Kamis, 02 Oktober 2014

Penjabaran Totalitas Tanpa Batas

Penjabaran Totalitas Tanpa Batas

Sugie Rusyono  ;   Wartawan Suara Merdeka di Kabupaten Blora
SUARA MERDEKA,  01 Oktober 2014

                                                                                                                       


Tanggal 17 September 2014, Palang Merah Indonesia (PMI) genap berusia 69 tahun. Peran organisasi itu dalam bidang kemanusiaan dan penanggulanan bencana ataupun pertolongan pertama tidak terbantahkan. Banyak peran ditunjukkan oleh sukarelawan sehingga tak mengherankan di banyak daerah organisasi itu kerap menjadi tumpuan bila terjadi bencana.

Tema ’’Totalitas Tanpa Batas untuk Kemanusiaan’’ yang diusung dalam HUTtahun ini terasa menemukan momentum untuk kembali meneguhkan komitmen PMI senantiasa menjunjung tinggi kemanusiaan dan kesetiakawanan sosial. Realitas itu guna menjawab kememudaran rasa itu pada sebagian masyarakat .

Konsekuensinya, sukarelawan palang merah harus total dan terus-menurus menumbuhkan rasa kemanusiaan, baik terhadap dirinya maupun masyarakat dan korban bencana yang ditemui. Kelahiran PMI tidak dapat dilepaskan dari pembentukan International Committee Red Cross (ICRC) atau Komite Internasional Palang Merah pada Oktober 1863.

Ketika itu, pendiri, Jean Henry Dunant (1828-1910) warga Swiss, lebih fokus menolong korban perang. Ia prihatin dan ngeri melihat bencana kemanusiaan itu setelah melihat banyaknya korban tewas dan lukaluka dalam pertempuran di Solferino tahun 1858.

Pertempuran itu melibatkan pasukan Prancis dan Italia melawan pasukan Austria. Semangat kemanusiaan itulah menginspirasi dan tumbuh di seluruh negara, termasuk di Indonesia. Tahun 1932, beberapa pejuang ’’bangsa’’ Indonesia menggagas pembentukan Badan Palang Merah namun Belanda menantang gagasan itu.

Penggagalan kembali terjadi pada 1940 dengan alasan kita dianggap belum mampu. Baru setelah negara kita merdeka, pada 3 September 1945 Presiden Soekarno memerintah Menkes dr Boentaran Martoatmodjo membentuk Badan Palang Merah Nasional.

Dua hari kemudian, Menkes membentuk kepanitiaan, dan pada 17 September 1945 secara resmi PMI terbentuk. Presiden melantik Moh Hatta, wapres, sebagai ketua pertama hingga 1946. Peran PMI saat ini berbeda dari masa lalu mengingat saat sekarang Indonesia berada dalam situasi damai.

Karena itu, tuntutan peran dalam bidang kemanusiaan menjadi totalitas yang tak bisa dielakkan sekaligus kemanusiaan menjadi prinsip dasar pertama yang harus dilakukan oleh seluruh pengurus dan sukarelawan PMI.

Bagi Pemkab Blora yang belum membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), peran kemanusiaan dari PMI makin terasa. Bahkan jadi tempat bagi masyarakat untuk meminta bantuan andai terjadi bencana di daerah itu. Tiap terjadi bencana, PMI membuktikan selalu terdepan dan tercepat dalam pencegahan dan penyelamatan.

Saat ini sudah terbentuk Satuan Tanggap Bencana (Satgana) di beberapa kecamatan yang berkategori rawan bencana. Personel satuan itu mampu bergerak cepat semisal sewaktu abu letusan Gunung Kelud terbawa angin hingga ke Blora. Mereka segera membagikan masker kepada warga. Kecepatan itu juga ditunjukkan dalam menolong dan mengevakuasi korban banjir akibat luapan Bengawan Solo di wilayah Cepu.

Saat tidak terjadi bencana pun, pengurus dan sukarelawan siap memberikan pelayanan kemanusiaan. Semisal mengadakan pemeriksaan gratis kesehatan untuk warga di daerah terpencil atau jauh dari fasilitas kesehatan

Kontribusi Nyata

Kiprah itu kian menegaskan organisasi itu berkontribusi nyata. Realitas itu makin mendekatkan organisasi kepada masyarakat, bahkan mereka merasa ikut memiliki. Anggapan bahwa PMI hanya berkait donor darah harus diubah lewat kegiatan sosial lain. Dalam era kekinian, sedikitnya ada tiga tantangan tidak ringan bagi PMI.

Pertama; menyiapkan pengurus dan kader yang memiliki jiwa kemanusiaan dan kerelawanan untuk mengurus organisasi. Kedua; menjawab persoalan ketersediaan darah, termasuk kemudahan mendapatkannya.

Dirgahayu PMI, tema ’’Totalitas Tanpa Batas untuk Kemanusian’’ semoga bukan hanya slogan melainkan benar-benar dilaksanakan. Itu pun bukan hanya oleh jajaran PMI dan sukarelawan melainkan juga semua elemen masyarakat di mana pun. Salam kemanusiaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar