|
KOMPAS, 10 Juni 2013
Rakyat
Korea Selatan tidak meminta pemerintah dan rakyat Indonesia memutuskan hubungan
diplomatik dan ekonominya dengan Pemerintah Korea Utara. Namun, rakyat dan
Pemerintah Indonesia diminta bersikap lebih keras dan tegas terhadap pemerintah
dan rezim otoriter komunis itu (Kompas, 24/5/2013).
Jawaban
apa yang harus diberikan oleh Pemerintah Indonesia? Mengiyakan, menolak, atau
mendiamkan?
Terlepas
dari berbagai pilihan jawaban, Pemerintah Indonesia tidak bisa berpangku
tangan. Indonesia harus berperan aktif yang konstruktif dan substansial dalam
konteks yang lebih luas, yaitu berkontribusi dalam menjaga stabilitas keamanan
dan perdamaian di Asia Timur, yang merupakan kepentingan nasional Indonesia
saat ini dan ke depan.
Kepentingan
Indonesia
Asia
Timur dalam pengertian geopolitik dan geo-ekonomi merupakan salah satu kawasan
yang paling strategis di dunia, khususnya bagi Indonesia. Oleh karena itu,
instabilitas di kawasan ini akan sangat mengganggu perdagangan dan perekonomian
Indonesia.
Selama
ini, Indonesia punya hubungan dekat dengan semua negara kawasan. Indonesia
memang berusaha mendekatkan diri dengan pusat-pusat ekonomi Asia, seperti
Jepang, China, dan Korea Selatan. Hubungan dengan Jepang, misalnya,
memungkinkan Indonesia memperoleh dana dari Jepang dalam bentuk dana bantuan
(hibah) dan investasi yang sangat penting bagi pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi. Sementara itu, China dan Korea Selatan telah menjadi mitra dagang yang
sangat penting bagi Indonesia.
Secara
keseluruhan, Indonesia punya kepentingan menyangkut terciptanya stabilitas
keamanan di kawasan Asia Timur. Sebab, jika ketegangan di kawasan tersebut
pecah menjadi konflik terbuka, besar kemungkinan akan berimbas ke Asia Tenggara
dan tentunya termasuk Indonesia.
Persoalannya
sekarang adalah apa yang dapat dilakukan Indonesia dalam menyikapi berbagai
ketegangan di kawasan Asia Timur, yang melibatkan kepentingan negara-negara
besar, seperti Amerika Serikat, Jepang, China, dan Rusia? Sebelum menjawabnya,
ada baiknya kita melihat terlebih dahulu potensi-potensi apa yang dapat
digunakan Indonesia guna mendorong terciptanya perdamaian dan stabilitas di
kawasan.
Pertama,
globalisasi dan interdependensi yang luas di kawasan. Meskipun negara-negara di
kawasan terlibat konflik dan ketegangan, mereka ternyata juga saling bergantung
satu sama lain di bidang ekonomi perdagangan. Interdependensi ini akan
mengurangi laju ketegangan sehingga tidak menjadi konflik terbuka karena
masing-masing negara akan dirugikan.
Inilah
salah satu faktor yang membuat China mampu menahan diri untuk tidak menginvasi
Taiwan. Sebagai ilustrasi, saat ini China menyerap seperempat ekspor Taiwan.
Ini meningkat lebih dua kali dibandingkan awal 1900-an (Lardy: 2002).
Sementara
itu, globalisasi akan mendorong integrasi regional setidaknya dalam tiga cara,
yakni (lihat misalnya Hurrel: 1995) (a) integrasi yang semakin mendalam
menciptakan persoalan-persoalan yang membutuhkan manajemen kolektif dan, lebih
spesifik, bentuk-bentuk manajemen dan regulasi yang melibatkan hak prerogatif
negara; (b) ada banyak persoalan yang dampaknya lebih sering dirasakan dalam
suatu kawasan; (c) integrasi ekonomi global barangkali merupakan stimulus yang
paling kuat dalam mendorong regionalisme ekonomi melalui pengintensifan
pola-pola kompetisi ekonomi merkantilis.
Kedua,
Indonesia mempunyai hubungan baik dengan negara-negara yang kini terlibat
kepentingan atas ketegangan yang terjadi di kawasan. Indonesia punya hubungan
baik dengan Jepang, AS, Korea Selatan, dan belakangan dengan China dan Rusia.
Tentunya, hubungan baik ini dapat dijadikan modal awal bagi Indonesia untuk
memainkan peran yang lebih besar dalam meredakan ketegangan di kawasan, baik
yang diakibatkan isu nuklir Korea Utara ataupun ancaman invasi China ke Taiwan.
Ketiga,
eksistensi ASEAN sebagai salah satu bentuk kerja sama kawasan yang relatif diperhitungkan
oleh negara-negara di luar kawasan. Ini dibuktikan dengan kerelaan
negara-negara pusat ekonomi dan perdagangan di kawasan Asia Timur untuk
menjalin kerja sama perdagangan dengan ASEAN melalui mekanisme ASEAN+3 (China,
Korea Selatan, dan Jepang).
Peran
Indonesia
Dengan
mengidentifikasi potensi-potensi ini, menjadi lebih jelas melalui cara
bagaimanakah Indonesia dapat memainkan peran yang lebih besar di kawasan Asia
Timur.
Pertama,
Indonesia dapat terus mendorong integrasi ekonomi di kawasan Asia Timur melalui
kerja sama bilateral, multilateral, dan regional. Indonesia mampu memainkan
peran semacam ini karena telah menjamin hubungan baik dengan negara-negara yang
menjadi pusat ekonomi dan perdagangan, seperti Jepang dan China.
Dengan
Jepang, misalnya, Indonesia menandatangani Perjanjian Kerja Sama Kemitraan
Ekonomi. Diharapkan, kerja sama ekonomi semacam ini akan lebih mendorong
integrasi ekonomi kawasan. Dengan demikian, akan mengerem konflik-konflik di
antara negara dalam skala yang lebih luas.
Kedua,
memaksimalkan kerja sama ASEAN+3 di mana Indonesia dapat mengambil peran lebih
besar di dalamnya. Mestinya, Indonesia dapat mendorong ASEAN+3 dalam kerangka
lebih luas, yakni mendorong dialog dan kerja sama di antara negara anggota
sehingga dapat menyamakan persepsi mengenai konflik yang kini terjadi di
kawasan.
Ketiga,
mengenai isu nuklir Korea Utara, Indonesia dapat memanfaatkan kedekatan dengan
negara-negara besar yang punya kepentingan kuat terhadap kawasan Asia Timur,
seperti China, Jepang, Korea Selatan, AS, dan Rusia. Hubungan baik yang kini
terjalin dengan negara-negara tersebut dapat digunakan untuk mendorong
perluasan dialog serta mencegah terjadinya sikap dan tindakan yang justru dapat
memanaskan suasana. Dengan kata lain, Indonesia harus mampu meyakinkan
pihak-pihak yang terlibat konflik di kawasan bahwa kekerasan sangat berbahaya
dan bisa menghancurkan semua pihak.
Singkatnya,
bagi Indonesia, kawasan Asia Timur punya peran dan posisi sangat strategis.
Pertumbuhan ekonomi yang relatif masih tinggi, khususnya China, peluang-peluang
pasar yang tersedia, serta investasi yang membuat posisi Asia Timur sulit
tergantikan, jika terjadi konflik terbuka, akan mengganggu ekonomi Indonesia.
Untuk
itu, Indonesia harus berperan lebih besar dengan mendorong dialog di antara
negara yang terlibat dan meyakinkan mereka bahwa cara-cara diplomasi akan jauh
lebih baik dibandingkan dengan kekerasan karena akan menghancurkan semua pihak.
Di sisi lain, Indonesia mengemban misi untuk mendorong perdamaian di dunia,
sesuai yang telah digariskan oleh Undang-Undang Dasar 1945. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar