RI Harus Menolak Didikte Beijing
René L Pattiradjawane ;
Wartawan Senior KOMPAS
|
KOMPAS, 20 Juni 2016
Perjanjian kerja sama
dan persahabatan ASEAN (TAC) menjadi tidak ada artinya di tangan Tiongkok
(RRT), seolah dirobek-robek ketika memperingati 25 tahun dialog ASEAN-RRT di
Kunming, Provinsi Yunnan, akhir pekan lalu. Untuk kedua kalinya, ASEAN tidak
berhasil mengeluarkan pernyataan bersama seperti insiden pertemuan para
menteri luar negeri ASEAN di Kamboja tahun 2012.
Secara "telanjang"
dominasi RRT di kawasan Asia Tenggara telah memecah kesatuan-persatuan ASEAN
untuk berbicara satu suara mengenai isu-isu penting di kawasan. Menlu RRT
Wang Yi "sukses" mendorong terjadinya kegagalan diplomasi di
lingkungan ASEAN, yang selama ini menjadi elemen penting eksistensi
organisasi regional ini dalam mempertahankan stabilitas dan perdamaian
kawasan.
Dampak yang
ditimbulkan sungguh luar biasa. Negara anggota ASEAN, khususnya para negara
pendiri, termasuk Indonesia, berkelit menyebutkan pernyataan bersama yang
dikeluarkan Malaysia sebagai "panduan media". Dari Kuala Lumpur
menyebutkan, pernyataan yang beredar di media massa adalah pernyataan bersama
yang seharusnya dikeluarkan di Vientiane, Laos, yang juga gagal, dan kembali
gagal di Kunming.
Dalam pernyataan para
menlu ASEAN yang beredar tersebut tertulis, "We expressed our serious
concerns over recent and ongoing developments, which have eroded trust and
confidence, increased tensions and which may have the potential to undermine
peace, security and stability in the South China Sea" (Kami menyatakan
keprihatinan serius kami atas perkembangan terakhir dan berkelanjutan, yang
telah mengikis kepercayaan dan keyakinan, meningkatkan ketegangan, dan
mungkin memiliki potensi merusak perdamaian, keamanan, dan stabilitas di Laut
Tiongkok Selatan).
Pernyataan ini tidak
menyebutkan RRT sama sekali, tetapi pilihan kata "recent and ongoing
developments" jelas mengacu pada pembangunan "pulau palsu" di
beberapa pulau, karang, beting di Laut Tiongkok Selatan yang dilakukan
Beijing. Sekilas terlihat kalau RRT panik mewujudkan diplomasi jelang
pengumuman Pengadilan Permanen Arbitrase (PCA) yang dijadwalkan berlangsung
pada tanggal 7 Juli mendatang tentang tuntutan Filipina di Laut Tiongkok
Selatan.
Kita sendiri berharap,
Indonesia memiliki sikap menghadapi perubahan-perubahan geopolitik di
kawasan, dan tidak terpengaruh dengan kerja sama hubungan ekonomi dan
perdagangan dengan RRT. Di lingkungan pemerintahan, ada yang khawatir
"pembalasan ekonomi" oleh Beijing akan berdampak pada menurunnya
angka pertumbuhan ekonomi nasional.
Ini adalah analisis
keliru yang tidak masuk akal. Diharapkan, rapat terbatas mengenai sikap
Indonesia di Laut Tiongkok Selatan dapat mempertimbangkan beberapa hal ini.
Pertama, total perdagangan RI-RRT tercatat sekitar 46 miliar dollar AS.
Tetapi, dalam perdagangan bilateral ini defisit neraca perdagangan Indonesia
mencapai sekitar 16 miliar dollar AS.
Kedua, Menko Polhukam
dalam kunjungannya ke Beijing akhir April lalu bertemu dengan Konsuler Negara
Yang Jiechi, mantan Menlu RRT sebelum Wang Yi. Ketika menjadi menlu, perlu
diingat kalau Yang Jiechi dalam pertemuan ASEAN di Vietnam tahun 2011
mengatakan, "Tiongkok adalah negara besar, negara lain adalah negara
kecil, dan ini tidak menggantikan fakta kenyataan tersebut.."
Artinya, ikhtiar RRT
bekerja sama saling menguntungkan tidak akan pernah terjadi selama Indonesia
masih menentang Beijing dalam penentuan kedaulatan di Laut Tiongkok Selatan.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi RRT mengalami persoalan sehingga dampak
terhadap Indonesia mungkin disebabkan pelemahan ekonomi RRT, dan tidak
terkait secara langsung atas mekanisme kerja sama ekonomi dan perdagangan
bilateral.
Terkait persoalan Laut
Tiongkok Selatan, posisi Indonesia harus setegas kesepakatan bersama yang
dibahas di Laos. Indonesia harus mencerminkan kekhawatiran atas
"perkembangan terakhir dan berkelanjutan" di Laut Selatan, termasuk
beberapa insiden penangkapan kapal-kapal ikan ilegal milik RRT. Sudah
waktunya kita menolak didikte oleh Beijing. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar