|
SUARA
KARYA, 27 Juni 2013
Pascakenaikan harga bahan bakar
minyak (BBM) bersubsidi yang diputuskan mulai berlaku pada 22 Juni 2013, banyak
hal yang harus dilakukan bagi kondisi perekonomian nasional, terutama terkait
dengan kestabilan harga-harga barang kebutuhan di masyarakat. Tak bisa dimungkiri,
saat ini harga pangan, misalnya, cenderung liar dan tidak terkendali. Padahal
sebenarnya, apabila cara penanganannya bisa sama dalam persepsi, baik di
tingkat pemerintahan pusat maupun daerah, harga pangan akan bisa dikendalikan.
Pemerintah daerah dalam hal ini
bisa menjadi kunci keberhasilan dalam menstabilkan harga-harga kebutuhan pokok
di masyarakat. Ada yang mengatur dan mengawasi distribusi ke pemasok, reseller,
dan seterusnya. Karena, permainan harga di tingkat itu sangat mudah dilakukan. Bagaimanapun,
pengendalian harga di tingkat pemda menjadi keharusan. Namun, juga tanpa harus
melepaskan peran pemerintah pusat.
Pemerintah pusat sudah pasti harus
menjamin dua hal penting. Pertama, nilai tukar rupiah harus dijaga
kestabilannya. Karena, rupiah yang melemah sudah pasti dapat memberikan
kontribusi pada perubahan harga.
Kedua, pemerintah harus menjamin
ketersediaan pasokan barang-barang, khususnya barang kebutuhan masyarakat.
Harus dihindari melakukan impor. Impor baru boleh dilakukan setelah ada
lonjakan harga dan kelangkaan barang. Yang terpenting, melakukan
langkah-langkah antisipatif, jangan sampai terlambat bergerak, sehingga membuat
harga terus bergerak liar. Terlebih, tidak lama lagi kita akan memasuki bulan
suci Ramadhan, yang seperti biasanya akan memberikan tekanan pada inflasi
karena tingginya permintaan.
Satu hal yang harus digarisbawahi,
jangan terbuai dengan adanya bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM).
Ingat, bantuan tunai dari pemerintah itu diberikan hanya untuk 4 bulan ke
depan, dengan besaran yang sudah pasti sebenarnya jauh dari cukup.
Setelah lewat empat bulan, jika
pemerintah tidak segera mengalihkan dana subsidi BBM ke proyek-proyek padat
karya, maka bukan tidak mungkin jumlah orang miskin akan bertambah. Dalam hal
ini, pemerintah bisa mencanangkan program padat karya dengan memulainya dari
pedesaan. Antara lain, dengan membuat proyek pembangunan infrastruktur di desa
yang melibatkan penduduk sebagai pekerjanya. Sudah barang tentu, penduduk yang
terlibat itu akan mendapatkan imbalan. Proyek-proyek macam itu akan memberikan
efek domino yang baik untuk mengatasi kemiskinan.
Pascapenaikan harga BBM
bersubsidi, jika pemerintah bisa berdisiplin dalam menjaga hal-hal di atas,
bisa diyakini bahwa pertumbuhan ekonomi akan tetap terjaga. Dengan
langkah-langkah pasti, maka target pertumbuhan ekonomi 6 persen masih akan
tercapai. Masih ada peluang investasi besar di negara ini.
Ada peluang hampir 2.500 triliun
investasi di Indonesia. Tentu saja investor akan datang jika melihat ekonomi
kita masih menjanjikan dan pemerintah bisa menjaga pertumbuhannya. Kita harus
membuktikan bahwa ketakutan investor akan kondisi ekonomi pascapenaikan harga
BBM tidak menjadi kenyataan. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar