Nawa
Cita Kelima
Omas Bulan Samosir ; Peneliti Senior Lembaga Demografi
Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
|
KOMPAS,
06 Oktober 2014
SETELAH Joko Widodo-Jusuf Kalla
dilantik pada 20 Oktober mendatang, maka dalam lima tahun ke depan fokus
negara ini adalah sembilan agenda prioritas program Jokowi-JK yang dikenal
dengan sebutan Nawa Cita. Agenda kelima adalah meningkatkan kualitas hidup
manusia Indonesia (Kompas, 23 Agustus 2014).
Nawa Cita kelima akan
dilaksanakan melalui program Indonesia Pintar dengan wajib belajar 12 tahun
bebas pungutan, program Kartu Indonesia Sehat melalui layanan kesehatan
masyarakat, serta program Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera melalui
reformasi agraria 9 juta hektar untuk rakyat dan buruh tani, rumah susun
bersubsidi, dan jaminan sosial.
Nawa Cita kelima sejalan dengan
komitmen nasional terhadap pembangunan manusia Indonesia yang tertera dalam
sasaran B Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025,
yaitu terwujudnya bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang
lebih makmur dan sejahtera.
Nawa Cita kelima juga sejalan
dengan komitmen internasional terhadap pembangunan manusia global yang
dinyatakan dalam tujuan ke-3, ke-4, dan ke-8, dari 12 tujuan pembangunan
berkelanjutan (sustainable development
goals) 2015-2030, yaitu menyediakan pendidikan yang berkualitas dan
pembelajaran seumur hidup, menjamin kehidupan yang sehat, serta menciptakan
pekerjaan, kehidupan yang berkelanjutan, dan pertumbuhan yang adil.
Nawa Cita kelima juga merupakan
pembangunan berwawasan kependudukan, yang ditujukan untuk membangun kualitas
sumber daya manusia penduduk Indonesia. Meningkatkan kualitas hidup manusia
Indonesia adalah pembangunan manusia Indonesia.
Amartya Sen (1990) mengajukan
bahwa tujuan akhir dari pembangunan adalah untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia, yaitu meningkatkan kemampuan penduduk untuk hidup panjang, menikmati
kesehatan yang baik, mempunyai akses terhadap pendidikan, mempunyai
pendapatan yang cukup untuk membeli makanan, pakaian, dan tempat tinggal,
serta berpartisipasi dalam pengambilan keputusan-keputusan yang secara
langsung memengaruhi kehidupan penduduk dan komunitasnya, dan seterusnya.
Sudah maju
Indonesia telah mengalami
kemajuan berarti dalam membangun kualitas hidup manusianya. Menurut program
Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2014), indeks pembangunan manusia
(IPM) Indonesia meningkat, berarti dari 0,471 pada tahun 1980 menjadi 0,684
pada tahun 2013.
Pada tahun 2013 Indonesia
menempati urutan yang ke-108 secara global. Dengan pencapaian ini Indonesia
sekarang masuk dalam kelompok negara dengan pembangunan manusia menengah,
yang IPM-nya berkisar antara 0,556 dan 0,698.
Akan tetapi, pada tahun 2013 IPM
Indonesia lebih rendah daripada IPM dunia (0,702) dan bahkan lebih rendah
daripada IPM Palestina (0,686). Dalam situasi konflik, Palestina
lebih unggul dalam hal pembangunan manusia daripada Indonesia, terutama dalam
hal pembangunan pendidikan dan kesehatan.
Tantangan besar menghadang
Jokowi-JK dalam melaksanakan Nawa Cita kelima. Pengeluaran pendidikan dan
kesehatan Indonesia ternyata rendah.
Tahun 2011, pengeluaran
kesehatan Indonesia hanya 2,7 persen dari produk domestik bruto (PDB),
sementara angka pengeluaran kesehatan dunia rata-rata 10,1 persen dan 5,1
persen untuk Timor Leste yang pada tahun 2013 IPM-nya 0,620 dan berada di
urutan ke-128.
Pengeluaran pendidikan Indonesia
pada periode 2005-2012 hanya 2,8 persen dari PDB, sementara untuk dunia 5,0
persen dan untuk Timor Leste 10,1 persen. Selain itu, sepertiga dari pekerja
Indonesia merupakan pekerja yang rentan (berusaha sendiri, pekerja keluarga
atau pekerja tidak dibayar).
Di sekitar 26 persen desa di
Indonesia terdapat keluarga yang tinggal di bantaran sungai dan di sekitar 5
persen desa di Indonesia terdapat keluarga yang tinggal di bawah jaringan
listrik tegangan tinggi.
Sekitar seperlima keluarga di
Indonesia tidak mempunyai kartu keluarga, yang berarti paling sedikit
seperlima keluarga di Indonesia tidak memiliki jaminan sosial.
Kesenjangan pendidikan,
kesehatan, dan pendapatan antara daerah perkotaan dan perdesaan serta
antarprovinsi merupakan tantangan penting lainnya.
Indonesia berpotensi masuk ke
dalam kelompok negara dengan pembangunan manusia tinggi, yang IPM-nya
berkisar 0,700-0,790.
Nawa Cita kelima merupakan
strategi yang tepat. Manusia Indonesia yang terdidik, sehat, mempunyai
pekerjaan, cukup pangan, mempunyai rumah, dan memiliki jaminan sosial adalah
faktor penting terwujudnya visi Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian berlandaskan gotong royong. Pemimpin baru Indonesia harus
memastikan bahwa negara juga hadir dalam upaya meningkatkan kualitas hidup
manusia Indonesia.
Selamat
menunaikan tugas mulia memimpin Indonesia pasangan Jokowi-JK. Semoga
peringkat dan IPM Indonesia terus meningkat secara nyata pada masa
kepemimpinan Anda berdua. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar