|
MEDIA
INDONESIA, 26 Juni 2013
SEBENARNYA kemenangan Hassan
Rowhani atas lima kontestan lainnya dalam pemilihan presiden Iran, Sabtu
(15/6), bukanlah hal yang mengejutkan. Ia satu-satunya calon konservatif yang
moderat di antara lima calon konservatif lainnya. Karena itu, ia didukung
mayoritas warga Iran yang menginginkan perubahan. Apalagi isu-isu kampanyenya
sangat sesuai dengan aspirasi warga Iran. Ia menjanjikan perubahan politik luar
negerinya yang mendekatkan Iran dengan negara-negara Barat yang sangat dimusuhi
Ahmadinejad, kebebasan pers, dan pelonggaran kehidupan sosial masyarakat.
Posisinya sebagai calon reformis diyakinkan dukungan dua
mantan presiden Iran, yakni Akbar Hashemi Rafsanjani dan Muhammad Khatami. Berikut,
rakyat Iran sudah sumpek dengan delapan tahun kepemimpinan Mahmoud Ahmadinejad
yang konservatif, yang membawa Iran ke situasi ekonomi-politik yang sangat
sulit.
Ahmadinejad, yang tadinya disambut gembira ketika memenangi
pemilihan presiden periode pertama pada 2005-menggantikan Muhammad Khatami yang
tidak bisa mengikuti pemilihan presiden setelah berkuasa dua periode--karena
kehidupannya yang sangat sederhana dan menjanjikan kehidupan ekonomi yang lebih
baik bagi seluruh rakyat Iran, ternyata membawa mimpi buruk.
Tindakan pertama yang dilakukan ialah mencabut segel yang
dipasang Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada 2005 di situs-situs
reaktor nuklir Iran sebagai hasil negosiasi Iran dan IAEA untuk menghindari
konfrontasi dengan negara-negara Arab, Barat-Israel. Hasil negosiasi itu, yang
menghindarkan Iran dari sanksi ekonomi militer Barat-Israel, merupakan buah
tangan Rowhani.
Tindakan menghidupkan kembali proses pengayaan nuklir Iran
hingga 20%, yang diduga Barat sebagai upaya rezim Iran membuat senjata nuklir,
semakin menciptakan ketegangan serta malah memperburuk hubungan Iran dan Barat.
Kebijakan-kebijakan Ahmadinejad untuk konsolidasi konservatif di dalam negeri
justru berbuah sebaliknya. Iran semakin dijauhi komunitas internasional dan
menciptakan perpecahan di dalam negeri antara kubu konservatif dan reformis.
Pada Pemilihan Presiden 2009, jutaan warga Iran turun ke
jalan memprotes hasil pemilu yang diumumkan pemerintah, di saat Ahmadinejad
dinyatakan menang untuk kedua kalinya. Mantan ketua parlemen Iran Mehdi Karubi
dan mantan perdana menteri Iran di era Khomeini, Mir Mohsen Musavi, menyatakan
Dewan Garda yang menyelenggarakan pemilu bertindak curang. Hassan Rowhani
termasuk tokoh yang memprotes hasil pemilu itu. Beruntung, ia tidak ditahan
sebagaimana Karubi dan Musavi yang hingga hari ini masih dikenai tahanan rumah.
Tak mengherankan, segera setelah pemerintah mengumumkan
Rowhani sebagai pemenang pemilu dengan suara sedikit lebih besar dari 50%,
meninggalkan lawan-lawannya jauh di belakang, jutaan rakyat Iran kembali turun
ke jalan. Namun kali ini bukan memprotes hasil pemilu, melainkan merayakan
kemenangan Rowhani. Ulama cerdas yang menguasai lima bahasa, yakni Jerman,
Prancis, Inggris, Rusia, dan Arab, itu pernah menduduki berbagai lembaga
strategis negara.
Bagaimanapun juga, setelah dilantik pada 3 Agustus, ia akan
segera menghadapi masalah-masalah besar dan strategis yang ditinggalkan
Ahmadinejad. Perbaikan ekonomi Iran, yang dijanjikan Rowhani, belum tentu dapat
direalisasi tanpa mengubah kebijakan luar negeri yang dilakukan Ahmadinejad.
Bisakah ia menjawab harapan Barat-Israel dan Arab untuk membekukan program
nuklir Iran seperti yang dilakukannya pada 2005 setelah berunding dengan
Jerman, Prancis, dan Inggris? Setidaknya ia bisa membangun kepercayaan kepada
musuh-musuh negaranya bahwa mereka tak perlu khawatir karena program nuklir
Iran benar-benar bertujuan damai dengan cara meyakinkan IAEA.
Hal itu tidak mudah karena program nuklir Iran telah
menjadi konsensus nasional. Sikap lunak terhadap isu tersebut dikhawatirkan
akan memberi indikasi lemahnya Iran. Pada 2005 ketika ia melakukan itu, kritik
dilancarkan kepadanya.
Akan tetapi kalau tak mampu membuat terobosan yang memuaskan Barat sehingga
sanksi bisa dicabut, ia tak akan bisa mewujudkan harapan warga Iran yang telah
memilihnya.
Isu lain adalah krisis Suriah. Bisakah pemerintahan Rowhani
menarik dukungannya terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad sebagaimana yang
diharapkan negara-negara Arab dan Barat? Iran ngotot mendukung rezim Assad yang
telah menyebabkan kematian lebih dari 90 ribu orang dan menciptakan lebih dari
satu juta pengungsi Suriah karena Suriah merupakan satusatunya sekutu Arabnya
yang paling setia.
Selain itu, secara geostrategic,
Suriah sangat penting bagi pengaruh Iran di Timur Tengah. Negara itu
bertetangga dengan Israel, Libanon, dan Irak sehingga menjadi ujung tombak
menghadapi Israel. Perubahan yang terlalu radikal atas dua isu tadi mungkin
akan ditentang Ayatullah Ali Khamenei, pemimpin tertinggi Iran yang
konservatif. Isu lain, apakah Rowhani bersedia membiarkan media-media reformis
dihidupkan kembali?
Pada 1999, ketika warga Iran turun ke jalan menentang
penutupan puluhan media reformis, Rowhani--yang ketika itu duduk di Dewan Per
tahanan Iran--ikut menumpas demonstrasi itu. Para pendukungnya tentunya
berharap Rowhani kini membiarkan berjamurnya media-media reformis. Politik
détente terhadap tetangga Arabnya di Teluk, sebagaimana dilakukan Khatami dulu,
juga harus dilakukan untuk meredakan ketegangan di kawasan strategis itu.
Namun, itu berarti rezim Rowhani harus menarik dukungannya terhadap warga Syiah
di Bahrain yang menuntut perubahan di negara yang diperintah minoritas Sunni.
Bila Rowhani mampu melakukan terobosan-terobosan yang
diterima musuh-musuhnya di kawasan dan Barat pimpinan AS sehingga berujung pada
pencabutan sanksi dan keluar dari isolasi internasional, Iran akan kembali
berjaya di panggung internasional mengingat posisi strategis mereka di kawasan
itu.
Bila sebaliknya, ketika ia tak bisa mewujudkan harapan
mayoritas warga Iran yang mendukungnya karena dicekal Khamenei yang menguasai
seluruh organ penting negara, Iran akan semakin terpuruk secara politik,
ekonomi, sosial, dan budaya. Sekarang saja ratusan kaum terdidik Iran setiap
bulan keluar dari negara mereka menuju negara-negara maju untuk mendapatkan
kehidupan yang lebih baik. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar