Rabu, 26 Juni 2013

Membangun Solidaritas

Membangun Solidaritas
Herman Busri ;   Mahasiswa Fakultas Adab dan Ilmu Budaya
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
SUARA KARYA, 25 Juni 2013


Dewasa ini tindak kejahatan cenderung meningkat. Aksi-aksi brutal menjadi-jadi dan kian marak di tengah masyarakat. Berbagai bentuk kejahatan yang semakin memprihatinkan itu baik perampokan dengan menggunakan senjata, kejahatan berupa pembunuhan dengan cara dimutilasi, sodomi, pemerkosaan, bahkan sampai menghamili anak kandung sendiri menyayat nurani peradaban.

Kejadian semacam ini tentunya bukanlah masalah ringan dan biasa, tetapi sudah luar biasa. Diperlukan penanganan super serius dari pihak berwenang di samping tentunya bantuan masyarakat. Partisipasi semua pihak akan sangat membantu penanganan tindak kejahatan yang sering terjadi saat ini.

Tindak kejahatan yang sering terjadi khususnya di perkotaan adalah salah satu dampak dari kompleksitas permasalahan yang sebenarnya sangat beragam di tengah kehidupan masyarakat. Banyaknya persolan yang dihadapi oleh masyarakat dan tidak bisa menemukan solusi untuk kenyamanan bersama sehingga mengakibatkan persoalan itu berakhir dengan landasan emosi (amarah) dan nafsu belaka. Bahkan, jalan pintas yang dianggap sebagai penyelesaian amarah itu menghabisi pihak yang dianggap sebagai penghalang meskipun harus membunuh, dan sejenisnya. Tindak yang malah bertolakbelakang dari upaya penyelesaian persoalan dan akhirnya sebagai tindak yang tidak wajar.

Kejahatan-kejahatan itu mempunyai motif beragam dan tujuan yang beragam pula. Mulai dari keinginan untuk menguasai harta (ekonomi), kecemburuan, sampai pada hanya pelampiasan nafsu birahi belaka. Persoalan tersebut tentunya tidak bisa diselesaikan dengan satu solusi.

Persoalan tindak kejahatan memang menjadi momok yang menakutkan dikalangan masyarakat. Harapan besar dari semua pihak tentunya masalah kejahatan segera dihentikan dan dapat "diakhiri". Karena kejahatan akan mengganggu ketenangan dalam kehidupan bermasyarakat, peningkatan keamanan harus benar-benar berjalan agar tidak ada korban dikemudian hari.

Pihak keamanan yang telah dibebani tugas mulia untuk menjaga keamanan masyarakat diminta bekerja keras sekuat tenaga untuk meminimalisir tindak kejahatan yang semakin sering terjadi ditengah masyarakat. Pihak keamanan kiranya perlu memaksimalkan segala upaya, agar sistem keamanan benar-benar berjalan sesuai dengan harapan bersama.

Namun, bukan hanya pihak kemanan yang dibebani tugas ini, semua pihak harus memberi dukungan penuh dan membantu terjalinnya keamanan ditengah-tengah masyarakat. Terutama dikalangan masyarakat itu sendiri, antara individu dengan individu lain harus saling menghormati dan saling memahami antara sesama.
Secara lebih luas perhatian ekstra dari pemerintah untuk menyokong aparat yang bertanggungjawab juga perlu ditingkatkan, seperti yang menyangkut sarana dan prasaran yang memadai agar aparat terkait bisa berfungsi secara maksimal. Sehingga, pada akhirnya tindak kejahat dapat diatasi.

Kebanyakan persoalan pelik dan tindak kejahatan yang terjadi adalah diwilayah perkotaan, sekalipun tak jarang juga terjadi di pedesaan. Argumen ini bisa dikuatkan dengan adanya persaingan pola hidup yang ketat, persaingan mendapat pekerjaan, sikap individualistik, dan yang terpenting adalah kurangnya interaksi antar masyarakat. Sehingga solidaritas antar sesama berkuang malah bisa hilang. Karena, mereka mempunyai anggapan hidup hanya selesai dengan memperkuat dan memperkaya diri sendiri dan tak perlu peduli terhadap orang lain.

Kurangnya komunikasi antar sesama ini mengakibatkan renggangnya hubungan sosial dan timbulnya kecemburuan sosial. Pola kehidupan perkotaan yang individualistik ini semestinya dihindari dengan cara selalu berinteraksi antar masyarakat, kerja bakti, dan lain sebagainya. Dengan demikian keamanan warga akan terjamin, dan akan mengurangi tindak kejahatan yang semestinya terjadi.

Interaksi sosial menjadi satu media bagi setiap komponen masyarakat untuk saling dekat dan mempunyai sikap kekeluargaan yang tinggi. Karena terbukti bahwa kehidupan masyarakat diperkotaan hanya mengenali seseorang karena kepentingan semata, ironisnya banyak orang yang tidak kenal dengan tetangganya sendiri yang bahkan rumahnya berdempetan. Pola semacam ini perlu diperbaiki dengan cara sering berkomunikasi dengan warga terdekat terutama.

Tindak kejahatan kadang bukan karena tingkat keamanannya yang kurang dan lingkungan yang buruk. tetapi bisa lahir dari sifat keji seseorang. Faktor ini kadang disebabkan adanya lingkungan keluarga yang tidak harmonis, sehingga pola kekerasan itu tumbuh dan malah mengakar pada dirinya.

Jika banyak orang yang mempunyai kepribadian buruk dan mengancam keamanan orang lain, tentunya jawaban atas masalah ini bukanlah hanya keamanan yang terus mengusiknya. Akan tetapi, kesadaran pribadi orang tersebut adalah yang terpenting guna mengakhiri kelakuan bejatnya tersebut. Di sini diperlukan semacam "terapi sosial".

Ada banyak orang yang pada mulanya tidak mempunyai bakat dalam melakukan kejahatan, akan tetapi karena mereka tergoda akhirnya melakukan tindak kejahatan. Nah, tentunya ini sudah menyangkut kepribadian orang tersebut terkait lingkungannya. Tantangannya adalah bagaimana ada kepedulian sehingga sebisa mungkin menjinakkan niat buruknya tersebut.

Dalam ajaran agama manapun pastinya ada ajaran dan hukum-hukum yang menyangkut kelakuan baik dan buruk. Bagi siapa saja yang berkelakuan buruk akan disiksa dikemudian hari (akhirat) dan mereka yang berkelakuan baik akan diberikan pahala.


Setiap manusia beragama dianugerahi pandangan dan keyakinan berbuat baik terhadap sesama. Namun, nilai itu adakalanya dikalahkan oleh nilai-nilai yang mengusik solidaritas yang seharusnya bisa dibangun bersama atas kebersamaan yang tinggi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar