakat dalam mengembangkan gagasan-gagasan inovatif tidak hanya terkait dengan produk-produk komersial, tetapi juga humanity.

Bagi Indonesia, kebutuhan menghadirkan kemitraan-kemitraan seperti contoh di atas menjadi urgensi dalam 5 hingga 15 tahun ke depan. Pola kemitraan strategis seperti contoh di atas dapat diterapkan di Indonesia melalui kemitraan strategis antara perguruan tinggi dan dunia usaha. Upaya ini akan semakin terakselerasi jika mendapat dukungan atau skema stimulus baik dari pemerintah pusat maupun daerah. Selain itu, sejumlah lembaga litbang di pemerintahan seperti LIPI, Puspitek, Lapan, dan Batan juga perlu disinergikan dalam suatu gerakan yang terintegrasi dengan entias lain, khususnya perguruan tinggi dan dunia usaha. Pengembangan research-entrepreneurial university menjadi salah satu solusi yang dapat dikembangkan dalam meraih citacita pembangunan nasional. Dengan semangat ini, target menjadi negara maju akan semakin mudah diwujudkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar