Peninggalan
SBY untuk Jokowi
Agung Wicaksono ; Dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB; Asisten Ahli Kepala Unit
Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4)
|
KOMPAS,
30 September 2014
SEJARAWAN
terkemuka, Asvi Warman Adam, dalam opininya ”Warisan SBY” (Kompas,
19/7/2014) mengatakan bahwa warisan SBY yang utama adalah memimpin selama
dua periode tanpa gangguan berarti dengan pemilu presiden berlangsung jujur
dan damai. Asvi juga mengkritik beberapa hal yang saya ungkapkan dalam
seminar di ISEAS pada Mei 2014 tentang warisan SBY.
Warisan
itu perlu kita gali lebih dalam agar Jokowi dapat menjaga jejak positif dari
SBY dan lebih penting lagi membenahi masalah yang belum terselesaikan. Hal
ini didasari atas pengalaman Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan
Pengendalian Pembangunan (UKP4) dalam mengawal prioritas pembangunan.
Asvi
juga mengungkapkan, kunjungan ke luar negeri SBY sebagai bagian dari warisan dalam
politik luar negeri Indonesia. Perlu ditegaskan bahwa yang menjadi warisan
bukan kunjungan luar negerinya.
Namun,
yang lebih penting lagi adalah peran serta Indonesia dalam berbagai agenda
global, seperti REDD+ (pengurangan emisi gas CO2 dari kerusakan hutan), OGP
(kemitraan pemerintahan terbuka) dan Agenda Pembangunan Pasca 2015 sebagai
refleksi dari tantangan masa depan yang saat ini belum menjadi konsumsi utama
politik domestik. Kepemimpinan Indonesia dalam agenda global ini perlu
membawa dampak pada penanganan masalah di dalam negeri.
Komitmen
SBY terhadap REDD+, misalnya, telah melahirkan Badan Pengelola REDD+ sebagai
lembaga pertama di dunia yang fokus menangani kerusakan hutan untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca.
Hal ini
memerlukan komitmen penuh di dalam negeri, terutama melalui pembenahan tata
kelola pemberian izin kehutanan di daerah yang penuh tumpang tindih
kewenangan. Masyarakat adat di kawasan hutan yang paling berkepentingan
menjaga tegaknya hutan juga merupakan fokus utama Badan Pengelola REDD+.
Indonesia
menjadi ketua sebuah gerakan global yang berkomitmen untuk pemerintahan yang
terbuka melalui OGP, tetapi lebih penting lagi adalah upaya membangun kanal
keterbukaan untuk partisipasi masyarakat dalam pemerintahan.
Layanan
Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat (LAPOR) membuat rakyat dapat mengadukan
layanan pembangunan melalui SMS ke nomor 1708 atau lewat platform daring
https://lapor.ukp.go.id yang terkoneksi dengan Facebook dan Twitter. UKP4
mendisposisikan Kementerian untuk merespons dan menindaklanjuti keluhan yang
disampaikan rakyat sebagai bentuk participative governance dalam LAPOR, bukan
sekadar alat untuk eksis di dunia maya.
Peningkatan
ketimpangan sebagai dampak dari fokus pada pertumbuhan juga disorot oleh
Asvi. Peningkatan kesenjangan ekonomi direfleksikan oleh koefisien gini yang
meningkat dari 0,35 pada 2008 sebelum SBY menjabat menjadi 0,41 pada 2013.
Melalui
High Level Panel for Post-2015 Development Agenda, saat SBY diberi mandat
oleh PBB menjadi ketua bersama PM Inggris David Cameron dan Presiden Liberia
Ellen Johnson Sirleaf, digagas agenda pembangunan dunia pasca 2015 yang
didasari prinsip pertumbuhan berkelanjutan disertai pemerataan.
Tantangan
bagi pemerintahan Jokowi adalah untuk menerjemahkannya dalam aksi nyata di
dalam negeri. Participative governance,
penanggulangan kesenjangan, dan aksi nyata adalah kekuatan Jokowi yang bisa
menjembatani peran serta global dengan penguatan dampak nasional.
Hambatan birokrasi
Asvi
Warman Adam juga mengkritik bahwa perbaikan pengelolaan BUMN yang melayani
publik—seperti reorganisasi KAI pimpinan Ignasius Jonan, pembenahan Pelindo
II pimpinan Richard Lino, dan pembersihan PLN pimpinan Nur Pamudji hingga
mendapat Bung Hatta Anti Corruption Award— lebih banyak karena peran Menteri BUMN
daripada Presiden.
Hal ini
tidak perlu diperdebatkan karena, yang jelas, para pimpinan BUMN ini menonjol
justru karena rumitnya birokrasi pada era SBY yang lebih mengutamakan
kesesuaian (conformance) daripada
kinerja (performance). Di tengah
kekakuan dan ketakutan birokrasi, yang tak bisa dimungkiri adalah peninggalan
era SBY yang menjalar hingga ke tingkat bawah, para pimpinan BUMN ini berani
melakukan terobosan untuk bisa melakukan perbaikan.
KRL
Commuterline yang sekarang sepenuhnya berpenyejuk ruangan adalah contoh
keberanian Ignasius Jonan untuk meningkatkan pelayanan walaupun aspek tarif
dan prasarana banyak terbelenggu birokrasi.
Pembangunan
pelabuhan New Priok di Kalibaru 2015 adalah buah kerja Richard Lino yang tak
lelah menerobos hingga ke pengambil keputusan tertinggi ketika jajaran
birokrasi tak mendukungnya. Kemacetan birokrasi ini adalah ekses negatif 10
tahun era SBY. Perlu ada figur-figur yang bisa menerobosnya.
Terobosan
itu bisa terfasilitasi lebih baik jika dukungan pimpinan tertinggi diterjemahkan
dalam bentuk micro-monitoring
terhadap setiap hambatan saat implementasi. Jokowi dalam Debat Capres 9 Juni
menyatakan pentingnya manajemen pengawasan. Konsep yang hebat hanya
terealisasi jika diawasi dari atas hingga implementasi di lapangan, seperti
dibuktikannya pembenahan Waduk Pluit atau pemindahan PKL di Solo.
Harapan
besar ada di depan mata dengan pernyataan Jokowi tentang pentingnya
pengawasan dan pengendalian untuk merealisasikan agenda pembangunan di tengah
peninggalan kekakuan birokrasi. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar