|
KORAN
TEMPO, 24 Juni 2013
Diskusi yang banyak menyoroti lemahnya politik pembangunan
pertanian dan tak terlihatnya kepentingan jangka panjang menjadi perhatian penting
dalam politik pembangunan nasional.
Masyarakat dunia sekarang banyak mengkaji mengapa
negara-negara di Asia Timur pada akhir abad ke-20 banyak mencapai kemajuan.
Negara yang dimaksudkan mencakup Jepang, Korea Selatan, Republik Rakyat Cina
(RRC), dan Taiwan. Pada pertengahan 1980-an, di Amerika Serikat, juga telah
banyak dibahas mengapa mahasiswa yang berasal dari negara-negara tersebut juga
hebat dalam sains dan matematika, sehingga menyebabkan kekhawatiran bagi
penguasaan ilmu-ilmu dasar di Amerika Serikat.
Beruntung bagi masyarakat dunia, karena kebijakan yang
memenangkan perdebatan pada waktu itu adalah kebijakan Amerika yang terbuka.
Hal ini pun tentunya menambah kesempatan bagi masyarakat dunia, khususnya kaum
cerdik cendekia Asia Timur, untuk belajar di Amerika Serikat, yang masih
merupakan pusatnya ilmu pengetahuan dan teknologi dunia hingga sekarang.
Keterbukaan Amerika Serikat ini sangat penting untuk
dikemukakan, mengingat kemajuan negara-negara di Asia Timur pada dasarnya
adalah keberhasilan dari bangsa di kawasan ini dalam memanfaatkan
"lautan" ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menghasilkan beragam
produk yang bernilai tinggi yang diperlukan dunia. Kemajuan di negara-negara
tersebut merupakan manifesto kemajuan manusianya. Jadi, bukan hasil dari ekspor
sumber daya alam, seperti minyak bumi, hasil hutan, atau hasil lautnya.
Mengapa mereka bisa melompat menjadi bangsa yang cerdas
atau penuh komitmen untuk kemajuan bangsa dan negaranya? Kemajuan Jepang bukan
hasil perjuangan yang singkat. Sifat dan sikap kesatria bangsa Jepang dibentuk
pada tahun 1200-an dengan lahirnya Bushido atau kaum Samurai. Pada awal tahun
1600-an, ketika bangsa-bangsa Eropa masuk ke Asia, bangsa Jepang menjalankan
kebijakan pintu tertutup. Meski demikian, untuk mengetahui kemajuan yang
terjadi di Barat serta mendapatkan pelajaran dari Barat secara langsung, Jepang
memberikan hak tinggal di Jepang yang dimonopoli Belanda. Jalur
Holland-Batavia-Jepang hidup, bukan hanya interkoneksi ekonomi, tapi juga ilmu
pengetahuan. Posisi Jepang beruntung karena bukan dalam posisi koloni Belanda.
Pembenahan persatuan dan kesatuan Jepang juga diwujudkan melalui reposisi
petani dan pertanian pada posisi kedua setelah Samurai. Jadi, pertanian berada
di atas perdagangan dan industri.
Amartya Sen-ekonom dunia-menyebutkan, pada 1912, publikasi
di Jepang sudah lebih banyak daripada publikasi di Inggris dan Amerika Serikat.
Pada awal 1930-an, Jepang sudah memproduksi mobil walaupun hasilnya belum laku
di pasar Barat. Namun, 50 tahun kemudian, Toyopet kualitas 1930-an sudah
menjadi kualitas Lexus yang tak kalah bersaing dengan mobil buatan Barat.
Korea Selatan dan Taiwan menunjukkan geliat belakangan.
Sifat kesatria pemimpin bangsa ini berawal dari keinginan melepaskan diri dari
situasi masa lalu yang telah menjajah dirinya. Pada 1920, bangsa Taiwan jauh
lebih miskin dibanding bangsa Indonesia atau Filipina. Bahkan bangsa Filipina
pada tahun itu merupakan bangsa terkaya di ASEAN. Kemerdekaan bagi Korea
Selatan dan Taiwan diartikan sebagai memutus penjajahan masa lalu, yang
sebenarnya sama dengan kalimat pertama dalam UUD 1945: "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan
oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan".
Korea Selatan, Taiwan, dan Jepang menerjemahkan arti
memutus dari penjajahan masa lalu itu dengan mengartikannya sebagai
mempersempit jurang kesenjangan sosial-ekonomi dalam masyarakat. Mengingat,
pada masa itu, sumber kesejahteraan masyarakat masih bergantung pada pertanian,
maka land reform merupakan variabel kebijakan negara yang sifatnya mempersempit
jurang kesenjangan dimaksud. Dengan demikian, terbangunlah satu rasa, satu
bangsa, serta negara Korea Selatan dan Taiwan. Kondisi ini membangunkan spirit
gotong royong yang hasilnya luar biasa: peningkatan mutu sumber daya manusia
dan institusi negara yang melahirkan kapabilitas negara menjadikan negara dan
rakyatnya berkelas dunia. Dunia menamakan model developmental state yang
sukses.
RRC menjadi model dengan latar belakang, kebijakan, serta
proses perubahan yang berbeda dengan Jepang, Korea, dan Taiwan. Sebagai negara
dengan jumlah penduduk terbesar di dunia dan dengan paham sosialisme-komunisme
yang relatif unik, RRC sekarang berubah menjadi negara dengan kekuatan ekonomi,
politik, dan militer yang disegani dunia.
Fondasi utama yang dibangun sejak awal revolusi adalah
pedesaan dan pertanian, di mana pada masa lalu sebagian besar penduduknya
berada di sini serta sebagian besarnya miskin dan kelaparan. Kebijakan lompatan
jauh ke depan ternyata memberi dampak terhadap terjadinya kematian rakyat RRC
akibat kelaparan, penyakit, dan kemiskinan yang mencapai puluhan juta jiwa.
Kebijakan Deng Xiaoping, yang menata kembali pertanian dan pembangunan
pedesaan, menghasilkan perubahan luar biasa, yaitu dari kelaparan ke kelimpahan
pangan, dari keterpurukan ekonomi ke kekuatan ekonomi dunia, dan dari
ketertutupan politik ke keterbukaan menghadapi tantangan global.
Dalam pertemuan diskusi yang diselenggarakan YAPARI, 3 Juni
2013, di Bogor, Prof Dr S.M.P. Tjondronegoro, sesepuh ilmu sosiologi pedesaan
kita, dengan nada yang serius menyatakan bahwa "nilai-nilai idealisme 1945
sekarang ini, selain sudah luntur, juga sudah jatuh ke tanah". Diskusi
yang banyak menyoroti lemahnya politik pembangunan pertanian dan tak
terlihatnya kepentingan jangka panjang menjadi perhatian penting dalam politik
pembangunan nasional. Hubungan pusat dengan daerah tak menunjukkan adanya
sinergi, melainkan lebih banyak menggambarkan pengkotakan-pengkotakan dengan
ego sendiri-sendiri.
Situasi di atas memicu pemikiran penulis tentang
cerita-cerita sejarah bahwa hanya sifat dan sikap kesatria suatu bangsa dan
negara yang akan menyelamatkan negara dan bangsa dari suatu kehancuran. Cerita
itu terjadi sejak zaman kejayaan Majapahit, pembentukan bangsa dan negara
Jepang, serta menjadi negara majunya Korea Selatan dan Taiwan, apalagi lahirnya
RRC modern yang menguasai dunia. Sekarang kita pun sangat memerlukan hadirnya
Kesatria Pembangunan. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar