DPR
akan Kembalikan Kepercayaan Rakyat
( Wawancara )
Setya Novanto ; Ketua Dewan Perwakilan Rakyat 2014-2019
|
KOMPAS,
04 Oktober 2014
SETYA Novanto, politisi senior dari Partai Golkar, akhirnya terpilih
menjadi Ketua Dewan Perwakilan Rakyat 2014-2019. Kini, tugas berat menanti
karena ia harus mengembalikan kepercayaan publik kepada DPR di tengah
kebekuan politik di antara dua kubu koalisi yang berseteru pasca Pemilu
Presiden 9 Juli 2014 yang sudah mengarah pada krisis politik.
Sampai kini, persaingan politik akibat pilpres yang hanya diikuti dua
pasang kandidat, yaitu pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko
Widodo-Jusuf Kalla, masih terus berlanjut.
Persaingan itu masih terlihat hingga pemilihan pimpinan DPR periode
2014-2019, Rabu lalu. Partai-partai pendukung Prabowo-Hatta yang kalah dalam
pilpres lalu balas menutup kesempatan partai pengusung presiden dan wapres
terpilih Jokowi-JK untuk mengajukan calon pimpinan DPR melalui peraturan tata
tertib DPR yang mengharuskan pimpinan DPR diajukan secara paket oleh lima
fraksi.
Lalu, bagaimana Novanto menjalankan tugas beratnya sebagai Ketua DPR?
Inilah petikan wawancara Kompas di tengah kesibukannya mempersiapkan strategi
pemenangan pimpinan MPR bersama sejumlah pimpinan parpol di ruang kerjanya di
Lantai 3, Gedung Nusantara III, DPR, Jumat (3/10).
----------------
Apa yang
akan Anda lakukan untuk mengembalikan kepercayaan publik di tengah kegaduhan
politik di parlemen?
Untuk mengembalikan kepercayaan publik tentu dibutuhkan parlemen yang
kuat. Selain itu, kinerja dalam bidang legislasi, penganggaran, dan
pengawasan tentu juga harus ditingkatkan.
Khusus untuk bidang pengawasan atau kontrol pada pemerintah, sudah
seharusnya semua parpol di parlemen bersatu. Selaku anggota DPR, semua harus
melakukan fungsinya bersama, tidak boleh membedakan apakah ini Koalisi
Indonesia Hebat atau apakah ini Koalisi Merah Putih.
Apabila pemerintah sekarang baik, melaksanakan program sesuai dengan
ketentuan, tentu harus didukung bersama-sama. Sebaliknya, jika pemerintah ada
penyimpangan, tidak sesuai, harus juga bersama-sama diluruskan.
Koalisi
Merah Putih memosisikan diri sebagai kekuatan penyeimbang. Apakah ini berarti
DPR di bawah kepemimpinan Anda akan terus ”mengganggu” pemerintahan?
Isu yang beredar selama ini, karena dari Koalisi Merah Putih, Pak
Novanto akan mengadakan reaksi-reaksi yang keras (pada pemerintahan
Jokowi-JK). Lalu, kalau nanti presiden dilantik akan meminta anggota DPR tidak
hadir. Semua isu itu tidak benar.
Kami ingin suasana politik tetap kondusif karena itulah yang dibutuhkan
untuk membangun ekonomi agar membaik. Kami menginginkan ada sinergi antara
pemerintah dan DPR.
Bagaimana
cara Anda mengatasi kegaduhan politik yang diperkirakan terus berlanjut?
Memang saya menyadari, bagaimanapun, di DPR ada dua (kubu), koalisi
permanen Merah Putih dan Koalisi Indonesia Hebat. Sebagai pimpinan DPR, saya
tidak akan membeda-bedakan fraksi, apakah dari Koalisi Merah Putih atau dari
Koalisi Indonesia Hebat. Soal perbedaan politik saya menghargai, tetapi dalam
membangun komunikasi dengan fraksi-fraksi, tentu saya tidak akan
membeda-bedakan.
Meski begitu, satu hal yang diperlukan agar terbangun komunikasi yang
baik, parpol dari kedua koalisi harus melepaskan diri dari arogansi-arogansi.
Fraksi-fraksi harus bisa mengendalikan anak buah masing-masing agar tidak
melakukan perbuatan yang berlebihan sehingga dinilai negatif oleh masyarakat.
Seluruh anggota fraksi sebaiknya mendahulukan perdebatan yang konseptual
dalam setiap rapat, terutama rapat paripurna. Bukan menunjukkan arogansi yang
justru menambah penilaian negatif pada DPR.
Apakah
ada pesan khusus dari Aburizal Bakrie (Ketua Umum Partai Golkar)?
Ada. Pak Aburizal berpesan kepada saya bahwa saya sebagai pimpinan DPR
berbuatlah untuk kepentingan bangsa, negara, dan rakyat.
Yang kedua, meskipun saya pimpinan DPR, saya juga berasal dari Koalisi
Merah Putih yang permanen, tetapi jangan membeda-bedakan dengan Koalisi
Indonesia Hebat. Demi kepentingan bangsa yang lebih baik, kerjakan yang
terbaik.
Yang ketiga, meskipun dari koalisi penyeimbang, saya harus bisa
merangkul (dua kubu koalisi) untuk bekerja sama yang baik dengan pemerintah.
Jadi, jangan sedikit-sedikit impeachment, sedikit-sedikit lagi apalah.
Apakah
Koalisi Indonesia Hebat juga akan diberi tempat memimpin alat kelengkapan
DPR?
Saya sudah berdiskusi dengan Pramono Anung (politikus senior PDI-P).
Namun, tentunya secara bijaksana kami akan berdiskusi dengan Koalisi Merah
Putih, bagaimana jalan keluarnya. Apakah kita harus sama-sama memberikan
kontribusi atau bagaimana? Ya, mudah-mudahan ini bisa menjadi kekuatan
bersama.
Kami juga sedang merapatkan dengan para staf ahli kami apakah komisi
tetap 11 atau bisa ditambah karena sekarang ini satu komisi bisa belasan
mitra kerja. Penambahan ini bisa memberikan kontribusi besar pada
fraksi-fraksi yang ada.
Tantangan
besar juga adanya tudingan soal keterlibatan Anda dalam kasus hukum.
Bagaimana menanggapi ini?
Dari dulu memang saya selalu diam, tetapi setelah menjadi pimpinan DPR,
tentu saya harus menjawab persoalan mendasar agar tak ada pandangan negatif.
Kasus Bank Bali itu sudah 15-20 tahun lalu dan sudah di-SP3
(penyidikannya dihentikan). Putusan dari Mahkamah Agung sudah mencantumkan
nama pihak-pihak tersangkanya, tetapi di situ tidak ada nama saya. Jadi,
sebenarnya saya sudah bersih.
Lalu, yang berkaitan dengan PON, sebagai ketua fraksi, saya memang
harus menerima pihak-pihak yang datang berkunjung. Biasanya yang datang itu bupati
dan gubernur. Khusus masalah PON, Gubernur Riau Rusli Zainal bersama dengan
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Lukman Abbas memang mendatangi saya selama
10 menit. Saat itu, mereka meminta saya untuk menjadi pembicara.
Saya sudah dipanggil KPK untuk mengklarifikasi kedatangan Rusli. Saya
sudah jelaskan kepada KPK bersama bukti-buktinya. Lalu, soal kasus Akil
Mochtar (suap Pilkada Jawa Timur), saya sedih juga karena keluarga saya
sampai meminta saya berhenti dari DPR. Ternyata KPK hanya meminta penjelasan.
Saya menyadari sebagai orang politik harus siap dicela.
---------------
Novanto memahami bahwa dirinya kini harus memberikan contoh baik dengan
posisinya sebagai Ketua DPR. Sebagai RI 6, dia pun harus merangkul dan
mengayomi. Tantangan mengembalikan citra DPR sudah menanti. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar