|
MEDIA INDONESIA, 07 Juni 2013
ISRA Mikraj menjadi tonggak
sejarah peradaban Islam. Karena pada saat itulah Nabi Muhammad menerima
perintah salat lima waktu secara langsung dari Allah SWT. Salat menjadi sangat
istimewa sebagai satu-satunya ibadah yang perintahnya disampaikan secara
langsung oleh Allah. Berbeda dengan perintah zakat, puasa, dan haji, yang
perintahnya melalui perantara Malaikat Jibril.
Sebagai ibadah istimewa, salat memiliki banyak sekali
nilai-nilai filosofis yang bisa kita ambil hikmahnya. Salat menjadi media untuk
mencapai kesalehan spiritual-sosial dalam berhubungan dengan Allah dan sesama.
Salat juga menjadi sarana untuk menjaga keseimbangan tatanan masyarakat yang
egaliter, beradab, santun, berkeadilan, dan penuh kedamaian.
Salat yang khusyuk seperti digambarkan Allah dalam ayat
suci Alquran surah AlAnkabut ayat 45, yaitu dapat mencegah perbuatan yang keji
dan mungkar sehingga tercipta kehidupan harmonis dan penuh kedamaian. Menurut
Seyyed Hossein Nasr, salat adalah mikrajnya orang-orang Islam. Pengalaman rohani
yang dialami Nabi saat Mikraj mencerminkan hakikat spiritual dari salat yang
dilakukan umat Islam sehari-hari. Mikraj dalam salat, jika dihayati secara
mendalam, akan melahirkan manusia yang cerdas spiritual-sosial.
Sebab, serangkaian ibadah dalam salat menandai
ketertundukan hamba kepada sang Khalik, serta sikap untuk menghadirkan
kemanfaatan bagi sesama. Tuhan menekankan kasih sayang menjadi spirit tingkah
laku keseharian umat Islam. Salat mengajarkan nilai-nilai kasih sayang,
keegaliteran, keadaban, kesantunan, keadilan, kedamaian, dan segenap perbuatan
ideal lainnya.
Maka sejatinya, memperingati Isra Mikraj nabi berarti kita
sedang memperingat proses pemberian perintah salat dari Allah kepada Nabi
Muhammad. Sudah barang tentu, salat menjadi penyangga tegaknya keadaban umat
Islam. Dalam hadisnya, Nabi menggambarkan salat sebagai tiang agama (imaduddin). Tiang adalah imajinasi penyang
si penyangga yang kokoh bagi suatu bangunan. Begitu pula dengan salat menjadi
penyangga tegaknya Islam sebagai agama rahmatallil
`alamin, yang mestinya dijalankan di muka bumi untuk menebar cinta dan
kasih sayang.
Tingkah laku keji dan mungkar yang ditunjukkan umat Islam
menandakan salat yang selama ini mereka lakukan belum memberikan sinergi laku
ibadah antara spiritualitas dan sosial. Sebab, Alquran sudah memaparkan salat
yang khusyuk mampu membuat manusia jauh dari perbuatan destruktif.
Ajaran pokok
Alexis Carrel, seorang ilmuan kelahiran Prancis, pernah
mengatakan pengabdian, salat, dan doa yang tulus kepada sang Maha Pencipta
dising kirkan dari tengah kehidupan bermasyarakat. Hal itu berarti kita telah
menandatangani kontrak bagi kehancuran masyarakat tersebut. Pernyataan Carrel
mempertegas laku spiritualitas yang sebenarnya mendorong manusia agar berbuat
baik dan mencegah keburukan (amar ma'ruf
nahi mungkar). Pernyataan ini sudah 15 abad yang lalu menjadi bagian dari
ajaran pokok Islam. Sebab, salat merupakan laku spiritual yang menghadapkan
seorang hamba dalam Mikraj dengan Tuhannya.
Oleh karena itu, salat menjadi laku ibadah
spiritual-sosial, penting kiranya momentum peringatan Isra Mikraj dilakukan
bukan sekadar melihat kemahabesaran Allah SWT. Lebih dari itu, kita harus mampu
membaca peristiwa ini sebagai perjalanan suci yang mengantarkan Islam menuju
keadabannya sehingga peristiwa peringatan Isra Mikraj menjadi titik balik
kebangkitan umat Islam.
John Renerd dalam In
the Footsteps of Muhammad: Understanding the Islamic Experience menyebut
Isra Mikraj sebagai salah satu dari tiga perjalanan terpenting dalam sejarah hidup
Nabi selain perjalanan hijrah dan haji wadak. Isra Mikraj, menurutnya,
benar-benar merupakan perjalanan heroik dalam menempuh kesempurnaan spiritual
yang kemudian membawa perintah salat ke muka bumi sebagai kewajiban bagi umat
Islam.
Ibadah salat tentu tidak cukup hanya menjadi laku spiritual.
Salat harus hadir dalam ma syarakat modern yang hari ini kekeringan
spiritualitas sebagai laku sosial yang kehadirannya menggerakkan keadaban suatu
masyarakat. Salat itu tidak cukup hanya dengan melakukan gerakan takbiratul ihram hingga salam.
Salat, seperti bahasa Seyyed Hossein Nasr, adalah mikraj
umat Islam yang harusnya enghadirkan kesadaran menghadirkan kesadaran
eksistensial sebagai khalifah fil ard,
yang memiliki tanggung jawab sosial membangun keadaban dunia. Aris toteles
menyebut manusia sebagai zoon politicon,
tidak lain sebagai gambaran bahwa manusia sejatinya tidak bisa hidup sendiri. Manusia
butuh orang lain agar keadaban dunia terba ngun. Berbuat destruktif sebagai
antitesis dari salat adalah jalan yang akan menjauhkan kita dari orang lain
sehingga menyulitkan terbangunnya tatanan masyarakat yang berkeadaban.
Eksistensi diri
Manusia dengan kemampuan berpikirnya, menurut Descartes,
akan mengantarkan dirinya pada kesadaran eksistensial yang utuh sebagai makhluk
yang diciptakan Tuhan. Cogito ergo sum,
`aku berpikir maka aku ada',
merupakan ikhtiar menemukan makna hidup yang sejati. Ketika manusia cogito, aku berpikir, ia akan menemukan
eksistensi dirinya secara utuh. Bahkan bukan hanya dirinya sendiri yang
ditemukan, tetapi juga orang lain akan hadir dalam diri mereka ketika melakukan
cogito. Kesadaran akan diri sendiri
dan juga orang lain kemudian disebut filsuf eksistensialisme, Jean-Paul Sartre,
sebagai humanisme. Bahwa manusia bukan hanya memiliki tanggung jawab atas
individualitasnya sendiri, melainkan bertanggung jawab atas semua umat manusia.
Nilai-nilai spiritual salat sebagai gado dalam perjalanan
Isra Mikraj Nabi, perlu kembali diteguhkan umat Islam. Karena itu, ibadah agung
ini tidak sekadar melahirkan capek yang berkepanjangan karena umat Islam
terjebak pada ritualitas-formalis, dan mengabaikan makna spiritualitas-sosial,
yang sejatinya menjadi spirit setiap ibadah dalam Islam.
Sebab itulah, Hassan Hanafi selalu mewanti-wanti agar umat
Islam lebih dewasa dalam menjalankan aktivitas ibadah. Sehingga setiap ajaran
Tuhan yang melangit, benar-benar membumi dan mampu menjawab setiap persoalan
dan tantangan umat Islam yang kita hadapi saat ini. Semoga peringatan Isra Mikraj benar-benar membawa perubahan besar
menuju keadaban masyarakat! ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar