Mengikuti perkembangan perkeretaapian di
Indonesia beberapa tahun terakhir ini, sungguh merupakan hal menarik.
Berbagai kemajuan setahap demi setahap dapat tercapai, sehingga apa yang
kita saksikan hari ini sungguh berbeda dengan beberapa tahun lalu.
Pada infrastruktur perkeretaapian jarak jauh, kita menyaksikan
pembangunan jalur kereta api ganda (double
track) yang berkembang luar biasa. Hanya dua tahun, jalur ganda
Cirebon Surabaya akan dapat diselesaikan. Dimulai tahun anggaran 2012
lalu, jalur ganda tersebut dijanjikan selesai sampai Stasiun Gambringan,
dekat Semarang, sebelum Lebaran 2013. Sisanya, yaitu Gambringan sampai
Surabaya, akan dapat diselesaikan akhir tahun ini.
Dengan demikian, awal 2014, Jakarta–Surabaya sudah sepenuhnya akan
dilayani oleh jalur ganda, sehingga jumlah perjalanan kereta api dapat
dinaikkan dua kali lipat, atau bahkan mungkin lebih. Dalam pembangunan
ini tampak sekali Bambang Susantono, wakil menteri perhubungan,
sungguh-sungguh “nongkrongi” pembangunan tersebut sehingga pekerjaan bisa
berlangsung lancar.
Pembangunan jalur ganda juga terjadi untuk jalur selatan. Baru-baru ini
jalur ganda Purwokerto–Prupuk sudah dapat diselesaikan, sehingga
konsentrasi berikutnya adalah pembangunan jalur ganda Prupuk–Cirebon.
Dalam tahun anggaran 2013 ini, pembangunan jalur ganda juga dilanjutkan
untuk Purwokerto– Kroya. Kendati demikian, melihat rencana yang ada,
kelihatannya upaya penggandaan jalur kereta api tampak akan mengendur
dengan selesainya jalur utara.
Dari berbagai wacana yang ada, pembangunan jalur Kroya– Kutoarjo maupun
Solo–Surabaya akan dilakukan dalam jangka waktu sekitar empat tahun.
Padahal dengan kemampuan yang sudah terbukti dalam pembangunan jalur
ganda Cirebon–Surabaya, sebetulnya pemerintah tinggal melakukan replikasi
atau bahkan seyogianya melakukan akselerasi. Untuk jarak dekat, pemerintah
juga membangun jalur ganda Kampung Duri–Tangerang sebagai persiapan
pembangunan jalur komuter kereta bandara.
PT Kereta Api Indonesia bertugas membangun jalur ganda Batu
Ceper–Bandara. Jika ini tersambung, selain bermanfaat bagi pembangunan
fasilitas transportasi ke bandara, sebetulnya PT Kereta Api menjadi lebih
kuat dengan penambahan jalur ganda baru untuk jaringan kereta api Ibu
Kota. Pada saat yang sama, juga sedang dikerjakan pembangunan jalur ganda
Serpong–Rangkasbitung dengan perkembangan yang terakhir adalah selesainya
jalur ganda Serpong–Maja.
Tidak lama lagi juga akan diselesaikan jalur ganda Maja–Parung Panjang,
sebelum akhirnya terus berkembang lagi ke arah Rangkasbitung. Dengan
selesainya berbagai infrastruktur perkeretaapian itu, perjalanan kereta
api diperkirakan kembali memperoleh daya saingnya di tahun-tahun
mendatang. Kita memang belum sampai pada era kereta api cepat (high speed train) seperti
Shinkansen atau TGV.
Kendati demikian, selesainya pembangunan jalur ganda akan memungkinkan
waktu tempuh yang lebih pendek untuk Jakarta–Semarang maupun
Jakarta–Surabaya. Perjalanan yang semula banyak bergeser ke pesawat
udara, nantinya sebagian akan kembali ke kereta api. Itulah sebabnya
kalau kita berniat membeli tiket kereta api, saat ini kita mulai sering
melihat tiket sudah terjual habis sebelum hari perjalanannya.
Keadaan ini memungkinkan penambahan frekuensi kereta api. Jika kita
melihat perkembangan kereta peluru, misalnya Taipei–Kaohsiung di Taiwan,
setiap jam terdapat dua kali pemberangkatan. Di Jepang setiap jam terisi
tiga kali pemberangkatan kereta peluru. Ini berarti frekuensi yang ada
ternyata memungkinkan untuk terangkutnya jumlah penumpang yang sangat
banyak.
Hal ini pun rasanya juga akan terjadi di Indonesia dalam setahun dua
tahun mendatang ini dengan menggunakan jalur kereta yang ada. Peningkatan
yang lebih signifikan akan terjadi jika Shinkansen Indonesia
sungguh-sungguh terbangun. Yang sangat penting dari pembangunan jalur
ganda Jakarta–Surabaya adalah migrasi yang akan terjadi dalam angkutan
barang.
Dengan selesainya jalur ganda, angkutan barang akan meningkat beberapa
kali lipat sehingga memungkinkan ditampungnya lebih banyak kargo di
kereta api tersebut. Sebuah perusahaan multinasional berencana
memindahkan angkutan barangnya dari truk ke kereta api. Frekuensi yang
ada saat ini sebanyak 150 kontainer dari Jakarta ke Surabaya dan 100 truk
dari Surabaya ke Jakarta setiap minggunya.
Dan, jumlah ini akan meningkat dua kali lipat dalam waktu lima tahun. Ini
berarti sebagian dari kesesakan jalan raya Jakarta– Surabaya akan dapat
dikurangi dengan moda transportasi kereta api ini. Demikian juga dengan
produk baja dari Krakatau Steel, semen, pupuk dan sebagainya.
Oleh karena itu, kita sungguh mengharapkan intensitas yang tinggi bagi
transportasi barang menggunakan kereta api, sehingga jalan raya pantura
menjadi dapat berkurang kemacetannya. Jika nantinya jalan tol Cikampek–
Palimanan dapat diselesaikan, jalan raya pantura diperkirakan lebih
lancar lagi arus kendaraannya.
Di tengah perkembangan tersebut, anak perusahaan PT KAI, yaitu PT Kereta
Commuter Jakarta (KCJ), juga berkembang signifikan. Pembenahan
besar-besaran mulai terjadi di area stasiun, yaitu pembersihan peron dari
pedagang, perpanjangan peron sehingga memungkinkan penambahan rangkaian
menjadi 10 gerbong setiap rangkaian (dari 8 gerbong) dan penambahan
frekuensi baru-baru ini memungkinkan penambahan kapasitas angkut yang
sangat signifikan.
Ini membuat kereta commuter di Jakarta sungguh berfungsi sebagai alat
transportasi massal yang kita gadang-gadang selama ini. Sistem tiket
elektronik yang segera direalisasikan juga akan menambah aroma
perkembangan tersebut. Dengan adanya bus Transjakarta yang juga
dikembangkan secara cepat, elemen transportasi massal tersebut semakin
terwujud dengan cepat.
Apalagi jika nantinya monorel dan MRT sudah mampu diselesaikan, integrasi
berbagai moda tersebut akan menjelma sebagai sarana transportasi massal
yang luar biasa. Ternyata perkembangan yang terjadi di perkeretaapian kita
ini juga bersamaan dengan perbaikan di sisi keuangannya.
Tahun 2012 lalu, PT Kereta Api Indonesia berhasil meningkatkan
pendapatannya dari kereta penumpang maupun barang sehingga akhirnya
membuat laba mereka meningkat hampir dua kali lipat mendekati Rp400
miliar. Jika di negara lain jasa kereta api sering harus berjalan dengan
kerugian, ternyata di Indonesia PT Kereta Api Indonesia justru mampu
meningkatkan keuntungannya di tengah minimnya subsidi dari pemerintah.
Oleh karena itu, saya sungguh mengagumi Ignasius Jonan beserta timnya
(termasuk tim PT KCJ di bawah Tri Handoyo) yang mampu mengubah wajah
perkeretaapian Indonesia menjadi seperti ini. Bravo PT KAI dan PT KCJ! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar