Rabu, 01 Oktober 2014

Koh Put On dan G30S

Koh Put On dan G30S

Agus Dermawan T  ;   Pengamat Budaya dan Seni
KORAN TEMPO,  01 Oktober 2014

                                                                                                                       


Kho Wan Gie, kelahiran Indramayu, Jawa Barat, 1908, adalah kartunis Tionghoa pertama yang paling dikenal. Kartunnya mulai dimuat pada 1930 di Sin Po, koran berbahasa Melayu untuk warga Tionghoa. Pada 1931, Kho membikin komik berjudul Put On. Serial yang sangat digemari ini hadir setiap Jumat dan Sabtu.

Nama Put On sesungguhnya sulit dicari dalam khazanah nama Tionghoa. Kho mencipta nama ini dari kata-kata Inggris, put (menaruh) dan on (di atas). Jadi makna nama Put On adalah: agar komik strip ini diposisikan sebagai bacaan utama bagi warga Tionghoa intelektual.

Sambutan masyarakat terhadap sosok Put On memang luar biasa. Salah satu daya tarik komik ini adalah upayanya melibatkan banyak tokoh. Seperti ibunya yang dipanggil Nee (ibu, Mandarin). Lalu Si Tong dan Si Peng, adik laki-lakinya. Juga sahabatnya, A Liuk dan On Tek. Put On punya pacar bernama Dortji.

Put On menyentuh hati karena jenaka, serta nasibnya yang selalu tertimpa kemalangan kecil-kecil. Swee-siao, orang Tionghoa bilang. Namun, lebih dari itu, Put On dikenal sebagai figur yang suka menolong, punya empati tinggi, serta bergaul dengan semua suku. Meski nasib diri dan komunitasnya sering diganggu peraturan pemerintah yang tidak jelas, Put On sangat cinta kepada bangsa dan negara Indonesia. Itu sebabnya Put On beraksi terus sampai hampir 30 tahun kemudian. Ketika Indonesia akan merebut Irian Barat pada 1961, Put On menyatakan ingin menjadi sukarelawan Trikora, atau Tri Komando Rakyat!

Begitu legendarisnya Put On, sampai-sampai namanya dipakai masyarakat untuk sebutan orang yang gemuk dan naif: "Put On, luh!" Kenaifan Put On ternyata inspiratif. Buktinya, sejumlah media massa lalu membuat kartun sejenis, SepertiSi Tolol di Star Magazine. Oh Koen di majalah Star Weekly. Sampai akhirnya Oh Koen diganti tokoh lucu yang sama sekali berkarakter lain, Si Apiauw. (Komik ini ciptaan Goei Kwat Siong, yang cucunya kini bekerja sebagai staf ahli animasi di studio televisi CNN, Atlanta, Amerika Serikat).

Tapi Put On tetap paling tersohor. Put On kemudian juga hadir di majalah bulanan Pantja Warna. Ketika Sin Po tidak terbit, Koh Put On lincah pindah rumah. Ia pun masuk ke koran Warta Bhakti.

Gerakan 30 September meletus pada 1965. Orang-orang Tionghoa, apalagi seniman Tionghoa ternama, diburu algojo antikomunis. Kho, yang tidak berpolitik, mungkin tidak menjadi sasaran. Tapi, toh dia kelabakan, sehingga menghilangkan diri dari percaturan. "Takut dibawa ke Sukabumi," kata sahabatnya, Siauw Tik Kwie, sang pencipta komik Sie Djien Koei. "Sukabumi" adalah sebutan untuk kuburan bagi orang yang dibikin mati oleh pisau politik.

Zaman terus berjalan. Pada pertengahan 1970-an, tiba-tiba muncul komik Nona Agogo, Djali Tokcher, dan sebagainya. Aparat usil curiga, jangan-jangan ini karya Kho Wan Gie! Di tengah kecurigaan itu muncul komik bertokoh dan berjudul Sopoiku (bahasa Jawa), yang artinya "siapa dia?". Sebuah nama yang agaknya meledek polisi politik, yang mungkin dulu pernah mencari-cari dirinya. Lalu sejarah menulis: beberapa tahun setelah itu Sopoiku hilang tak tentu rimbanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar