Mencari
Calon Wakil Presiden
Jaya Suprana ; Rakyat Indonesia
|
KOMPAS,
11 April 2014
Pernyataan Jokowi tentang dirinya siap dicalonkan menjadi
presiden menimbulkan beraneka ragam reaksi.
Di satu sisi meresahkan mereka yang telah terlebih dahulu
mencalonkan diri sebagai presiden, di sisi lain memberikan harapan akan
datangnya Indonesia baru yang lebih baik.
Di tengah kelegaan seusai pemilu legislatif yang berlangsung
aman dan meriah di banyak daerah, inilah saatnya menimbang siapa-siapa yang
pantas mendampingi para calon presiden 2014.
Hikmah
Sebenarnya ada banyak hikmah yang siap dipetik oleh siapa saja
yang terbuka mata hatinya. Hikmah
pertama adalah para parpol bisa belajar tahu diri. Apabila memang tidak
memiliki kandidat yang pantas menjadi calon presiden, mengapa tidak
mempertimbangkan pencalonan wakil presiden saja. Secara finansial, baik akuntansi maupun marketing, jelas bahwa
anggaran biaya kampanye cawapres lebih relevan dan lebih bisa
dipertanggungjawabkan faedahnya.
Kebijaksanaan austeritif seperti di atas harus dikembangkan dari
sekarang agar parpol tidak bersikap rawe-rawe
rantas malang-malang putung alias maju terus dengan segala risikonya
meski diprediksikan kalah.
Sebenarnya mencalonkan cawapres tidak perlu biaya karena seorang
cawapres akan otomatis ikut terpilih apabila sang capres dipilih rakyat.
Apalagi hakikatnya rakyat sudah punya pilihan.
Hal ini terlihat dari fenomena pemilihan gubernur DKI Jakarta yang
baru lalu. Rakyat ternyata tidak terlalu peduli siapa wakil gubernurnya meski
kampanye hitam saat itu deras mencecar mereka, terutama dengan menggunakan
isu SARA.
Tidak perlu kampanye
Dengan analisis politik apa pun, dapat disimpulkan bahwa
cawapres an sich tidak butuh kampanye. Hal ini bisa banyak
menghemat biaya kampanye dalam Pilpres 2014. Betapa indah apabila dana
berlimpah ruah yang semula siap dihamburkan itu dialihkan untuk membangun
gedung sekolah, rumah sakit, puskesmas, saluran air bersih, aliran listrik,
jalan raya, jembatan dan berbagai infrastruktur lainnya, terutama untuk
kawasan terpencil dan tertinggal.
Lebih baik energi lahir batin kepedulian dan perhatian Pilpres
2014 difokuskan ke masalah siapa yang layak dipilih menjadi cawapres dan
bahu-membahu dengan sang presiden membangun kesejahteraan rakyat.
Pilihan yang tersedia cukup menarik untuk disimak dan
diperdebatkan meski sebenarnya keputusan memilih dan menentukan cawapres
memang bukan di tangan rakyat.
Saat ini, cukup banyak cawapres yang berpotensi. Mereka ada yang
berasal kalangan purnawirawan militer, ketua parpol, mantan dan pejabat
publik aktif, hingga keluarga presiden. Ada lebih banyak lagi sediaan
cawapres dari kalangan nonmiliter seperti mantan ketua mahkamah konstitusi,
mantan dubes di Washington DC, mantan menko perekonomian, mantan menteri perdagangan,
pengusaha sukses merangkap menteri BUMN, menteri keuangan, mantan menteri
keuangan yang kini menjadi direktur Bank Dunia, konglomerat merangkap ketua
parpol, tokoh ulama, sampai mantan wapres.
Pendek kata, sediaan pilihan terbentang luas bagi capres dan
parpol untuk memilih cawapres terbaik. Rakyat hanya bisa mengharap bahwa
cawapres yang dipilih capres nantinya benar-benar memiliki kemampuan dan
kemauan, bukan hanya dalam hal mendampingi, melainkan benar-benar mendukung
Presiden RI ketujuh dan bahu-membahu memimpin bangsa dan negara.
Bersama, mereka menderapkan langkah perjuangan menuju masyarakat
adil dan makmur. Merdeka! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar