Senin, 08 April 2013

Kereta Api yang Semakin Maju


Kereta Api yang Semakin Maju
Cyrillus Harinowo Hadiwerdoyo ;   Pengamat Ekonomi
KORAN SINDO, 08 April 2013

  
Mengikuti perkembangan perkeretaapian di Indonesia beberapa tahun terakhir ini, sungguh merupakan hal menarik. Berbagai kemajuan setahap demi setahap dapat tercapai, sehingga apa yang kita saksikan hari ini sungguh berbeda dengan beberapa tahun lalu. 

Pada infrastruktur perkeretaapian jarak jauh, kita menyaksikan pembangunan jalur kereta api ganda (double track) yang berkembang luar biasa. Hanya dua tahun, jalur ganda Cirebon Surabaya akan dapat diselesaikan. Dimulai tahun anggaran 2012 lalu, jalur ganda tersebut dijanjikan selesai sampai Stasiun Gambringan, dekat Semarang, sebelum Lebaran 2013. Sisanya, yaitu Gambringan sampai Surabaya, akan dapat diselesaikan akhir tahun ini. 

Dengan demikian, awal 2014, Jakarta–Surabaya sudah sepenuhnya akan dilayani oleh jalur ganda, sehingga jumlah perjalanan kereta api dapat dinaikkan dua kali lipat, atau bahkan mungkin lebih. Dalam pembangunan ini tampak sekali Bambang Susantono, wakil menteri perhubungan, sungguh-sungguh “nongkrongi” pembangunan tersebut sehingga pekerjaan bisa berlangsung lancar. 

Pembangunan jalur ganda juga terjadi untuk jalur selatan. Baru-baru ini jalur ganda Purwokerto–Prupuk sudah dapat diselesaikan, sehingga konsentrasi berikutnya adalah pembangunan jalur ganda Prupuk–Cirebon. Dalam tahun anggaran 2013 ini, pembangunan jalur ganda juga dilanjutkan untuk Purwokerto– Kroya. Kendati demikian, melihat rencana yang ada, kelihatannya upaya penggandaan jalur kereta api tampak akan mengendur dengan selesainya jalur utara. 

Dari berbagai wacana yang ada, pembangunan jalur Kroya– Kutoarjo maupun Solo–Surabaya akan dilakukan dalam jangka waktu sekitar empat tahun. Padahal dengan kemampuan yang sudah terbukti dalam pembangunan jalur ganda Cirebon–Surabaya, sebetulnya pemerintah tinggal melakukan replikasi atau bahkan seyogianya melakukan akselerasi. Untuk jarak dekat, pemerintah juga membangun jalur ganda Kampung Duri–Tangerang sebagai persiapan pembangunan jalur komuter kereta bandara. 

PT Kereta Api Indonesia bertugas membangun jalur ganda Batu Ceper–Bandara. Jika ini tersambung, selain bermanfaat bagi pembangunan fasilitas transportasi ke bandara, sebetulnya PT Kereta Api menjadi lebih kuat dengan penambahan jalur ganda baru untuk jaringan kereta api Ibu Kota. Pada saat yang sama, juga sedang dikerjakan pembangunan jalur ganda Serpong–Rangkasbitung dengan perkembangan yang terakhir adalah selesainya jalur ganda Serpong–Maja. 

Tidak lama lagi juga akan diselesaikan jalur ganda Maja–Parung Panjang, sebelum akhirnya terus berkembang lagi ke arah Rangkasbitung. Dengan selesainya berbagai infrastruktur perkeretaapian itu, perjalanan kereta api diperkirakan kembali memperoleh daya saingnya di tahun-tahun mendatang. Kita memang belum sampai pada era kereta api cepat (high speed train) seperti Shinkansen atau TGV. 

Kendati demikian, selesainya pembangunan jalur ganda akan memungkinkan waktu tempuh yang lebih pendek untuk Jakarta–Semarang maupun Jakarta–Surabaya. Perjalanan yang semula banyak bergeser ke pesawat udara, nantinya sebagian akan kembali ke kereta api. Itulah sebabnya kalau kita berniat membeli tiket kereta api, saat ini kita mulai sering melihat tiket sudah terjual habis sebelum hari perjalanannya. 

Keadaan ini memungkinkan penambahan frekuensi kereta api. Jika kita melihat perkembangan kereta peluru, misalnya Taipei–Kaohsiung di Taiwan, setiap jam terdapat dua kali pemberangkatan. Di Jepang setiap jam terisi tiga kali pemberangkatan kereta peluru. Ini berarti frekuensi yang ada ternyata memungkinkan untuk terangkutnya jumlah penumpang yang sangat banyak. 

Hal ini pun rasanya juga akan terjadi di Indonesia dalam setahun dua tahun mendatang ini dengan menggunakan jalur kereta yang ada. Peningkatan yang lebih signifikan akan terjadi jika Shinkansen Indonesia sungguh-sungguh terbangun. Yang sangat penting dari pembangunan jalur ganda Jakarta–Surabaya adalah migrasi yang akan terjadi dalam angkutan barang. 

Dengan selesainya jalur ganda, angkutan barang akan meningkat beberapa kali lipat sehingga memungkinkan ditampungnya lebih banyak kargo di kereta api tersebut. Sebuah perusahaan multinasional berencana memindahkan angkutan barangnya dari truk ke kereta api. Frekuensi yang ada saat ini sebanyak 150 kontainer dari Jakarta ke Surabaya dan 100 truk dari Surabaya ke Jakarta setiap minggunya. 

Dan, jumlah ini akan meningkat dua kali lipat dalam waktu lima tahun. Ini berarti sebagian dari kesesakan jalan raya Jakarta– Surabaya akan dapat dikurangi dengan moda transportasi kereta api ini. Demikian juga dengan produk baja dari Krakatau Steel, semen, pupuk dan sebagainya. 

Oleh karena itu, kita sungguh mengharapkan intensitas yang tinggi bagi transportasi barang menggunakan kereta api, sehingga jalan raya pantura menjadi dapat berkurang kemacetannya. Jika nantinya jalan tol Cikampek– Palimanan dapat diselesaikan, jalan raya pantura diperkirakan lebih lancar lagi arus kendaraannya. 

Di tengah perkembangan tersebut, anak perusahaan PT KAI, yaitu PT Kereta Commuter Jakarta (KCJ), juga berkembang signifikan. Pembenahan besar-besaran mulai terjadi di area stasiun, yaitu pembersihan peron dari pedagang, perpanjangan peron sehingga memungkinkan penambahan rangkaian menjadi 10 gerbong setiap rangkaian (dari 8 gerbong) dan penambahan frekuensi baru-baru ini memungkinkan penambahan kapasitas angkut yang sangat signifikan. 

Ini membuat kereta commuter di Jakarta sungguh berfungsi sebagai alat transportasi massal yang kita gadang-gadang selama ini. Sistem tiket elektronik yang segera direalisasikan juga akan menambah aroma perkembangan tersebut. Dengan adanya bus Transjakarta yang juga dikembangkan secara cepat, elemen transportasi massal tersebut semakin terwujud dengan cepat. 

Apalagi jika nantinya monorel dan MRT sudah mampu diselesaikan, integrasi berbagai moda tersebut akan menjelma sebagai sarana transportasi massal yang luar biasa. Ternyata perkembangan yang terjadi di perkeretaapian kita ini juga bersamaan dengan perbaikan di sisi keuangannya. 

Tahun 2012 lalu, PT Kereta Api Indonesia berhasil meningkatkan pendapatannya dari kereta penumpang maupun barang sehingga akhirnya membuat laba mereka meningkat hampir dua kali lipat mendekati Rp400 miliar. Jika di negara lain jasa kereta api sering harus berjalan dengan kerugian, ternyata di Indonesia PT Kereta Api Indonesia justru mampu meningkatkan keuntungannya di tengah minimnya subsidi dari pemerintah. 

Oleh karena itu, saya sungguh mengagumi Ignasius Jonan beserta timnya (termasuk tim PT KCJ di bawah Tri Handoyo) yang mampu mengubah wajah perkeretaapian Indonesia menjadi seperti ini. Bravo PT KAI dan PT KCJ!  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar